Abi menata sedemikian mungkin tasnya untuk dijadikan bantal kemudian gadis itu merentangkan selimutnya. Meskipun harus tidur di lantai, Abi tidak apa. Dia tidak akan mengambil resiko untuk meninggalkan mamanya sendirian di ruang dingin penuh peralatan medis bernama ruang ICU.
Wanita itu masih berdiri disana memandangi pucuk pohon yang sekarang sudah hampir benar benar kering, seakan akan pohon itu sedang sekarat. Hanya tinggal beberapa helai daun yang ada disana. Abi mendongak keatas karena merasakan langit yang mulai gelap. Tiga bulan merah itu memancarkan aura kegelapannya menutipi lebih dari setengah langit.
Abi melangkahkan kakinya masuk ke dalam kolam yang airnya keruh itu. “Cerita terakhir ini akan menunjukan apa yang harus kamu lakukan selanjutnya.” Ujar wanita bertudung hitam itu. kemudian seperti malam malam sebelumnya, tanah dan langit sekaan menguap seperti asap dan berganti dengan ruang putih bersih sejauh mata memandang. Tanah dan langit mulai muncul dan akhirnya menunjukan gambaran seorang pria dewasa yang sedang berkelana dengan kudanya.
Andrian tidak berhenti di desa sebelumnya untuk terlalu lama, dia hanya perlu mengisi persediaan makanannya yang sudah menipis dan kemudian segera melanjutkan perjalanan. Sesaat pria dewasa yang sudah berjenggot itu merenungi masa lalunya dimana sang istri dan calon anaknya yang terbakar hidup hidup bersama rumah mereka. Andrian juga mengingat Bruno dan teman temannya yang lain yang menjadi korban dari seorang raja yang jahat dan kekacauan yang disebabkan olehnya.
Bayangan penyesalan itu terus menghantuinya selama ini. Andrian selalu berpikir jika saja sesaat setelah kekacauan itu mulai meletus, dia mengajak Helena pergi berkelana meninggalkan kerajaan, meungkin sekarang dia sedang bersama kekasihnya sekarang. Anak Andrian mungkin sudah berumur tiga tahun, masa paling lucu bagi seorang anak.
Banyak penyesalan di hati Andrian terlebih dia menyesal karena telah berbuat baik. Andrian seharusnya mendengar kata kata istrinya untuk segera meninggalkan desa selagi bisa dan bukannya malah membantu orang orang. Untuk sesaat, Andrian pikir itu adalah hal yang egois, tapi semakin lama dipikir hal itu memang benar. Sebelum memikirkan orang lain, sebaiknya pikirkan dulu dirimu sendiri.
Sesaat Andrian juga mengingat masa kecilnya dimana dia suka sekali berlari mengelilingi kerajaannya yang damai. Kedua orang tuanya yang selalu baik kepadanya dan penduduknya yang ramah. Andrian menyesal bahwa saat itu dia masih terlalu kecil untuk bisa menyelamatkan orang tuanya. Sejauh ini itulah penyesalan terbesarnya.
Andrian pergi menuju sebuah hutan dan seketika sebuah anak panah melayang tidak jauh dari wajahnya. Andrian langsung turun dan bersiap untuk bertarung. Orang asing yang entah dari mana datangnya langsung menebaskan pedangnya ke arah Andrian. Terjadi adu pedang yang sengit diantara keduanya, bunyi besi saling berhantaman melengking memenuhi hutan yang sunyi di sore hari. Andrian mengayunkan pedangnya dan berhasil menjatuhkan orang itu.
Andrian menghunuskan pedangnya ke arah pria yang sudah tersungkur tak berdaya itu. sesaat cahaya matahari sore menembus dedauan lebat dan menyinari wajah orang asing itu. “Lagam!” Ujar Andrian lirih. Mereka akhirnya mendirikan kemah di tempat itu dan bereuni ria dengan Lagam. Bukan sebuah reuni yang menyenangkan tetapi saling berbagi pengalaman pahit tentang masa lalu masing masing.
Lagam sendiri masih seperti dulu, seorang mantan tentara bayaran yang sangat ingin melupakan masa lalunya dan bergerak maju tetapi harus tidak bisa. Lagam terjebak di dalam hatinya sendiri selama berpuluh puluh tahun, mengunci dirinya dari peradaban dengan tinggal di hutan. Andrian membagi makanan yang baru saja dibelinya dengan mantan gurunya itu.
Andrian menceritakan bagaimana kehidupannya yang semula tampak sempurna lenyap begitu saja hanya dalam waktu satu malam. Lagam melihat itu di mata Andrian, penyesalan yang dalam. Sebagai mantan gurunya, Lagam tidak ingin Andrian menjadi seperti dirinya. Terjebak di masa lalu dan tidak bisa melangkah maju kedepan. Lagam akhirnya memutuskan untuk menceritakan sebuah kisah yang sudah dirahasiakannya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengatasi
Teen FictionSeperti biasa, Abi selalu mengawali paginya dengan ceria. Gadis itu melangkah sedikit melompat membuka satu per satu gorden yang ada dirumahnya. Sifatnya yang seperti itu membuat orang lain pasti berpikir bahwa dia anak yang ceria yang memiliki kelu...