story 19

2.8K 332 17
                                    




"apa maksud bibi? Kenapa semudah itu, apa bibi yakin itu bukan jebakan?"

Renjun sedikit memekik kaget saat mendapat kabar baru dari sooyoung, bagaimana tidak kaget... Orang yang menginginkannya, bahkan mengincarnya itu tiba tiba saja menyerahkan diri dan akan mengembalikan semua haknya, tanpa syarat apapun, Siapapun pasti akan curiga jika menghadapi situasi seperti ini.

"Bibi juga sempat curiga, namun xizhang benar benat menyerahkan dirinya pada pihak berwajib. Menurut informasi yang bibi dapat, beberapa hari yang lalu istrinya meninggal karena penyakit yang dideritanya." Jelas sooyoung.

Setelahnya hening beberapa saat karena renjun yang masih berusaha mencerna setiap kata yang disampaikan sahabat dari ibunya itu. Sampai akhirnya Sooyoung kembali bersuara.

"Bagaimana? Apa kau siap menemuinya? Rencananya xizhang akan menjalankan hukumannya di china"

Renjun mendongak, jujur saja ia merasa tidak percaya. Mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya bersuara "bibi, entah kenapa aku belum bisa mempercayai fakta ini, bibi tau sendiri bagaimana kejamnya mereka... Mereka benar benar licik bibi, mereka gak punya hati"

Sooyoung menghela nafasnya dalam, ia bersandar pada sandaran kursi kantin disana. Benar apa yang dikatakan renjun, orang orang itu benar benar licik... Apapun bisa mereka lakukan demi mendapatkan yang mereka inginkan. Atensinya kembali teralih saat renjun kembali bicara.

"Lagi pula aku gak butuh harta itu, kalok mereka benar benar sudah berhenti mencariku... Ya udah, pergi dan jangan nampakin diri lagi, itu aja. Soal harta, aku gak peduli... biarin aja asal mereka gak ganggu bibi lagi" jelas renjun dengan percaya diri. Renjun tidak berbohong, ia benar benar tidak ingin berurusan dengan orang orang seperti mereka... Baginya ia hanya harus fokus dengan kehidupannya sekarang, bersama orang orang yang sudah bersama sejak saat itu, saat dimana ia benar benar kalut.

"Jadi Bagaimana?"

"Aku akan menemuinya dan mengatakan hal yang barusan aku katakan, tidak apa apa... Mungkin itu memang milik ku, tapi kalok karena benda itu bisa buat kesialan, buat apa diperjuangin"

Mendengar itu, senyum Sooyoung tertarik... Ia sendiri merasa bangga dengan pemikiran pemuda yang terbilang masih dibawah umur itu. "Baiklah, mereka akan terbang 3 hari lagi" ujarnya yang mendapat anggukan dari renjun

"Secepatnya aku akan menemui tuan xizhang" ucapnya.

Setelahnya mereka beranjak untuk kembali keruang rawat nenek. Ah benar, setelah dirawat dua hari di icu. Nenek dipindahkan keruang rawat biasa, kali ini mereka menempatkan nenek diruang vip.. meski sempat menolak, tadi keempat cucunya berhasil membujuk sang nenek.

Sesampainya disana, ada suami berserta bayi Sooyoung dan ada haechan juga. "Dimana jaemin sama jeno?" Tanyanya sembari mendudukan dirinya disamping haechan.

"Gak tau, tadi bilangnya ada urusan dulu, dan berhubung lu udah disini... Gue izin ya? Kekamar sebelah" jawabnya sedikit cekikikan, renjun paham dan mengangguk mengiayakan

"Ditinggal bentar ya bu pak"















***

Suasana diruangan itu benar benar canggung, tidak ada yang memulai suara sejak tadi. Sampai akhirnya jaemin bersuara yang diawali sebuah deheman hingga sepasang ibu dan anak itu menoleh kepadanya. "Akan lebih baik kalau kalian bicara bedua" ujarnya

Our Story • 00 line ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang