Waktu sudah cukup petang, sebentar lagi malam dan kedai akan segera ditutup. Beberapa pelanggan masih asik tetap didalam, ada yang masih makan dan yang sudah selesai namun masih asik berbincang dengan kawannya.
Pintu yang terbuka mengalihkan mengalihkan perhatian jeno yang sedang membereskan beberapa mangkuk dan gelas.
"Dokter tiff?" Panggil renjun yang baru keluar dari dapur
"O' hai renjun" sapa wanita berparas cantik itu.
"Ketemu nenek kan?" Tebak renjun dan tiffany mengangguk membenarkan.
"Anterin sono, nanggung ni" titah renjun pada jeno... Beberapa mangkuk udah ada ditangannya sedangkan jeno belum mengangkat mangkuk yang ia bereskan tadi.
Jeno sedikit gugup, namun ia mengangguk kemudian mempersilahkan tiffany untuk mengikutinya.
Nenek sedang berada diruang tengah, asik dengan acara tvnya... Namun ia tetap menoleh saat mendengar pintu terbuka. Senyumnya terukir saat melihat tiffany dan cucunya datang.
"Jeno ambilin minum dulu ya nek" ujar jeno, namun itu hanya isyarat.. maksudnya tanpa suara. Setelah mendapat anggukan dari sang nenek, jeno melangkah kedapur untuk membuat dua gelas teh.
"Bagaimana nek? Merasa lebih baik?" Tanya tiffany sembari mengecek nadi nenek jung.
"Seperti itulah"
Tiffany paham, ia melanjutkan pemeriksaannya namun ekor matanya terus bermain, ia sesekali melirik kearah dapur... Tak lama jeno keluar dengan nampan dan dua gelas teh disana.
"Silahkan" ucap jeno kemudian kembali berdiri.
"Terima kasih sayang" ucap nenek dengan lembut.
Jeno mengangguk "kalau gitu jeno-- jeno kembali kekedai ya" ujarnya, sengaja menyebutkan namanya hingga dua kali, ingin tau saja bagaimana reaksi Tiffany
Dan benar, pergerakan tangan tiffany yang sedang mencatat sesuatu itu terhenti saat mendengar nama itu... Jeno, bohong jika tiffany tidak mengenal nama itu. Jeno hanya tersenyum miring saat berjalan kembali ke kedai.
kembali bekerja, membantu renjun membereskan piring dan gelas disana. Kedai sudah kosong, mungkin memang sebentar lagi larut.
Saat di dapur, jeno menghampiri jaemin yang sedang membersihkan peralatan memasak. Menepuk pundaknya yang hanya mendapat lirikan sekilas dari sang empu.
"Lucu" celetuknya membuat jaemin mengernyit dan menoleh "jangan belok plis" jawab jaemin dengan nada memelas.
"Apaan, najis banget belok ke lo. Yang gue maksud itu dokter tiff"
"Dokter tiff? Emang kenapa?"
"Lu gak tau ada dokter tiff?"
Jaemin menggeleng "Dokter tiff? Emang dia disini?"
Jeno mengangguk sembari mulai membantu jaemin mencuci perabotan. Jaemin melirik jeno, aneh saja... jeno terus senyum, biasanya jika mengenai ibunya, anak itu akan murung
"Lucu kenapa?" Tanya jaemin bermaksud pada ucapan sebelumnya.
"Tadikan gue sebutin nama gue tu, eh pas denger dia kaget dong tu... Langsung ngebleng mukanya, lucu banget sumpah... Bikin gue gatel pengen cakarin mukanya" jelasnya sembari terkekeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story • 00 line ✔️
Fanfic[END] kisah kehidupan empat remaja asing yang disatukan oleh takdir sehingga terjalinnya tali persaudaraan. Menghadapi susah senang bersama dari kecil. Tapi bagaimana saat masalalu mereka kembali kedalam kehidupannya sekarang ~ ~ ~ ~ Cerita ini real...