Abi mengibas ngibaskan topinya, pagi ini adalah pagi yang cukup panas baginya. Apalagi harus menjalankan upacara dan berdiri sekitar tiga puluh menit hanya untuk mendengar Pak Kepala Sekolah menyampaikan amanat pembina upacara.
Gina datang memberikan satu botol minuman teh. Tampaknya bukan hanya Abi yang merasa kepanasan, sepertinya memang pagi ini cukup panas bagi semua siswa. Tak lama, dari kejauhan sudah terlihat Pak Hendra yang mendekat. Beliau adalah guru mata pelajaran sejarah. Beberapa anak mengaduh, harusnya Pak Hendra memberikan sedikit waktu untuk bersantai setelah upacara batin mereka.
Abi membuka kotak makan siangnya dan ulala ternyata nasi goreng kesukaannya. Abi memang selalu membawa bekal dari rumah meskipun dia selalu makan bersama ketiga teman barunya itu dikantin sekolah. Meskipun sempat khawatir akan dirilik sinis oleh beberapa orang, ternyata setelah Abi melakukannya selama beberapa hari, tidak ada siswa lain yang peduli dengan bekal yang dia bawa.
Melihat Diva baru saja memesan jus jambu, timbul keinginan di hati Abi untuk memesannya juga. Ketika memesan ternyata Abi harus menunggu karena es batunya sudah habis dan basokan tambahannya sedang dalam perjalanan. Sang ibu kantin menyarankan untuk menunggu sebenertar atau tidak jadi membeli. Abi yang masih ingin minum jus jambu memutuskan untuk menunggu sebentar.
Karena jam instirahat sudah mau habis, Diva dan yang lain memutuskan untuk kembali ke kelas terlebih dahulu meninggalkan Abi yang masih menunggu jusnya yang masih di blender. Setelah menunggu hampir sepuluh menit, akhirnya Abi mendapatkan apa yang dia inginkan. Jus jambu yang lezat.
Abi membayar jusnya dan berniat segera kembali ke kelas hingga langkahnya terhadang oleh seseorang yang cukup dikenalnya akhir akhir ini, terkenal menyebalkan. “Hai Abi, aku kok gak lihat kamu sama sekali beberapa hari ini? jadi gimana sudah diisi formulirnya? Jadi ikut atau tidak?” Zagi memberondong Abi dengan rentetan pertanyaan.
“Eh iya kak, kemarin aku masih pikir pikir dulu. Tapi sekarang sudah aku isi kok formulirnya, hanya saja formulirnya ketinggalan dirumah. Besok aku bakal kasih ke kakak!” Ujar Abi. Meskipun Abi mendapati bahwa Zagi adalah orang yang mengganggu tapi itu tidak menutupi fakta bahwa dia memang ingin terlibat dalam kegiatan setelah sekolah.
“Baiklah kalau gitu, sampai jumpa ya!” Zagi menggosok gosok pelan rambut Abi kemudian melambaikan tangan dan pergi berlalu. Abi hanya bisa memutar bolanya, kepedean sekali kakak kelasnya itu. Semoga keputusannya ini tidak salah dan ketika sudah ada di dalam, Zagi tidak selalu mengganggunya.
Abi berjalan menuju kelasnya hingga dia mendengar seseorang memanggilnya. “Hei anak baru!” Demi mendengar itu, Abi menghentikan langkahnya dan segera berbalik badan. Abi mengerutkan dahinya, dia mengenal gadis yang menghampirinya itu. itu adalah Alicia.
Alicia menghampiri Abi bersama tiga temannya. “Hei lo jangan sok kecantikan ya!” Ujar Alicia dengan nada yang cukup tinggi dan tidak enak didengar. Abi bingung ada apa sebenarnya, kenapa kakak kelasnya itu tiba tiba terlihat begitu marah kepadanya. Tiga teman Alicia laiinya langsung mengerumuni Abi tidak memberikannya celah untuk pergi.
“Jangan sok polos deh lo!” Alicia mendorong Abi, tubuh Abi mengantam tembok cukup keras. ”Lo jangan kegatelan ya sama si Zagi! Dia milik gue!” Ancam Alicia kemudian dia berlalu begitu saja meninggalkan Abi yang masih shok. Seumur umur Abi sekolah, dia belum pernah mendapatkan perlakuan kasar dari teman satu sekolahnya seperti itu.
Abi memangmbil sedotan jusnya yang jatuh ke lantai. Bunyi bel masuk berdering nyaring, sebaiknya Abi segera kembali ke kelasnya sebelum guru.
“Kamu gak apa?” Ujar Diva dari bangku samping. Tentu saja Diva bisa tahu bahwa sendari tadi Abi hanya melamun saja. Abi hanya membalas dengan senyuman dan gelengan kepala, dia tidak berselera untuk membahasnya. Abi masih terus terpikir dengan kejadian saat jam istirahat tadi. Bagaimana kakak kelas mendatanginya dan menuduhnya yang bukan bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengatasi
Teen FictionSeperti biasa, Abi selalu mengawali paginya dengan ceria. Gadis itu melangkah sedikit melompat membuka satu per satu gorden yang ada dirumahnya. Sifatnya yang seperti itu membuat orang lain pasti berpikir bahwa dia anak yang ceria yang memiliki kelu...