Hari sabtu, sekolah libur namun tidak begitu dengan kegiatan Abi. Kali ini dia harus melaksanakan kemah dua hari dua malam di daerah sekitar bogor sebagai bagian dari acara pelantikan anggota baru OSIS sekolahnya. Udara dingin bertiup disekeliling gadis itu ketika ia memacu motornya membelas aspal ibukota yang masih sepi. Langit masih gelap dan arloji Abi bahkan belum menunjukan pukul lima pagi.
Abi memarkirkan motornya di tempat dia biasa kemudian dia berjalan menuju kerumunan anak yang mengitari dua buah mobil elf. Abi menghampiri beberapa teman baru yang sudah dikenalnya dan tampak beberapa anggota OSIS dan guru pembina juga sudah hadir. Beberapa menit kemudian para anggota segera mengabsen dan mereka akan segera berangkat.
Mobil elf untuk calon anggota dipisah dengan anggota dan terlihat dari jendela mobilnya, tampak mobil elf anggota OSIS seperti senggang dan menyisakan banyak tempat. Mungkin saja karena beberapa anggota OSIS sudah berangkat terlebih dahulu ke lokasi untuk mempersiapkan berbagai peralatan disana. Abi juga menyadari itu karena beberapa anggota inti OSIS yang dia ketahui tidak menampakan batang hidungnya.
Mobil berangkat. Perjalanan mungkin akan memakan waktu sekitar dua jam lebih tergantung keadaan lalu lintas. Mengingat hari masih pagi, supir menginjak pedal gas lebih kuat. Mungkin mereka ingin memangkas waktu perjalanan jadi saat mereka terjebak macet nanti tidak akan memakan waktu yang lama. Dan jika beruntung rombongan OSIS itu bisa menghindari kemacetan. Tentu saja karena hari ini adalah hari libur.
Dua jam berlalu dan syukurlah mereka hanya terjebak macet selama beberapa belas menit. Kedua mobil elf itu masuk ke daerah yang terkenal dengan persewaan villanya. Abi tentu sedikit heran, jika mereka ingin mengadakan pelantikan atau kegiatan semacam ini, alangkah baiknya untuk menyewa tempat lapang dengan fasilitas yang memadai daripada satu villa penuh seperti ini yang hanya akan membuat pengeluaran semakin besar.
Matahari sudah terbit dan bersinar cukup terang agar Abi bisa melihat keluar jendela dan mendapati beberapa kakak OSIS yang dikenalnya berdiri menunggu mereka diluar gerbang masuk villa. Seketika setelah sepersekian detik mobil berhenti, anggota anggota OSIS yang diluar langsung berteriak dengan garang dan menggedor gedor pintu mobil.
Mereka dengan cepat membuka pintu dan menarik satu persatu calon anggota untuk turun. Teriakan dan makian terus berlontaran dari mulut para anggota itu. “Cepat dek!! Lelet banget sih!!” Mereka tak segan menarik baju dan mendorong tubuh hanya untuk membuat para calon anggota keluar dari dalam mobil.
Abi yang berada di kursi belakang otomatis keluar belakangan. Salah satu kakak OSIS menarik lengannya dengan kasar lalu mendorongnya untuk segera menuju posisi baris yang sudah disiapkan. Abi sempat melirik ke mobil elf satunya dimana kakak kakak OSIS lainnya tampak menuruni mobil dengan santai sambil bercanda ria.
“Cepat woi!” Salah satu kakak OSIS yang tinnggi besar dan mukanya garang itu terus berteriak tanpa henti. Abi membatin, tanpa perlu diteriaki seperti ini, para anggota juga akan segera turun dari mobil. Dirinya kesini ingin melaksanakan pelantikan OSIS, bukannya mengikuti pelatihan tentara.
Tanpa mengurangi gairah berteriaknya, para anggota itu segera memperintahkan adik adiknya untuk meletakan tasnya didepan kaki mereka masing masing. Beberapa anggota OSIS membuka dan mengacak acak satu demi satu tas para calon seakan akan ini sedang dalam penggrebekan obat terlarang. Para anggota itu membuat berantakan isi tas yang sudah ditata rapi oleh para calon.
Abi kembali membatin, dia terus mempertanyakan kegunaan dari tindakan ini semua. Menurutnya teriakan teriakan seperti itu dan penggeledahan seperti ini sangat tidak diperluhkan. Mereka bukan tahanan penjara dan mereka juga tidak melakukan kesalahan apapun, jadi kenapa para anggota itu harus bersikap kasar.
Tapi penolakan itu hanya menggelora di hati Abi dan tentunya gadis itu tidak memiliki keberanian yang cukup untuk mempertanyakan semua ini pada kakak OSISnya. Setelah semua dirasa aman dan memang semua akan aman, kakak OSIS yang besar dan menyeramkan itu segera menyuruh calon untuk mengumpulkan tas mereka di satu titik lalu kembali untuk memulai upacara pembukaan pelantikan anggota OSIS baru untuk priode ini.
Setelah upacara itu, bukannya istirahat sejenak sehabis perjalanan jauh yang didapat, melainkan materi keanggotaan OSIS yang dibawakan oleh pembina pramuka. Tentu saja Abi membatin. Tempak sekali perbedaan dari perlakuan kakak OSIS nya saat ada dan tidak ada dewan guru. Para guru yang harusnya mengawasi jalannya acara baru saja tiba sesaat setelah upacara selesai karena mereka berangkat dengan mobil pribadi masing masing.
Para anggota itu tidak akan berani berbuat kasar dan menjurus pada perundungan jika di depan dewan guru. Tapi tentu saja kegiatan seperti ini akan banyak sekali kesempatan untuk melaksanakan perpeloncoan mengingat kegiatan dijalankan penuh oleh siswa dan para guru itu hanya sekedar mengawasi disini. Tentunya setelah lima hari bekerja keras, mereka tidak akan terlalu memperdulikan kegiatan ini dan lebih berfokus pada liburan pribadi.
Abi meremas remas bungkusan nasinya yang sudah tandas tak bersisa itu lalu mebuangnya ke tempat sampah yang sudah disediakan. Dari pagi Abi merasakan lapar yang luar biasa karena dia tidak sempat sarapan. Abi tentu tidak ingin membangunkan Bi Ami untuk membuatkannya sarapan di pagi buta hanya karena dia harus berangkat pagi pagi sekali.
“Gimana Bi? Sudah kenyang?” Zagi bertanya sambil mengumpulkan kantong sampah bekas bungkus makanan anak anak. Zagi menaruh kantong sampah besar itu yang seharusnya segera dia kumpulkan ke tempat semestinya dan malah mengajak Abi mengobrol. Dari kejauhan Alicia bisa melihat mantan pacarnya itu sedang mengobrol ria dengan primadona baru sekolah. Tentu hal itu membuat suasana hatinya berubah seratus delapan puluh derajat.
Pagi menjelang siang dan siang menjelang sore. Entah kali ini apa lagi yang akan dilakukan para anggota OSIS itu. Mereka kembali membariskan para calon di tempat yang sama saat upacara tadi pagi. Abi merasa gerah, seluruh badannya terasa lengket berlapis keringat dan kotoran. Ingin sekali untuk segera membuka semua bajunya dan berendam di bathup salama satu jam sambil menggosok pelan badannya hingga bersih.
Lamunan itu buyar ketika para anggota tampak datang menghampiri. Dari raut mukanya, sepertinya mereka akan melakukan sesuatu yang buruk. Abi juga bisa melihat Alicia dan beberapa temannya berjalan cepat menghampirinya. Abi bisa melihat beberapa anggota tampak sedang memilih milih calon yang kemudian mereka tarik bajunya untuk mengikuti mereka.
Entah apa yang direncanakan para anggota itu Abi lebih memilih untuk tidak menebak nebak sambil terus berharap Alicia dan teman temannya tidak menghampirinya. Keberuntungan itu tidak pernah datang, Alicia segera menarik lengan Abi dengan kasar dan menyeretnya. Abi hanya bisa pasrah melangkahkan kakinya menuju kemanapun Alicia berjalan. Sesekali matanya terpejam dan berdoa kepada Tuhan agar tidak ada apapun yang buruk yang menimpa dirinya hari ini.
Abi dibawa pergi cukup jauh oleh Alicia dan teman temannya. Gadis itu bahkan ditarik keluar dari wilayah villa menuju ke pepohonan di belakang. Keempat gadis muda itu masuk cukup dalam ke barisan pohon yang lumayan lebat, ditambah langit sudah mulai berubah warna kehitaman yang menandakan malam akan segera datang. Hal itu tentu membuat Abi khawatir, gadis itu semakin sering memejamkan matanya dan memanjatkan doa.
“Kenapa? Lo takut sama kegelapan ha?” Ujar Alicia masih dengan nada yang tidak enak di dengar. Mereka akhirnya berhenti dan Abi diperintahkan untuk berdiri dibawah pohon entah apa namanya yang cukup besar. Sementara satu teman Alicia kembali. Alicia dan satu orang temannya memandangi Abi sambil terus tertawa seakan menikmati penderitaan yang dialami Abi.
“Sebutin nama, asal kelas dan alasan masuk OSIS!” Ujar Alicia galak sambil mengeluarkan ponsel pintar dari saku celananya. Alicia mengambil video saat Abi menyebutkan nama, asal kelas, dan alasan masuk ke organisasi dengan terbata bata. Alicia kembali tertawa cekikian seakan menikmati penderitaan adik kelasnya itu. Alicia mengajukan beberapa pertanyaan konyol untuk lebih merendahkan Abi lagi.
“Hai anak baru! Apakah kamu masih perawan atau tidak?” Abi mengangguk tanpa mengeluarkan kata kata sedikitpun. Alicia dan temannya kembali tertawa dan kali ini lebih kencang lagi. Kedua gadis itu mengeluarkan kata kata yang tidak pantas sambil seakan akan sedang berkomunikasi dengan penonton di video tersebut.
“Lu cupu ya ternyata! Kalau begitu gue bakal ajarin lo biar jadi keren. Buka baju lo!” Ujar Alicia galak sambil terus mengarahkan kamera ponselnya ke Abi. Tentu saja Abi akan menolaknya tapi Alicia tidak pernah suka dengan penolakan. Alicia maju kemudian menampar pipi Abi dengan keras kemudian menjambak rambutnya dan berbisik pelan di dekat telinganya.
“Kalau lo gak nurutin gue, gue bakal buat lo babak belur disini!” Tatapan itu membuat Abi jeri. Matanya sudah berkaca kaca dan beberapa tetes air mata turun membasahi pipi. Ingin sekali Abi menangis sekeras kerasnya dan berlari pulang tapi itu semua tidak mungkin. Sambil menahan isak tangis, Abi mulai menuruti perintah Alicia. Abi melepaskan kancing bajunya satu persatu lalu melepas bajunya.
“Lepaskan sekalian baju dalamnya! Udah SMA masih aja pakek baju dalam!” Bentak Alicia. Abi hanya bisa menangis dan menurut. Air matanya kian deras jatuh membasahi pipi manisnya. Abi tetap berusaha untuk kuat dan tidak menangis sesenggukan. Abi akhirnya melepaskan baju dalamnya dan kini dia hanya memakai bra di tubuh bagian atasnya. Alicia tertawa puas melihat adik kelasnya yang sudah habis dia kerjai itu.
Tapi bukan Alicia jika berhenti disitu saja. “Hei! Angkat tanganmu lalu goyangkan pinggulmu! Cepat!” Abi menggeleng, dia sudah tidak tahan lagi dperlakukan seperti ini tapi Alicia tetap tidak memiliki rasa ampun. Gadis itu maju kemudian menampar Abi dengan lebih keras lagi dan seakan meninggalkan bekas tangan merah dipipi kiri Abi. Abi mulai mengangkat tangannya dan menggoyangkan pinggulnya seperti yang diperintahkan Alicia. Tangisnya mulai terdengar dan sesekali tangan Abi menyapu air mata yang menggenang.
Alicia terus tertawa sambil terus mengangkat ponsel pintarnya untuk merekam kejadian itu. “Bi, lo gak kegerahan apa? Karena gue kakak kelas yang baik, jadi gue bakal kasih lo mandi sore yang seger!” Tiba tiba salah satu teman Alicia yang sebelumnya pergi, datang membawa satu ember penuh air dan menyiramkannya perlahan keatas kepala Abi. Air itu membasahi tubuh gadis malang itu dan seakan memperlihatkan lekuk indah tubuhnnya.
Alicia dan teman temannya berteriak riuh seakan sedang berpesta. “Hei, siapa yang suruh berhenti joget? Ayo joget lagi dan harus lebih hot!” Bentak Alicia dan teman temannya. Keadaan sudah menjelang malam, akhirnya Alicia memerintahkan Abi untuk berhenti. Ketiga gadis itu berdiri dan mendekati Abi yang mencoba mengambil bajunya. Alicia tanpa ampun menendang tubuh Abi sehingga dia tersungkur ke tanah.
Alicia dan teman temannya berlalu pergi kembali ke villa meninggalkan Abi sendirian yang terus menangis. Abi meraih baju bajunya yang basah kemudian beranjak duduk menyender ke pohon terdekat lalu memeluk dirinya sendiri. Gadis itu akhirnya menumpahkan semua kesedihannya, tangisannya terdengar pilu ditengah pepohonan yang sepi. Abi belum pernah merasakan dipermalukan dan dilecehkan seburuk ini.
Gadis itu mendongak ke atas menatap langit malam dengan matanya yang merah karena menangis. Abi bertanya kepada Tuhan, kenapa Dia tidak melindungi Abi dari siskaan ini, kenapa Tuhan membiarkan Abi dipermalukan seperti ini. Bukankah Abi selalu menjadi anak yang baik seperti yang diperintahkan olehNya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengatasi
Teen FictionSeperti biasa, Abi selalu mengawali paginya dengan ceria. Gadis itu melangkah sedikit melompat membuka satu per satu gorden yang ada dirumahnya. Sifatnya yang seperti itu membuat orang lain pasti berpikir bahwa dia anak yang ceria yang memiliki kelu...