13- "istri gue mabok!"

34.1K 2.5K 24
                                    

Malam harinya, seperti belum juga mau menyerah membawa istrinya pulang, Rey punya rencana akan menggrebek apartemen Kenzy. Ia yakin banget kalo Echa ada disana.

Dengan jaket boomber warna dongker yang dipadu padakan dengan kaos putih sebagai daleman nya, Rey keluar basement bersama motor hitamnya tepat pukul delapan malam.

Sepanjang jalan Rey juga turut berdoa. Semoga Echa mau pulang hari ini. Rey ingin menyelesaikan masalah ini baik-baik. Ia sadar jika tidak seharusnya berkata seperti yang lalu-lalu.

Rey hanya kebawa emosi karna bayang-bayang Argan-lah yang kini menjadi pacar istrinya itu. Secara, Argan bukanlah cowok baik-baik.

Ting nong.... Ting nong....

Rey menunggu dengan cemas pintu kayu didepannya terbuka. Tak lama, muncullah sang pemilik apartemen. Kenzy.

"Mau ngapain?" tanya Kenzy cukup kaget ternyata Rey yang datang.

"Echa mana? Gue mau bawa dia balik,"

"Enggak. Dia gak ada disini,"

Mata Rey menajam. "Jangan boong. Gue tau, dan gue yakin kalo Echa ada disini,"

Sial, Kenzy mulai gugup waktu dapat tatapan tajam dari Rey. Bukan gugup karna ada rasa, tapi gugup karna takut cuy! Nyeremin bangetlah pokoknya.

"Enggak percaya bang--

"Kalo lo halangi gue, berarti lo mau biarin sahabat lo terus-terusan sakit hati."

"Gue kesini baik-baik, gue cuma ingin bawa istri gue pulang." lanjut Rey.

Kenzy seketika bungkam. Memang masalah Echa harus segera diselesaikan, keliatannya juga Rey gigih banget ingin ngomong empat mata sama Echa.

"Yaudah, tapi kalo dia gak mau jangan di paksa. Biarin dia disini dulu sampe legowo nerima lo." Rey mengangguk mantap. "Mangkanya lo kalo punya lambe tuh dijaga! Sekata-kata banget ke sahabat gue. Kalo udah gini ribet kan urusannya?!"

"Hmmm." Rey hanya bergumam sebagai jawaban.

Kenzy bergeser dari posisinya, memberi ruang agar Rey bisa masuk. Setelah itu Kenzy memilih pergi ke market bawah dari pada menyaksikan sepasang patsuri lagi berantem. Kan aneh gitu lho.

"Kenn! Gue jalan yahhh!" teriak Echa sambil merapikan tatanan outfit nya, lebih tepatnya outfit Kenzy. Echa cuma nyewa.

"Jalan kemana?"

"Astaga!" Echa terkejut. Tapi tak lama wajahnya kembali berubah datar saat tau ada Rey disini. Pasti mau bujuk pulang nih.

"Gue tanya, mau jalan kemana?" tanya Rey melembut sambil bergerak mendekati Echa.

"Lo gak perlu tau,"

"Perlu dong, gue suami lo kalo lo lupa,"

"Hah?" Echa terkekeh hambar. "Masih ngakuin to," Ditatapnya Rey dengan remeh.

"Gue minta maaf Cha," kata Rey sungguh-sungguh.

Lagi-lagi Echa tertawa hambar yang kini jatuhnya menyeramkan. "Minta maaf? Sorri kata maaf gue gak berlaku buat cowok brengsek kaya lo."

Echa siap pergi meninggalkan Rey, namun langkahnya kalah cepat. Karna Rey lebih dulu menahannya dan mendorongnya ke pintu kamar yang sudah tertutup.

Echa mendelik tajam sekaligus was-was.

"Lo kok jadi berubah gini sih Cha?! Lo kenapa?! Gue kan udah bilang kalo gue ngaku salah, kenapa lo keras kepala banget untuk gak maafin gue!"

"Heh!" sentak Echa mendorong tubuh Rey dan beruntungnya Rey mau melepas kurungannya. "Harus nya lo sadar tanpa lo tanya. Gue berubah yaa karna lo sendiri! Gue udah muak sama lo,"

"Apa enggak bisa lo maafin gue?"

"Enggak! Udah gue bilang tadi. Jadi gak perlu lo repot-repot minta maaf lagi."

"Terus pernikahan kita mau gimana? Lo itu harus nya pulang sama gue, bukan malah kelayapan gini. Mana malem-malem mau keluar lagi, mau kemana sihh?!" geram Rey.

Dari tadi sudah Rey tahan. Dipikir enggak emosi apa liat istrinya pake baju kurang bahan gini?! Malem-malem pula.

"Gue gak mau ikut lo pulang dulu. Gue masih butuh waktu."

Setelahnya Echa benar-benar melenggang pergi. Karna ada Argan yang sudah menunggunya. Buru-buru Echa menuju basement tempat mereka janjian. Dan benar saja di basement, mobil Argan sudah terparkir manis.

"Maaf aku lama," sesal Echa.

"Iya gapapa, udah siap kan?"

"Udah. Emang kita mau jalan kemana?"

Pasalnya Argan tidak jelas menyebutkan tempat yang akan dituju. Cowok itu cuma bilang pada Echa untuk jalan-jalan malam ini.

"Sekarang makan dulu yah, aku laper nih,"

***

Selesai makan, Echa kira acara jalan-jalan malemnya bersama Argan sudah berakhir. Memang begitu siklus kencannya dengan Argan. Namun dugaanya salah, ternyata Argan mengajak Echa juga ke sebuah klub malam ternama di kota ini.

"Kita.. nge-klub?" tanya Echa sedikit ragu.

"Iya, aku mau kenalin kamu sama temen-temen aku, sekalian kita have fun. Yuk." Argan menggenggam tangan Echa memasuki tempat laknat itu.

Begitu didalam, Echa kembali bergedik. Ini bukan kali pertama ia nge-klub, ingat. Tapi kalo nge-klub bareng cowok jawaban nya ini pertama kali. Karna biasanya Echa akan jalan cuman sama Kenzy dan Felia.

Dan entah kenapa, jalan berdua sama Argan ke-klub bawaannya jadi merinding.

Ni ketos anak dugem juga ternyata.

Tak lama, Echa dan Argan sampai di meja yang sudah teman-teman Argan pesan malam ini. Argan bertos ria dengan teman-temannya sesekali terkekeh dan juga melirik-lirik Echa yang masih memilih berjarak dengan mereka.

"Sini dong Cha, kenalan," intrupsi Argan.

Echa tersenyum kikuk. "Gue Echa,"

Setelahnya Echa duduk disamping Argan. Remaja sekitar 6 pasang--termasuk Argan dan Echa--itu minum-minum sambil sesekali berceloteh juga main truth or dare.

Lambat laun, entah ini jam berapa. Echa tidak ingat. Kepalanya tiba-tiba pusing. Padahal ia hanya minum segelas saja. Tidak banyak. Dan Echa termasuk cewek yang jago minum.

Tapi kenapa kepala gue jadi mumet gini. Batin Echa.

Ingin minta Argan untuk pulang, namun tidak berhasil. Karna rasa pusing nya lebih dulu merebut seluruh kesadaran Echa.

Bazeng! Istri gue mabok.

TO BE CONTINUED.

Senja yang PerihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang