02- sekolah

54.5K 4K 131
                                    

Happy reading!!

Seantero SMA Patriot dibuat tercengang begitu melihat sosok Rey Andromeda berjalan santai di koridor menuju kelasnya. Cowok itu telah kembali.

Lima bulan berlalu, sekolah terasa sepi karna tidak adanya kehadiran cowok itu. Hanya teman-teman se-ikatannya lah yang ada.

Meski semua member Garda's--nama ikatan itu--bisa dibilang cukup tampan-tampan juga, namun tetap saja  hanya Rey yang memiliki karisma yang berbeda.

"Wohooo! Kita kedatangan tamu gaes!" seru Arya yang pertama kali melihat kedatangan sahabatnya, Rey. Baru diikuti oleh Onil, Aldi, dan Ragil.

Rey pun tersenyum miring sambil menerima tos-an keempat sahabatnya.

"Apa kabar nya bro, makin bening aja lo lima bulan di Belanda," celetuk Ragil.

"Lo kata si Rey mie bihun apa," sahut Onil mencibir.

"Tapi beneran anjir! Lo makin ganteng Rey, di Belanda emang makan apaan?"

Rey lantas menonyor kepala Aldi yang bertanya sangat tidak berbobot. Memang ada hubungan nya antara makanan dengan ketampanan wajahnya yang paripurna ini?

"Dari dulu gue udah ganteng. Jadi yaa, maap-maap kata nih," canda Rey membuat ke-empat sahabatnya serempak mencibir jijik.

Tak lama Rey bercanda gurau dengan sahabat-sahabatnya, bel masuk pun berbunyi. Tanda pelajaran akan segera dimulai.

Seperti biasa Rey duduk di pojok paling belakang dekat jendela, ia duduk sendirian. Teman bangkunya kosong. Ntah kapan bangku di sampingnya akan terisi, mengingat hampir sesekolah takut padanya. Kecuali 4 anak dakjal tadi: Onil, Aldi, Ragil, dan Arya.

Sedikit cerita, Garda's adalah ikatan yang awalnya Rey dengan sahabatnya--Onil, Aldi, Arya, dan Ragil--buat sewaktu di SMP.

Menjadi satu-satunya ikatan atau bisa dibilang 'geng' di SMA Patriot membuat tak sedikit murid cowok pun jadi ingin ikut bergabung. Rey yang tidak asal pilih, hingga akhirnya kini member Garda's memiliki sekitar 40 anggota yang terbagi  dari kelas 12 sampai kelas 10.

"Sebelum UN kita main yuk Rey, Kumpul- kumpul ke puncak gitu." Rey menoleh saat tiba-tiba ada yang mengajaknya berbicara. Ternyata Aldi.

"Atur aja, gue ada tuh vila disana," jawab Rey masih fokus pada pelajaran yang ada.

"Asyiap! Emang ter de bes boz ku ini,"

"Tapi di vila gue gak ada kamar buat lo. Jadi terserah deh lo nantinya mau tidur dimana."

"Sialan. Rese lo gak ilang-ilang ternyata!"

Rey terkekeh. "Udah sono lo balik. Kalo disini jatuhnya kaya setan yang lagi gangguin gue."

Aldi pun langsung menonyor kepala Rey seraya terkekeh.

"Bangke. Tulisan gue jadi kecoret nyet!" kesal Rey sampai tidak menyadari jika sudah meninggikan suaranya dan membuat seisi kelas kini berpusat padanya dan Aldi. Tak lupa bu guru yang ada didepan kelas pun berbalik.

"Barusan itu pasti suaranya Rey." Bu Ipah mendelik tajam ke arah Rey. "Keluar kamu Rey, sekalian bawa sampah yang ada di samping mu,"

Murid yang ada di kelas menahan tawa nya. Mereka tau apa maksud 'sampah' yang bu Ipah sebut. Begitupun dengan Rey dan Aldi mereka saling pandang untuk beberapa saat.

"Ayo Sam bangun. Tempat lo bukan disini," canda Rey dengan menekan kata 'sam'. Kependekan dari kata sampah.

"Monyett..."

Mereka berdua keluar kelas dengan santainya tanpa beban. Menyisakan Bu Ipah yang geleng-geleng kepala dan juga Onil, Ragil dan Arya yang menatap penuh keirian karna dengan bebasnya mereka bisa berhura-hura di luaran kelas.

Senja yang PerihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang