Story 34

2.7K 330 47
                                    

Haechan, jeno, renjun dan jaemin memang bukan saudara kandung. Tapi percayalah, saking lamanya mereka bersama membuat hubungan batin mereka menguat satu sama lain. Mereka seakan saling berbagi rasa, mau itu sakit atau senang.

Seperti sekarang, sudah 3 hari sejak dibawa kaburnya jaemin, ketiga anak lainnya benar benar tak tenang, mereka terus kepikiran, mereka khawatir bagaimana keadaan saudaranya itu.

Jeno mengerjapkan matanya saat sesuatu yang basah mendarat pada dahinya.

"Kau bangun?"

Diliriknya Tiffany yang duduk disisi ranjang dengan tangan berada diatas dahinya. Ya, Tiffany sedang mengompresnya.

"Ibu" lirihnya sembari melingkarkan tangannya di pinggang sang ibu, mendusel diperut sang ibu layaknya anak kecil.

Tiffany tak tau harus melakukan apa, untuk saat ini ia hanya bisa menemani putranya agar tak seterpuruk sebelumnya. Ia tau kalau jeno benar benar kepikiran dengan Jaemin, tiffany juga khawatir tapi ia tau bahwa jeno lebih khawatir.

Dua malam belakangan, jeno selalu tak bisa tidur. Ia terus bermimpi buruk bahkan mengigau memanggil nama jaemin, dan karena itu jeno jadi demam.

Rasanya menyesakan melihat keadaan jeno, memang tidak terdengar isakan tapi tiffany tau kalau jeno menangis.

"Tenang sayang, kita harus yakin kalau jaemin pasti baik baik saja, emmhh?"

Dan anggukan kecil selalu menjadi jawaban jeno setiap tiffany berkata demikian.

Sama halnya dengan jeno, renjun juga nampaknya demam karena terlalu kepikiran. Saat ini renjun tengah berada diruang tengah bersama simyeon yang asik memainkan barbienya. Renjun hanya duduk diatas sofa memerhatikan bocah berpipi gembil itu.

Perhatian renjun teralih kala seseorang duduk disampaingnya. Itu Sooyoung dengan segelas air dan satu tablet obat.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanyanya sembari menyodorkan obat dan air tersebut.

"Lebih baik" jawab renjun, hanya fisiknya tentu saja.

Sooyoung hanya bisa menyunggingkan senyum tipis nya. Tangannya terulur mengelus lembut kepala renjun.

"Oppa"

Renjun menunduk saat simyeon berdiri dihadapannya dengan barbie yang dia angkat. Renjun paham, ia terkekeh lantas turun dari sopa untuk menemani adik kecilnya itu bermain

"Baiklah, cha... Kita buat rumah untuk barbienya" ujarnya yang dibalas seruan senang dari bocah itu.

Lain lagi dengan renjun dan jeno. Haechan memang tidak baik baik saja, tapi bukannya istirahat, anak itu malah datang ke rumah jaehyun. Dan menyaksikan bagaimana para detektif itu bekerja, ya mereka bekerja dirumah jaehyun,hanya beberapa karena selebihnya seperti seharusnya, bekerja dikantor.

Haechan hanya duduk di atas sofa, memerhatikan mereka yang sibuk dengan laptop masing masing , ia tau mereka sedang melacak keberadaan jaemin.

"Tidur sana dikamar jaemin" titah jaehyun yang baru turun dari atas.

"Nanti aja"

Jaehyun hanya bisa menghela nafas sekilas. Ia tau betul bagaimana khawatirnya haechan sekarang, karena dia juga merasakannya.

"Aku tidak tau ini benar atau tidak, tapi bukankah ini helikopter milik jung mintae?!"

Semua atensi teralih pada seulgi yang sedang mengamati sebuah foto yang ia dapatkan dari pontingan seseorang diinternet, foto itu diposting beberapa menit yang lalu.

"Bisa kau perjelas?" Pinta jonnhy, mata lelaki itu menyipit memperhatikan foto selvi tersebut.

"Aku yakin itu benar bener milik kakek, lihat sebelah sini-- seragam ini adalah seragam karyawan perusahaan keamanan milik kakek" jaehyun menunjuk pada beberapa orang yang tak jauh dari sekitar helikopter, jaehyun yakin itu benar benar milik kakeknya.

Our Story • 00 line ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang