Rencana haechan sama somi harus tertunda, sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan masalah pribadi. Pun dengan renjun, ia juga menunda rencana menemui xizhang. Saat ini tak ada yang bisa mengalihkan perhatian ke empat cucu nenek jung, mereka dirundung rasa khawatir karena kondisi nenek yang kian memburuk, bahkan tiffany sempat bilang jika mereka harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi
Sekarang mereka sedang berada diluar ICU, tidak ada yang terlihat tenang diantara keempatnya. Disana juga ada somi dan Sooyoung yang setia menemani keempat anak sma ini. Pintu ruangan terbuka dan menampakan tiffany dengan wajah lelahnya, semuanya berdiri tanpa aba aba.
"Maaf" lirihnya sembari mendudukan kepalanya.
Mendengar itu, enam orang yang sedari tadi menunggu itu membeku. Tidak, bukan kata maaf yang ingin mereka dengar dari bibir tiffany... Astaga, entah kenapa rasanya tulang tulang pada kakinya hilang begitu saja... Renjun sudah bersimpuh sejak melihat wajah tiffany tadi, haechan pun sama sedangkan jeno dan jaemin masih tetap diposisinya...
Dunia nya, dunia mereka serasa runtuh seketika, hatinya seperti dihantam ribuan batu.
"Kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi tuhan berkata lain, kami benar benar minta maaf" ujar tiffany dengan suara yang terdengar bergetar karena menahan tangis. Dan saat itupun tangisannya pecah, terdengar isakan yang sangat jelas.
Sooyoung menghampiri tiffany, ditepuknya bahu wanita dihadapannya itu sambil menggeleng kepalanya "kau tidak perlu meminta maaf, bukan salahmu... Kau sudah berusaha tapi ini sudah kehendak tuhan" ujarnya, kemudian beralih pada renjun yang menangis ditempatnya bersimpuh... Menarik putra dari sahabatnya itu kedalam dekapannya setidaknya Sooyoung bisa menjadi sandaran.
Haechan pun sama, somi sudah memeluknya sedari tadi... Tak ada penolakan mengingat hubungan mereka adalah sepupu, ini kali kedua somi melihat haechan hancur seperti ini, dan kali ini rasanya lebih menyakitkan, tangisan yang meraung sungguh membuat hatinya mencelos.
Somi tau gimana sayangnya haechan sama nenek, bayangan bagaimana caranya menatap nenek, bercanda dan tertawa bersama nenek, astaga somi melihat kasih sayang yang sangat tulus disana.
Tiffany pun sama, ia menghampiri jeno yang terduduk dikursi tunggu... Sama seperti yang lain, ia menarik sang putra kedalam dekapannya dan saat itupun tangis jeno pecah, anak itu tak menolak dan membalas pelukan dari sang ibu, untuk saat ini jeno membutuhkannya.
Tak peduli seberapa marah dirinya pada wanita itu, kalik ini dia hanya ingin egois. Jeno butuh sandaran, jeno butuh kekuatan, jeno butuh-- Tiffany, ibunya.
Orang pertama yang bertemu nenek, orang pertama yang mengenal nenek, orang pertama yang mendapat perawatan dan kasih sayang dari nenek, nenek jung adalah dunianya, malaikatnya.
Dan sekarang, dunianya itu sudah hancur, malaikat nya sudah pergi.
Tatap kosongnya lurus ke depan, menatap wanita baya yang sudah terbujur kaku diatas bangsal sana.
Telinganya mendadak tuli, tangisan renjun sama haechan tak terdengar, omelan omelan nenek, candaan nenek, dan tawa nenek, semua tentang nenek berputar di pikirannya. Kakinya melangkah tanpa perintah, hanya nenek, tujuan jaemin hanya nenek.
Sesampainya didepan bangsal sang nenek, tangannya terulur menyentuh dan mengusap wajah pucat nenek disana. Sungguh hatinya benar benar sesak, meski air bening itu tak henti hentinya keluar, namun tak ada suara isakan yang ia keluarkan. Tangannya bergerak turun, beralih pada tangan sang nenek, di genggam tangan yang sudah terlihat berkerut itu. Semua nampak jelas, tangan ini begitu dingin dan terlihat pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story • 00 line ✔️
Fiksi Penggemar[END] kisah kehidupan empat remaja asing yang disatukan oleh takdir sehingga terjalinnya tali persaudaraan. Menghadapi susah senang bersama dari kecil. Tapi bagaimana saat masalalu mereka kembali kedalam kehidupannya sekarang ~ ~ ~ ~ Cerita ini real...