Sebuah notifikasi membuyarkan konsentrasi belajar Abi, itu adalah pesan dari Gina. Temannya itu menanyakan tentang soal matematika yang tidak bisa diselesaikannya. Abi tersenyum kemudian melirik ke arah jam dinding. Sudah sekitar satu jam setengah dia belajar, mungkin saatnya untuk berhenti dan memberikan bantuan kepada temannya yang sedang kesusahan itu.
Abi melakukan panggilan video dan langsung terpampang muka Gina yang sedang kesal karena tidak bisa mengerjakan soal matematika yang akan diperiksa besok. Abi tertawa kecil melihat tingkah lucu Gina yang memohon mohon untuk diajari cara mengerjakan soal itu. Yah tidak perlu memohon pun Abi akan dengan senang hati membantu temannya.
“Makasih ya. Lu emang temen gue yang baik!” Puji Gina. Abi sudah terbisa dengan sifat Gina yang seperti itu, dia tidak terlalu menghiraukannya. Tapi ada sesuatu yang muncul di ingatan Abi, sesuatu yang ingin diketahuinya.
“Gin, kamu tahu tidak masalah tentang OSIS yang menarik iuran 250 ribu untuk acara kelulusan dan kenaikan kelas? Pernah ada yang seperti itu tidak?” Tanya Abi.
“Oh maksudmu tentang acara tahun lalu? iya memang OSIS pernah narik iuran gitu tapi gak ada yang bayar!” Ujar Gina yang tampak penasaran kenapa Abi menanyakan kejadian memalukan itu.
“Memalukan? Memangnya kenapa? Jelaskan padaku!” Pinta Abi.
“Jadi kejadiannya itu panitia acara perpisahan mau ngadain acara yang meriah gitu, katanya mereka mau ngundang band ternama ibukota. Nah katanya lagi karena kekurangan dana mereka akhirnya narik iuran dari anak anak. Bayangin tuh 250 ribu coba, siapa yang mau bayar. Alhasil gak ada anak yang mau bayar dan acara itu gak jadi gitu dan acara perpisahannya kurang meriah. Kata anak anak sih acaranya gagal!” Jelas Gina.
“Oh ya katanya sebelum ada dana yang terkumpul, panitia udah ngehubungin manager band itu dan udah dp. Pokoknya bandnya udah masukin sekolah kita dalam jadwal manggungnya Bi. Nah berhubung tuh gak ada dana jadi harus di cancel gitu. Nah manager dan bandnya kek marah gitu karena sekolah kita dianggap main main terus mereka udah kehilangan waktu manggung yang harusnya bisa mereka manfaatin buat hasilin duit. Aduh pokoknya masalahnya rumit deh.”
“Oh satu lagi, ketua pelaksananya waktu itu Kak Alicia. Dia bener bener kena masalah waktu itu karena udah buat nama sekolah jadi jelek. Yah tapi karena papinya Kak Alicia itu orang DPRD gitu katanya jadi kayak sim salabim hilang deh masalah.” Abi manggut manggut mendengar cerita dari Gina.
“Memangnya kenapa kamu tanya begitu?” Abi hanya menggelengkan kepala, dia tidak ingin Gina tahu bahwa dia sedang bermasalah dengan Alicia. Akhirnya setelah semua pekerjaan rumah untuk besok selesai, Gina berpamitan untuk segera tidur. Dia bilang badannya terasa pegal semua karena kegiatan ekstrakulikuler karate yang dia ikuti.
Abi meletakan ponsel pintarnya di meja kecil dekat kasur kemudian merebahkan badannya. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam dan semua tugas sudah selesai, saatnya Abi untuk tidur. Mata Abi terpejam dan dia segera tertidur pulas.
Abi kembali berada di mimpi yang sama. Gadis itu bisa menyadarinya, keadaannya sangat familiar karena mimpi itu terus berulang ulang. Abi merasakan rerumputan yang diinjaknya kemudian berbalik badan melihat antrian kendaraan untuk keluar melalui gerbang tol.
Abi melihat mobil sedan putih itu mengambil antrian ditengah tengah. Abi menampar nampar pipinya dengan cukup keras, berusaha membangunkan dirinya sendiri dari mimpi buruk itu. Abi tidak bisa bangun, tapi dia juga tidak merasakan sakit. Mimpi itu terasa sangat nyata tapi juga tidak nyata.
Abi melompat melewati pembatas jalan dan berlari menuju arah mobil papanya. Abi coba berteriak sekuat tenaga tapi seperti mimpi mimpi sebelumnya, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Abi sudah muak dengan mimpi ini, kenapa mimpi ini selalu datang menghantui tidurnya, apa yang salah dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengatasi
Teen FictionSeperti biasa, Abi selalu mengawali paginya dengan ceria. Gadis itu melangkah sedikit melompat membuka satu per satu gorden yang ada dirumahnya. Sifatnya yang seperti itu membuat orang lain pasti berpikir bahwa dia anak yang ceria yang memiliki kelu...