story 2

7.2K 654 7
                                    

Mereka. Empat remaja itu tengah bejalan menyusuri koridor sekolahnya. Tidak seperti hari biasanya yang penuh dengan candaan. Sebenarnya mereka sedang tidak minat untuk pergi kesekolah, jujur mereka merasa khawatir karena nenek yang sedang sakit. Kedai memang sengaja tidak dibuka tapi tetap saja nenek jung tak ada yang menemani.

Mereka berjalan dalam diam, tak ada niatan untuk berbuka suara satu pun. mereka hanya sibuk dengan pikiran masing masing. Dan seterusnya seperti itu sampai mereka sampai dikelas.

"Apa gw izin pulang kalik ya" celetuk haechan, membuat keempat remaja itu mendongakan kepalanya serempak.

"Sama gw" sahut jaemin antusias

"Nenek gak akan suka kalok kita bolos, apalagi alasannya karena nenek" ujar renjun, sebenarnya dia juga berpikir hal yang sama untuk izin.

"Bener tu" tambah jeno menyetujui kalimat renjun.

Jaemin dan haechan menghela nafas pasrah, itu benar neneknya tak akan suka kalok mereka bolos sekolah.

"Perasaan gw gak enak" gumam jaemin yang masih bisa terdengar oleh ketiga anak lainya.


Disisi lain, orang yang sedang dikhawatirkan itu sedang bersiap untuk pergi kesuatu tempat.

Nenek jung. Dia sedang dalam perjalanan kerumah sakit, ia memang sengaja tidak memberitahu keempat cucunya agar mereka tidak membolos seperti waktu lalu saat dirinya demam.

Setelah sampai, ia langsung pergi kedalam satu ruangan dokter tanpa bertanya terlebih dahulu. Terlihat seperti sudah biasa datang. Tapi itu memang benar, ia sudah terbiasa datang kerumah sakit ini.

"Nenek?... Ada apa? Bukannya masih 3 hari lagi jadwal kemonya?" Tanya seorang wanita yang lengkap dengan jubah sebagaimana dokter pada umumnya.

"Entahlah nenek hanya merasa harus melakukan pemeriksaan" ujarnya setelah duduk disofa yang ada disana.

Tiffany. Ia menghampiri nenek jung lalu mendudukan dirinya disamping sang nenek. "Apa kemarin drop?" Tanyanya dengan nada khawatir.

Nenek tidak mengucapkan satu katapun, ia hanya membalas dengan anggukan lemah, sejujurnya ia sedang menahan pusing yang menjalar dikepalanya.

"Baiklah, nenek bisa berbaring disini terlebih dahulu... fany akan melakukan tes soal perkembangan kondisi nenek" jelasnya, lalu beranjak memapah nenek jung untuk berbaring diatas bangsal itu.

















***

"Woy... Tumben diem diem bae" pekikan itu sukses membuyarkan lamunan keempat remaja yang sedari tadi hanya menatap makanan mereka dengan tatapan kosong.

"Bisa gak sih, gak usah ngagetin" ketus haechan saat mendapati cewek yang sedang tertawa renyah itu.

Somi, cewek yang merupakan kawan haechan... Ah lebih tepatnya kawan adu bacot itu menghentikan tawanya karena keempat orang itu tak mengidahkannya bahkan seperti menganggapnya tak ada.

"Kalian kenapa sih? Tumben pada mendadak bisu begini" Tanyanya sambil menggeser tubuh haechan lalu duduk disampingnya.

Mereka memang tidak satu kelas tapi mereka akrab karena memang ia teman dari smp. jadi perlakuan somi itu sudah biasa bagi mereka. "Lo yang tumben, mana heejin biasanya kalian nempel terus" ujar renjun.

Our Story • 00 line ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang