Abi memandang ke kiri dan ke kanan melihat sekeliling yang tampak asing baginya. Gadis itu tidak sedang berada di kompleks perumahannya. Kedua telapak kaki Abi sedikit ia gesek gesekan untuk merasakan sensasi rerumputan dibawahnya.
Abi memandang jauh ke depan dan yang tampak hanyalah gelapnya malam, bahkan bintang pun tidak menampakan dirinya dilangit. Hanya bulan sabit kecil yang malu malu menampakan dirinya dibalik awan. Abi kembali memandang ke sekeliling untuk mencari tahu dimana sebenarnya dia berada sekarang.
Abi mendengar suara klakson kendaraan dari belakang. Gadis itu menoleh dan mendapati sebuah antrian panjang kendaraan. Itu adalah jalan raya yang sangat besar, mungkin lebih tepatnya jalan bebas hambatan. Jalanannya tampak remang karena kurangnya penerangan yang terpasang di sekitar. Satu mobil mulai bergerak dan beberapa mobil lainnya mulai berdatangan dan langsung mengambil antrian di barisan yang menurut mereka paling pendek.
Sepertinya antrian panjang itu adalah antrian untuk keluar dari jalan tol. Mungkin beberapa ratus meter di depan sana ada gerbang keluar tol. Sebuah mobil sedan putih tampak mendekat dan mengambil antrian di barisan tengah. Abi mengenali mobil itu, itu adalah mobil papanya. Senyum di wajah Abi mengembang dengan cepat. Gadis itu langsung melangkahkan kakinya melewati pembatas jalanan dan berjalan setengah berlari menuju mobil papanya.
Baru beberapa langkah, Abi mendengar suara kenalpot kendaraan meraung keras dari kejauhan. Abi bisa memastikan mobil itu sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Hingga tiba saatnya mobil sport itu melaju cepat ke antrian kendaraan dan menghantam bagian belakang mobil sedan putih milik papa Abi. Seketika kedua mobil langsung ringsek.
Energi yang dibawa mobil sport dengan kecepatan tinggi itu membuatnya menghantam mobil di depannya beberapa kali dan menghancurkan beberapa mobil lainnya. terlihat percikan api muncul dari mobil sport itu saat dia terbalik beberapa kali menghantam mobil lain dan akhirnya berhenti diatas sebuah mobil minivan.
Abi yang melihat mobil papanya yang ringsek langsung berlari menghampirinya tidak memperdulikan kekacauan yang sedang terjadi disana. Air mata Abi dengan cepat mengalir membasahi pipinya. Abi berteriak tapi seakan suara itu terhenti di tenggorokannya dan hilang begitu saja.
Abi berlari dengan cepat. Mobil sedan itu rusak parah terlebih dibagian belakang. Serpihan kaca berhamburan dimana mana. Abi bisa melihat sang papa yang duduk di kursi kemudi sudah tidak sadarkan diri, kepalanya dipenuhi ceceran darah yang mengalir cepat membasahi kemeja putihnya, begitu juga dengan mulut dan hidungnya. Matanya tertutup.
Abi melihat di kursi samping pengemudi dimana adiknya yang setengah sadar sedang memegangi kepalanya yang juga berlumuran darah. Matanya terpejam dan terbuka seakan sedang mempertahankan kesadaran. Abi berusaha meraih sang adik dengan sekuat tenaga untuk membantunya keluar, tapi seakan akan tangannya hanya melewati tubuh sang adik begitu saja.
Abi terus berusaha memegang lengan sang adik yang berlumuran darah itu tapi tetap saja tidak bisa, tangan Abi terus tembus melewati tangan adiknya. Air mata Abi semakin deras menuruni pipinya melihat sang adik tampak begitu menderita. Gadis itu coba meraih pegangan pintu tapi tetap sama saja, tangannya seakan menembus melewati pegangan itu begitu saja.
Abi mulai panik, dia tidak tahu harus berbuat apa. Abi bisa melihat adiknya sudah mulai kehilangan kesadaran. Kepala sang adik menyender di kursi dan tangannya sudah lemas tak punya tenanga untuk terangkat. Abi melihat ke sekeliling dimana banyak orang berhamburan keluar untuk menjauh dari tempat kejadian tabrakan itu.
Abi mencoba berteriak sekuat tenaganya untuk memberitahu orang orang itu bahwa disini masih ada yang selamat dan butuh pertolongan segera. Tapi tidak ada suara yang keluar dari mulut Abi, dia tidak mendengar suara apapun kecuali suara teriakan histeris dan jeritan kesakitan dari orang orang disana. Abi coba untuk berteriak lagi tapi hasilnya tetap sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengatasi
Teen FictionSeperti biasa, Abi selalu mengawali paginya dengan ceria. Gadis itu melangkah sedikit melompat membuka satu per satu gorden yang ada dirumahnya. Sifatnya yang seperti itu membuat orang lain pasti berpikir bahwa dia anak yang ceria yang memiliki kelu...