06- Senja yang Perih

38.3K 3K 19
                                    

Happy reading!!

Semilir angin berhembus pelan membelai rambut Echa, membuat beberapa anak rambutnya yang tidak terikat sempurna, beterbangan hingga menerpa pipinya yang basah. Echa menangis.

Di rooftop yang sepi ini adalah tempat yang paling pas untuknya melepas segala rasa sesak di dada. Bagaimana tidak sesak, jika orang yang kamu cintai, memandang diri mu rendah untuk yang kedua kalinya. Bagi Echa itu sangatlah menyakitkan.

Echa yang masih sesenggukan jadi teringat kisah lima bulan yang lalunya. Dimana pertama kali Rey memandang nya rendah. Dimana ketulusannya disia-sia kan oleh cowok itu.

Flashback on.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari puluhan menit lalu, namun seolah tidak terdengar Echa justru masih betah dalam duduk nya sambil bermain ponsel.

"Ayo pulang Cha," ajak Felia yang siap untuk pulang. Tak lupa Kenzy pun sama. Mereka mulai bosan dan lelah ingin segera rebahan di pulau kapuk.

"Duluan aja sana, gue masih ada urusan," balas Echa tersenyum penuh arti pada dua sahabatnya.

Felia dan Kenzy pun dibuat heran. Urusan apa yang harus Echa kerjakan sampai- sampai jam segini belum juga mau pulang. Kenapa Echa tidak cerita. Kira-kira begitulah pertanyaan dibenak keduanya.

"Lo... Gak bakal nembak Rey lagi kan Cha?" Felia kembali bersuara. Namun kali ini ia menunjukan tebakannya dengan ragu. Berharap cemas semoga tebakannya salah.

Bukan tanpa sebab Felia bertanya begitu, karna waktu kelas 11 lalu Echa pun pernah melakukan hal serupa. Pulang akhiran yang taunya menunggu Rey selesai ekskul lalu menembak cowok itu. Kan kasian kalo ditolak lagi.

Echa hanya menjawab dengan anggukan antusias. Ia tidak menyangkal sama sekali. Ia seperti tidak ada malunya jika dengan Felia dan Kenzy. Toh memang semua dunia Echa sudah mereka ketahui oleh mereka.

"Ck! Gak usah gila deh Cha, cuma perkara lo dianter dia balik kemaren, lo mau nembak dia lagi gitu?" Lagi-lagi Felia yang bersuara, sedangkan Kenzy hanya diam menyimak saja.

"Ishhh. Lo mah, bukannya semangatin gue. Malah ngajak tempur!"

"Gue cuma gak ma--

"Udah Fel, gapapa biar dia usaha dulu. Kalo ditolak lagi yaa tinggal kita rayain," guyon Kenzy berusaha mencairkan ketegangan antara Felia dan Echa.

"Ah lo! Sama aja Ji," dumel Echa.

Felia masih terdiam, ingin berbicara lagi namun percuma juga pasti Echanya tetep teguh pendirian. Ciri-ciri orang batu yaa gitu.

Sampai beberapa detik kemudian, "Rey udah selesai panahannya gaes!! Gue caw yak! Byeee! Lo berdua hati-hati nanti di jalan! Muah." Echa lari keluar kelas dengan memberi kiss bye pada kedua sahabatnya.

Sedangkan Felia dan Kenzy hanya saling tatap lalu mereka kompak mengangguk setelah mendoakan yang terbaik untuk Echa.

"Rey!!" seru Echa yang berdiri tak jauh di belakang cowok berpakaian kaos putih itu.

Dalam kondisi habis ekskul, beberapa butir keringat belom di lap. Membuat Rey nampak sangat cakep saat ini juga.
Susah payah Echa mewanti-wanti agar bisa fokus. Tidak salfok sama tubuh cowok itu yang sedikit ke terawang karna kaos putihnya basah.

Rey tidak berbalik untuk menyahuti Echa, namun cowok itu berhenti melangkah dan diam ditempat. Menyimpul kan jika itu tanda Echa di persilahkan berbicara, Echa pun kembali berlari kecil dan kini berdiri didepan cowok jangkung itu.

Senja yang PerihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang