EXTRA PART

43.9K 2.1K 71
                                    

Nungguin lama ya? Terimaksih udah nungguin:" ada kendala soalnya 🙂 Semoga part terakhir ini memuaskan yaa 🌟

Happy reading!!

***

4 tahun kemudian.

"Aw! Sakit Rey!" Echa yang emosi segera cubit lengan Rey.

Tadi Echa lagi asik-asiknya masak, tapi Rey datang--pulang kerja--tanpa diduga dan langsung menggigit pundak Echa dari belakang tanpa sebab.

"Abisan gemesin banget. Makin endut aja, kamu tuh," celetuk Rey cengengesan buat Echa makin kesal.

"Aku gendut gini juga gara-gara anak kamu!" sentak Echa tidak terima dikatai gendut.

"Anak kita, Yang," koreksi Rey tak terbantahkan. "Jangan marah dong, kesian ntar baby nya pusing denger suara kamu."

Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba juga. Kelahiran anak pertama mereka. Kini usia kandungan Echa sudah memasuki minggu ke-terakhir.

Sebetulnya bukan tanpa sebab kenapa Echa baru hamil sekarang. Karena setelah lulus SMA mereka mumutuskan untuk kuliah dulu dan menunda progam anak.

Selain nunggu rahim Echa matang, mereka juga masih butuh gelar sarjana. Siapa tau perusahaan papah bangkrut, jadikan masih bisa cari kerja pake gelar itu. Begitu celetuk gila Rey waktu itu.

"Yang, jangan bete ih. Itu masaknya di lanjutin." Lagi-lagi Rey membujuk Echa tapi hasilnya juga tetap sama, nihil.

Semenjak hamil, Echa sama seperti kebanyakam calon ibu lainnya. Suka sensian, moody an, belom lagi ngidam ini-itu. Sebagai suami, Rey cuman bisa sabar.

Tapi kalian bisa bayangin kan? Echa yang gak hamil aja udah ganas. Apalagi ini hamil? sensiannya dua kali lebih tajem sist. Rey salah ucap dikit aja, tidur malemnya yang jadi taruhan.

"Sana kamu aja yang lanjutin. Aku udah males." Echa berucap sinis seraya duduk di sofa depan tv.

Rey pun merengek. "Masa aku? Mana bisa aku masak, Yang."

"Ya, bodo. Salahnya cari ribut."

"Astaga, Sayang..." Ingin marah, rasanya tidak sanggup. Yang ada Rey sendiri yang balik dimarahin sama Echa.

Rey menyusul Echa yang kini sibuk nonton sinetron 'ku menangis, membayangkan'. Buru-buru dia mengambil alih remot itu dan menggantinya ke chenel lain. Sesuai dugaan, Echa marah. Echa langsung mendelik ke arah Rey.

"kamu apa-apaan sih?! aku lagi nonton juga! cepet balikin!" cecar Echa meminta remot itu dikembalikan. Tapi Rey menolak.

"Enggak. Aku tau, ntar kamu pasti mewek-mewek gak jelas kalo abis nonton itu. Aku gak mau jadi sasaran kamu lagi."

"Rey..." Mata Echa tiba-tiba berubah mamanas, ingin nangis! Beberapa saat, Rey masih teguh pendirian. Namun saat--

Hiks.

Turun juga tuh air mata. Rey langsung dibuat kelimpuangan dan segera memeluk tubuh berisi milik Echa.

Hiks.

"Jahat!" Echa memukul dada Rey sekali. "Jahat banget sih jadi suami! huuu," ungkapnya Echa tersedu-sedu. Udah kaya yang paling sedih banget, gitu.

"Kamu gak ngerasain gimana jadi aku! Bisa gak sih, sehari aja gak ngeselin?! Hiks. Jahat banget jadi orang, huuuu."

Dalam hati Rey ingin ketawa, tapi juga kasian kalo bayangin jadi Echa.

Selama ini, Rey akui jadi ibu hamil itu tidak gampang ternyata. Bahkan mau tidur pun Echa kadang curhat, bingung mau cari posisi yang enak kaya gimana. Apalagi seiring perutnya membesar.

Senja yang PerihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang