Kesal? Tentu saja... Apa yang dibahas oleh saudara dan gurunya itu cukup serius. Dan kenapa seseorang terus saja menghubunginya. Setelah empat kali menolak, akhirnya jaemin menggeser ikon hijau saat sampai di teras. Raut wajahnya semakin kesal saat tidak ada yang bicara dari sebrang sana.
"Jika tidak bicara, saya akan menutup panggilan ini" sarkasnya.
Terdengar deheman dari sebrang sana, seorang lelaki... Jaemin terdiam, menunggu orang disana bicara, 5 detik... Orang sisebrang sana masih belum juga bicara... Jaemin semakin dibuat kesal, setelah menghubungi beberapa kali dan saat diangkat malah diam... Apa orang itu bisu? Lalu kenapa menelpon?.
"Saya akan menutup__"
"Jaemin"
Jaemin terdiam... Suara itu, ia kenal suara itu yang tak lain adalah seseorang yang dihindarinya. Benar, itu suara jaehyun... Pemuda yang mengaku sebagai kakak darinya. Jaemin masih diam, dan menunggu kelanjutan kalimat jaehyun.
"Akhirnya--Apa kau baik baik saja?"
Jaemin mengernyit saat pemuda disana melontarkan pertanyaan itu, apa maksudnya baik baik saja. Setelah pertemuan beberapa hari lalu,.. tidak ada yang aneh dengannya... Atau sesuatu yang mencurigakan untuknya
"Dari mana anda mendapatkan nomor saya?"
"Itu tidak penting... sekarang hyung tanya... Apa kau baik baik saja?"
"Saya baik-- apa hanya itu? Jika iya, saya akan menutupnya sekarang"
"Jangan-- jangan ditutup dulu jae___"
Kalimatnya berhenti, jaemin bisa mendengar suara seperti benda yang disimpan diatas meja, kemudian suara seseorang menyusul...
"Kenapa kau terlihat panik?"
"Panik? Tidak... Aku hanya kaget saat nenek tiba tiba masuk"
Benar, jaemin juga mengenal suara itu. Jaemin diam diposisinya, ia belum memutus sambungan, sengaja, dia ingin tau apa yang akan dikatakan wanita tua itu.
"Benarkah? Siapa yang kau hubungi?"
"Hanya teman"
"Hanya teman, nenek"
"Diamlah.... Halo? Siapa kau? Hey bicaralah... Bisa bicara kan? Apa kau benar benar anak sialan itu? Apa kau tidak mati? Astaga... Berhenti mengganggu kami, kau hanya pembawa sial"
Jaemin bungkam, sakit... Siapa yang tidak merasa sakit saat seseorang menghinanya. Jaemin juga manusia, dan tentunya punya hati. Memilih memutuskan sambungan tanpa bicara apa apa. Kata kata itu kembali terngiang... Kata yang sama dan seseorang yang mengucapkannya pun sama.
Jaemin mendudukan dirinya dianak tangga teras. Ia kembali membuka ponselnya, ibu jarinya bergerak... Tanpa pikir panjang, ia memblokir nomor barusan... Tidak, jaemin sudah cukup dan tidak mau berhubungan dengan orang orang itu lagi.
Setelah selesai, ia memasukan ponselnya kedalam saku celana. Kedua lututnya ia tekuk kemudian menenggelamkan wajahnya disana, ia tidak bisa kembali kedalam... Mendadak moodnya hancur, biarlah... Lagi pula, mungkin renjun dan bu sooyoung akan lebih nyaman jika bicara berdua.
"Anak sialan"
"Kau hanya pembawa sial"
"Kenapa yoona mau melahirkanmu"
"Kau seharusnya tidak lahir kedunia ini"
"Pembawa sial"
"Nenek bilang aku tidak punya adik"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story • 00 line ✔️
Fiksi Penggemar[END] kisah kehidupan empat remaja asing yang disatukan oleh takdir sehingga terjalinnya tali persaudaraan. Menghadapi susah senang bersama dari kecil. Tapi bagaimana saat masalalu mereka kembali kedalam kehidupannya sekarang ~ ~ ~ ~ Cerita ini real...