KELUARGA ABIGAIL

22 9 1
                                    

“Baiklah anak anak, bapak tahu kurikulum yang baru guru dilarang memberikan tugas. Tapi tanpa tugas pasti kalian tidak akan belajar. Karena itu bapak akan memberikan tugas ringan untuk kalian. Tugas individu, carilah pengaplikasian ilmu fisika dalam kehidupan sehari hari, setelah itu kalian harus mempresentasikannya!” Ujar Pak Santo yang kemudian meninggalkan kelas karena bel pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu.

Abi sangat antusias dengan tugas pertamanya kali ini. Entah kenapa gadis itu sangat tertarik dengan hal hal berbau fisika seperti ini. Hal ini tidak terlalu mencolok saat dia berada di sekolahnya yang dulu karena pembagian mata pelajarannya yang hanya sedikit dan sesuai minat bakat siswa. Berbeda dengan sekarang dimana teman teman satu kelasnya tampak seperti tertimba beban bermassa 100 kilogram.

Seorang anak laki laki bernama Rangga menghampiri tempat duduk Abi dan menawari untuk membantu Abi untuk mengerjakan tugas fisika. Abi bukanlah anak remaja yang tidak tahu apapun, dia menyadari bahwa Rangga hanya sekedar tebar pesona dengannya. Abi juga tahu meskipun tanpa bantuan Rangga, dia bisa menyelesaikan proyek fisikannya kali ini.

“Tidak terimakasih, ini kan tugas individu!” Ujar Abi sambil beranjak berdiri dan meninggalkan kelas. Gadis muda itu menghampiri Diva dan dua temannya yang berjalan menuju lapangan parkir bersama sama. Abi bersyukur sekali karena teman teman barunya sangat ramah dan menerima dirinya.

Abi mengendarai motornya melaju di jalanan yang cukup lengang daripada pagi hari tadi. Meskipun begitu dia tahu bahwa beberapa jam lagi rush hour, jalanan ini akan dipenuhi kendaraan dan tentunya macet. Sebaiknya Abi memacu motornya lebih cepat lagi.

Abi memarkirkan motornya dan segera masuk ke dalam rumah. Gadis itu menghempaskan badannya ke sofa dan merasakan sensasi penat di sekujur tubuhnya. Tidak disangka mata pelajaran yang akan diterimanya begitu banyak. Semua mata pelajaran baru itu membuat kepala Abi sedikit pusing.

Bi Ami, begitulah Abi memanggil asisten rumah tangganya itu, datang sambil membawa segelas jus jambu dan sepiring makanan ringan. “Capek Non?” Ujar Bi Ami yang kemudian beranjak duduk disamping anak majikannya itu dan meraih salah satu kakinya dan mulai memijat.

“Meskipun terlihat tidak sopan, tapi karena Bi Ami yang melakukannya dengan segaja tanpa paksaan jadi aku menerima saja pijatan Bi Ami.” Ujar Abi sambil merasakan sensasi dari pijatan asisten rumah tangganya itu. Bi Ami hanya tersenyum, dia tidak keberatan memijat kaki Abi karena dia tahu keluarga Abi sudah sangat baik kepadanya. Lagipula Abi adalah anak yang baik dan sopan, dia tidak pernah merendahkan siapapun terlebih Bi Ami.

Abi beranjak naik menuju kamar mamanya di lantai dua. Dengan perlahan Abi membuka pintunya agar tidak menimbulkan keributan dan mengganggu istirahat mamanya. Peralatan peralatan medis terpasang lengkap dikamar mamanya untuk menunjang hidup beliau.

Sekitar satu setengah tahun yang lalu, mamanya di diagnosa menidap meningitis, sebuah penyakit yang lumayan langkah. Penyakit ini adalah radang selaput otak atau sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh infeksi virus atau bisa juga bakteri. Meskipun penyakit ini bisa sembuh sendiri dan sudah bisa ditangani dengan baik, nyatanya Mama Abi terlambat mendapatkan perawatan karena terlalu sibuk bekerja sebagai pengacara.

Kasus besar yang beliau kerjakan membuatnya tidak mendapat istirahat yang cukup dan akhirnya terlambat menyadari gelaja dari penyakit ini. Kondisi mama Abi semakin buruk setiap harinya dan akhirnya benar benar tidak sadarkan diri dan harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.

Setelah enam bulan dirumah sakit, kondisi mama Abi tampak menunjukan perkembangan yang baik. Setidaknya sampai saat itu. hingga sebuah malapetaka menimpa papa dan adik laki lakinya. Mereka terlibat kecelakaan maut di sebuah tol karena kelalaian seorang pengemudi yang ternyata anak dibawah umur. Anak itu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi di malam hari, tidak sadar ada antrian kendaraan di depannya, anak itu langsung kehilangan kendali dan terjadilah kecelakaan beruntun.

MengatasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang