story 31

2.5K 313 49
                                    

Jaemin, jeno, haechan dan renjun sedang berada di kantin, ah somi dan heejin juga. Mereka tengah menikmati makan siang mereka bersama. Renjun berdehem untuk meminta perhatian dari mereka, dan ya mereka menoleh padanya dalam serempak.

"Gue mau ngomong"

"Lah itu bukan ngomong?" Cibir haechan santai.

Renjun menggerling malas, sedangkan haechan hanya biasa aja.

"Yaudah gak jadi"

Tak ada yang menanggapi ucapan renjun barusan, entah apa yang mereka pikirkan, tapi mereka semua benar benar terlarut dalam pikiran masing masing. Renjun hanya menghela nafas dan memilih kembali makan, ia tentunya paham, mungkin.

Di antara mereka, heejin memerhatikan kelima temannya. Ia juga paham kenapa mereka seperti itu, tapi ia tak suka suasana ini.

BRAK

Semuanya terlonjak kaget, kecuali heejin, sipelaku yang tiba tiba menggebrak meja.

"Jantung gue" gumam haechan sembari mengelus dadanya.

Heejin yang melihat itu hanya tertawa, apa lagi saat melihat wajah kaget haechan dan renjun, benar benar membuat perutnya geli.

"Ngapain lo?" Tanya renjun ketus

"Ya gue gak suka aja, kita lagi ngumpul gini tapi malah pada diem, gue ngerti perasaan kalian tapi setidaknya kita ngumpul ini buat lupain sejenak masalah kalian, ngademin pikiran"

Haechan berdecak, ia menghela nafas malas "lu gak seru, orang kita sengaja mau ngacangin ni anak" ucapnya yang di angguki oleh jaemin, jeno dan somi.

Renjun yang paham dengan apa yang dimaksud haechan pun hanya mendengus, ah padahal dia pikir saudara saudaranya itu masih sedih, rupanya ya haechan tetap haechan. Heejin pun sama, dia pikir itu benar benar melow.

"Huh sialan, tau gitu gue juga ikutan" kesal heejin sembari mendudukan dirinya kembali, sembari merajuk.

"Sama aja" dengus renjun, sedangkan yang lain hanya cekikikan.

"Yaudah iya iya, mau ngomong apa?" Tanya jaemin pada akhirnya.

Renjun kembali diam, ah kenapa dia merasa gugup, lidahnya juga kelu padahal hanya memberi tau kalau dirinya ingin pulang ke negri asalnya, itu pun baru ingin.

"Dih malah diem"

"Emh... I-itu, kalau gue pulang ke china gimana?" Tanyanya ragu.

"Gak gimana gimana, rumah lo kan disana" sahut haechan santai, membuat renjun kembali mendengus.

"Kalau emang itu pilihan lo, gue gak akan maksa, tapi lo yakin?" Tanya jaemin yang memang menanggapinya dengan serius.

Renjun menatap jaemin, tidak menjawab, ia hanya menghela nafas lesu sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang di dudukinya, lantas menatap yang lain satu persatu.

"Jadi?" Tanya jeno.

"Gue gak yakin, tapi gue gak mau ngerepotin bibi sooyoung dengan tinggal dirumahnya sedangkan rumah keluarga gue di china masih ada" jelas renjun.

"Lo kan bisa beli rumah disini" celetuk haechan pelan, namun masih bisa terdengar "emang harus banget ya lo pulang ke china? Lo punya uang, lo bisa kan beli rumah disini?" Lanjutnya setelah seluruh atensi beralih padanya. Ah jika boleh jujur, haechan tak ingin kawannya itu pergi.

Renjun mengernyit, begitupun yang lain. Antara percaya dan ragu dengan yang dikatakan haechan.

"Chan lo serius?" Tanya somi

Our Story • 00 line ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang