14.semilir angin

42 2 0
                                    

05.30

Aku membelah jalanan bersama fajar dengan menaiki motor KLX nya itu ,perjalanan ini pasti memakan waktu hampir kurang lebih enam jam untuk menuju Tasikmalaya tepatnya rumah buyut ku,aku tersenyum kepada rumput rumput yang bergoyang di sepanjang jalan , sungguh indah sekali perjalanan ini seperti berada dalam kebahagiaan selamanya

Aku memeluk perut fajar dengan erat sambil menyandarkan kepalaku di pundaknya,aku sengaja tidak memakai helm karena ingin menikmati semilir angin yang menghampiriku di sepanjang perjalanan jauh ini

Fajar memegang tanganku yang melingkar di perut nya ,aku pun tersenyum ,entah perasaan apa yang menghampiriku kali ini sampai sampai aku tersenyum ketika fajar memegang tanganku

Aku melihat langit yang berwarna jingga , seperti nya sang dewa cahaya akan terbit apalagi kalau bukan matahari,fajar pagi ini sungguh indah tapi bukan fajar yang sedang bersamaku yah,tapi fajar yang ada di langit

09.00
Kami berhenti sejenak  di tengah perjalanan ini,karena katanya fajar pegal tangannya:v

Aku duduk di tengah hamparan pasir yang luas yang membentang luas ke arah timur dan di depan pasir ini terdapat jalan raya yang tidak terlalu besar

Fajar meneguk air minum nya sedangkan aku hanya menatap nya dengan tersenyum

Fajar sangatlah tampan ketika berkeringat,hidung nya yang mancung ,rambut nya yang berantakan,bibir nya yang tebal berwarna pink peach ,alis nya yang tebal ,bulu matanya yang lentik,dan juga mata nya yang berbentuk almond itu

"Ngapain Lo ngeliatin gua sampai senyum senyum sendiri"kata fajar

Aku tersadar dari lamunanku

"Eh"aku menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal,aku malu sekali ketika aku kepergok fajar karena melihatnya sambil senyam senyum

"Eh mentari kita foto yu bagus banget nih tempat kaya Padang pasir ,terus nanti gua tunjukkin sama adek gua yang cadel biar dia iri"kata fajar sambil cengingisan

Aku pun mengangguk

Dan kita berdua foto selfie sambil memperlihatkan hamparan pasir yang terbentang luas itu

"Gua kirim yah sama sidina biar dia mewek terus ngadu sama mamih"kata fajar diiringin tawanya itu

"Aduhh fajar mentari pengen pipis gak kuat nih"kata aku sambil berjalan tidak tentu arah

"Yaudah pipis aja apa susah nya'kata fajar santai sambil memainkan ponsel nya itu

Aku merebut ponsel fajar dari genggamannya

"Fajar aku serius"

Fajar menghembuskan napasnya kasar

Lalu dia mengajakku ke tempat yang ada pohonnya tepatnya sebelah Utara

"Nah Lo kencing disini aja ,soalnya disini itu daerah nya kaya gini semua gak bakal ada rest area sepanjang perjalanan"kata fajar akupun mengangguk

"Jangan ngintip"

"Ngak tenang aja ,gua gasuka badan Lo tepos gak berisi"kata fajar ketus

"Bangsat lo"

                          💛💛💛

16.30

Aku sudah sampai di perkampungan yang ramai ini,banyak anak kecil yang bermain bola di sawah yang dijadikan lapangan itu,aku masih ingat waktu aku berkunjung ke sini dulu aku juga bermain disana bersama teman ku ,aku turun dari motor fajar ,terpampang di depan ku rumah adat khas Sunda yang terbuat dari bilik itu ,lalu aku tersenyum dan menyuruh fajar mengikutiku

"NENEK INI CICIT MU DATANG"aku berteriak lalu menaiki rumah buyut ku yang panggung ini dan mengetuknya

"Kok gak ada yah jar"kataku kepada fajar yang sedang duduk ,fajar hanya mengedikan bahunya

"MENTARIIIIII"

"ABAYYYYYY"

Aku berpelukan dengan seorang laki laki yang berteriak kepadaku itu ,aku menangis ,aku merindukan abay yang selalu menemaniku ketika aku berkunjung ke rumah buyutku ini

"Kangennn"kata abay lalu memeluk ku lagi aku pun memeluknya

"Sama ihh "

Lalu akupun melepaskan pelukan abay dan fajar menatapku dengan heran

"Oh iya bay ,ini namanya fajar temenku di Jakarta"kataku memperkenalkan abay kepada fajar lalu mereka pun bersalaman

"Abay"

"Fajar"

"Oh iya bay ,nenek teh kemana kok gak keliatan nya"aku bertanya

"Nenek th lagi di sawah sama Ucup tadi abay teh liat"balas abay

"Yaudah atuh kita ke sawah"ajakku lalu abay pun mengangguk dan kita bertiga menuju ke sawah

Setelah sampai sawah itu aku melihat nenekku sedang duduk bersama Ucup di sebuah saung yang kecil , sepertinya mereka sedang memandang senja yang perlahan kian hadir lalu perlahan juga menghilang

"Nah fajar itu buyut aku ,dia itu meski udah tua tapi tenaga nya beuh aku aja kalah,terus yang di sampingnya itu anaknya yang ke lima namanya Ucup ,buyut ku itu punya anak 5 yang ke satu oma ku yang di Belanda  terus yang ke dua itu perempuan namanya Maria dia tinggal di Samarinda,terus yang ke tiga namanya Resti dia tinggal di Subang ,yang ke empat amar dia bareng tinggal sama nenek terus yang kelima Ucup "kata ku menjelaskan sedangkan fajar hanya mengangguk saja

Aku menghampiri nenek yang berada di saung itu

"NENEKKKKKK"Aku berteriak dan langsung memeluk nenek dengan erat nenek pun membalas pelukanku

"Yaampun cicit nenek ni tos besar kieu"kata nenek

Aku pun melepaskan pelukan nenek dan memegang bahunya

"Nenek baik kan"aku bertanya

Nenek pun mengangguk dan bertanya balik kepadaku apakah aku baik,ingin sekali aku menjawab bahwa semenjak kepergiannya itu aku tidak baik baik saja tapi aku tidak ingin membuat nenek khawatir

"Nenek lagi ngapain"aku bertanya lalu duduk di bale

"Lagi ngadaweung sama Ucup "balas nenek (ngadaweung=nongkrong)

Aku pun melihat Ucup

"Heyy my best brother"aku langsung memeluk Ucup ,Ucup pun langsung membalas pelukanku

"Lo jahat gak kesini sini ,gua udah lumutan nunggu Lo kesini"kata Ucup lalu melepaskan pelukanku

Ucup itu meskipun orang kampung tapi kalau dia bicara pasti akan menggunakan embel embel lo-gua
Dia itu orang nya gaul meskipun orang kampung,Ucup itu hanya berbeda satu tahun dariku dia itu sudah kelas 12 SMA

"Eh ini ada siapa ini"tanya nenekku ketika melihat fajar,fajar pun tersenyum dna langsung menyalimi nenek

"Saya fajar nek temennya mentari"

"Eleuhh ni kasep nya ,alabatan artis luar negri"kata nenekku sambil tersenyum kepada fajar

"Terus Ucup teh gak kasep Kitu Mak"tanya Ucup

"Kamu ge kasep tapi teu sakasep Ujang fajar"balas nenek dengan ketus

Aku pun tersenyum ,fajar memandangku lalu dia ikut tersenyum

"Amar kemana nek"aku bertanya

"Amar teh sama si Silvi ka kampung naga katanya rek main sambil nyari naon meren nenek ge gatau"balas nenekku ,memang kampung nenek ku ini tidak terlalu jauh ke kampung adat naga yang terkenal dengan adatnya yang masih tetap digenggam itu

Aku pun mengangguk ,lalu kita pun duduk di bale sambil menikmati semilir angin yang datang sambil menunggu senja untuk menghampiri dan malam pun datang untuk menghancurkan

Jangan lupa bintang guys, terimakasih buat yang selalu baca)


Singgah SesaatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang