Abi segera membereskan sajadah dan mukenahnya kemudian beranjak menuju kamar mamanya. Sesaat terlihat mendali mendali dan piala tersusun rapi di kamarnya. Abi membuka secara perlahan daun pintunya kemudian segera menuju ke kamar mandi. Abi membawa satu ember kecil berisi air dan sapu tangan.
Abi duduk di kursi dekat dengan kasur mamanya. Sang mama sudah terbangun sendari tadi dan tersenyum memandangi sang anak. “Sudah waktunya subuh ma!” Ujar Abi yang kemudian mencelupkan sapu tangannya ke air yang berada di ember yang kemudian dia gunakan untuk membasuh tubuh sang mama. Abi sangat menyayangi mamanya, gadis itu dengan telaten membasahi setiap tubuh wanita yang telah melahirkannya itu dengan lebut.
Setelah selesai, Abi meninggalkan sang mama sendirian untuk beribadah dan mengadu kepada Tuhan yang Maha Besar. Tak lupa, Abi sekalian berpamitan untuk berangkat sekolah meskipun hari masih gelap. Dia tidak ingin nanti harus masuk lagi ke dalam kamar sang mama dan mengganggu istirahatnya hanya untuk berpamitan.
Abi kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mempersiapkan buku dan peralatan sekolah. Ketika matahari sudah menampakan kegagahannya dan cahaya orangenya menyinari permukaan bumi, Abi menuruni tangga untuk sarapan. Bi Ami seperti biasa sudah menyiapkan sarapan untuk anak majikan yang sudah dia anggap seperti anaknya sendiri itu.
Seperti biasa, Abi selalu mengawali paginya dengan ceria. Gadis itu melangkah sedikit melompat membuka satu per satu gorden yang ada dirumahnya. Sifatnya yang seperti itu membuat orang lain pasti berpikir bahwa dia anak yang ceria yang memiliki keluarga yang harmonis dan hangat, kehidupannya sangat enak dan sebagainya. Tapi mereka tahu apa, Abi melakukan itu semua hanya untuk menyamarkan perasaannya yang asli.
Abi memacu motor maticnya dengan kecepatan normal. Jalanan yang dilaluinya sudah cukup penuh dengan mobil dan motor orang orang yang berangkat bekerja. Untungnya ini masih terlalu pagi untuk membuat kemacetan panjang seperti biasanya. Abi dengan santainya menyelip nyelipkan motornya diantara celah celah mobil yang mulai tersendak.
Pagi hari berjalan seperti biasanya, tiga mata pelajaran pertama cukup ringan bagi Abi. Bahasa Inggris dan Prakarya. Disekolahnya yang dulu tentu Abi sangat sering bahkan setiap hari menggunakan bahasa inggris, gadis itu dengan mudah mencuri perhatian sang guru karena bahasa inggrisnya yang sudah sangat lancar. Kembali satu kelas dibuat kagum oleh sang murid baru.
“Dari kapan kamu sudah lancar bahasa inggrisnys?” Tanya Diva. Abi mencoba mengingat ingatnya, gadis itu rasa dirinya sudah bisa bahasa inggris sejak kecil karena memang orang tuanya banyak berbicara menggunakan bahasa inggris. Malah dia baru bisa bahasa Indonesia dengan baik pada saat memasuki sekolah menengah pertama.
Gina yang baru tiba dari kantin dengan membawa beberapa jajanan juga satu kemasan jus buah langsung menghampiri Abi dan Diva. Gina mengambil buku catatannya yang ada diatas meja dan bertanya tentang tugas yang diberikan Pak Santo kemarin.
“Abi! Gimana caranya aku cari energi yang diperluhkan oleh mobil. Ternyata tugas fisika kemarin tentang fisika terapan susah banget!” Ujar Gina yang mengeluh kepada teman temannya. Mungkin karena merasa kesal atau telah menemukan standar yang baru, Pak Santo akhirnya memutuskan untuk memberi ulang tugasnya, yaitu dengan membuat presentasi tentang pengaplikasian ilmu fisika di teknologi. Hampir sama seperti yang dilakukan oleh Abi.
“Ini gara gara kamu Bi, kita harus mengulang tugasnya dan malah tambah susah!” Gerutu Diva yang juga merasakan beban tugas yang membuat kepala pusing. Abi hanya cengengesan dan meminta maaf, tentu dia tidak bermaksud melakukan itu pada teman temannya. Saat disekolah lamanya, jika diadakan presentasi, pasti tentang hal hal yang layak dipresentasikan dan bukannya hanya sekedar materi dari dari buku terus disalin.
“Jadi tema yang kamu ambil seperti apa?” Tanya Abi. “Aku coba ambil tema tentang efesiensi tenaga mobil listrik dan mobil biasa. Kan mereka punya karakteristik yang berbeda kan terus katanya energi yang tersimpan di mobil listrik itu lebih kecil daripada mobil biasa! Apa ya itu namanya lupa aku!” Jelas Gina sambil menggaruk garuk kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengatasi
Novela JuvenilSeperti biasa, Abi selalu mengawali paginya dengan ceria. Gadis itu melangkah sedikit melompat membuka satu per satu gorden yang ada dirumahnya. Sifatnya yang seperti itu membuat orang lain pasti berpikir bahwa dia anak yang ceria yang memiliki kelu...