SeBeLaS

10 1 1
                                    

Seminggu kemudian

"KENA!!!"

Vano berteriak lalu menghampiri Kena yang berdiri di dekat gerbang kedatangan bandara. Ia memeluk Kena tanpa menyadari pria disebelah Kena.

Sena menemani Kena untuk menjemput Vano. Namun, yang dilihatnya kini membuatnya jengkel dan cemburu.

Cemburu?

Iya cemburu.

Sena menarik Vano dari pelukan Kena. Pertama Vano bingung dan ingin marah, tapi saat lihat Kena dirangkul oleh pria itu, kalau tidak salah namanya Sena, ia mengerti siapa pria ini.

"Eh sorry, gue gak liat ada lo disini, apa kabar?"seru Vano.

"Baik"ucap Sena dingin.

"Yaelah Ken, cari pacar kayak gini, gue tau pasti pacar lo sabar banget kan sama lo yang bacot nya minta ampun"

Sena dan Kena terkejut mendengar pernyataan Vano. Pacar?

"Hah? Pacar?"ujar Kena.

"Kalian pacaran kan?"

"Gak, kita gak pacaran"

"Tapi otw"

Kena memandang Sena dengan senyum liciknya. Pipinya merona dan panas.

"Udah ah jangan pandang-pandangan gitu dong, lo pake ganteng sih Sen, ntar gue naksir jangan salahin gue ya Ken"

"Enak aja"

Vano berlari dan Kena mengejarnya. Sena hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tinggal childish Kena sam Vano.

Tapi tidak apa. Sena melihat senyum Kena mengembang tanpa paksaan. Setelah seminggu ini, Kena bisa tersenyum, tapi terlihat pahit dan menyakitkan.

Sena selalu setia disamping Kena. Buktinya, Sena sudah seminggu ini menemani Kena di rumahnya dan tidak tidur di rumahnya sendiri.

Sena memberi Kena izin untuk tidak bekerja terlebih dahulu. Ia menyuruh orang kepercayaannya untuk menggantikan posisinya sementara. Walaupun sudah digantikan, Sena selalu bolak-balik kantor setiap hari untuk memastikan.

Seandainya ada Abe. Ia akan percaya sepenuhnya dengan gadis itu. Karena saat Sena dan Kena di London, Abe lah yang mendatangi klien dan membuat perusahaan Sena sedikit lebih berkembang.

Tujuan pertama Sena, Kena, dan Vano adalah pemakaman Abe. Sesampainya disana, Sena memegangi tangan Kena menguatkan. Sementara Vano yang berjalan di belakang mereka hanya bisa mendengus kesal karena dijadikan nyamuk.

"Jangan nangis"bisik Sena.

"Gak kok Sen, gue udah janji sama diri gue sendiri kalau gue gak bakal nangisin Abe lagi"

Sena tersenyum kepada Kena dan mengelus tangan Kena. Sungguh Kena sebetulnya sedih, tapi ia mengingat perkataan Rena, mamanya.

"Jangan nangisin Abe lagi sayang, nanti Abe sedih dan gak tenang"

Aroma tanah segar dan bunga-bunga segar tercium oleh Kena. Pasti banyak yang mengunjungi dan mendoakan Abe. Bisa dilihat dari kondisi bunga yang masih segar.

Kena melihat Vano yang menangis menatapi makam Abe. Ia mengelus pundak Vano dan menguatkannya. Sena selalu melakukan ini saat Kena menangis melihat makam Abe. Dalam seminggu ini, Kena tidak pernah absen mengunjungi makam Abe. Tapi baru kali ini Kena tidak menangis.

HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang