21- kita

25.7K 1.9K 19
                                    

Pagi harinya Echa terbangun karna ada  cipratan air di wajahnya. Siapa lagi kalo bukan Rey, si dalang dibalik semua ini.

Echa mengerang tak suka dan segera menarik selimutnya sampai batas kepala. Rey jadi terkekeh.

"Bangun. Lo mau bolos?" tanya Rey sambil memilin rambut Echa yang tergerai di bantal.

Berbeda dengan Echa yang masih muka bantal, Rey lebih dulu rapih. Dia sudah mandi tinggal pake seragam putihnya saja.

"Diem ih Rey." Echa terusik dan Rey malah semakin gencar menganggunya.

"Bangun cepet. Gue laper, lo gak mau masakin sarapan gitu?" melas Rey yang beneran lapar.

Semalem dia tidak makan apapun karna sibuk menjaili Echa yang bullshing. Lagian perutnya juga terlalu kenyang karna melihat wajah lucu Echa. Jadi baru sekarang dia laparnya.

"Masak sendiri! Lo kira gue pembokat!?" Echa masih betah bergulung oleh selimutnya. Mengabaikan mahluk gaje didekatnya. Si Rey.

"Dih, galaknya kambuh. Perasaan semalem gue udah bilang deh." Bilang kalo Rey lebih suka diperhatiin.

Tapi Echa diam. Tidak menyauti. Dia memilih bangun dari tidurnya lalu menguncir rambutnya asal dan lanjut menuju kamar mandi.

Diatas kasur Rey hanya mengernyit bingung. Tak berkomentar langsung, melainkan hatinya yang berkomentar.

Udah kaya bunglon aja si Echa, kerjaannya berubah-berubah mulu.

Tapi agaknya Rey tersenyum miring. Dia ingat kejadian semalem. Hah!

Sedikit cerita, kalo semalem perasaan Rey sangatlah semi. Banyak bunganya gitu. Karna semalem Rey bisa tidur sebelahan dengan Echa. Satu kasur vroh.

Yah, meski awalnya Echa nolak mati-matian. Tapi Rey ancam, kalo istri nolak suami itu dosa. Dan alhasil dapatlah cowok itu jekpot tanpa berfikir apa dampaknya.

Dampak semaleman perang batin. Ingin peluk Echa apa jangan.

Cklek.

Echa yang muncul dari kamar mandi, membuyarkan lamunan Rey. Cowok itu menoleh dan menatapi dirinya yang hanya berbalut lilitan handuk putih.

"Paan?! Matanya pengen gue colok?!" ancam Echa, mode galaknya lagi on.

"Kok lo gak minta cerai aja sih," celetuk Rey tiba-tiba, tak nyambung pula.

Rey hanya spontan, mengungkapkan apa isi pikirannya beberapa hari terakhir. Echa yang lebih pilih Argan, tapi kenapa tidak minta cerai.

Dengan santainya, Echa berjalan menuju closet untuk ambil seragamnya, dia menjawab. "Gue sayang Mamih juga Papih."

Rey jadi ikut mengekori cewek itu.

"Terus? Lo gak mau pilih antara gue sama pacar lo itu?"

Echa mengerutkan alisnya.

"Ngapain lo tanya gitu-gitu, lo berharap gue milih lo?" Rey sontak terbelalak. "Oh, gue tau. Lo udah ada rasakan sama gue?? Makanya lo tanya gitu. Ngaku aja lo." Echa tersenyum meremeh kearah Rey.

Rey jelas mengelak. "Gila pede lo." Namun suaranya terdengar kikuk. Bahkan matanya bergerak tak tenang.

Echa hanya manggut-manggut seolah 'iya'. Lagian, topik ini sangatlah tidak mengasikkan.

"Terus? Ngapain masih disini? Betah amat deket-deket gue. Lo mau liatin gue pake baju??"

Niatnya Echa bercanda, namun memang dasar Rey si kampret nan tamvan. Cowok itu dengan wajah datar kaya biasanya menjawab. "Lo nawarin? Gak masalah kalo gue ditawarin mah,"

***

Rey memasuki area pakiran. Sebelumnya dia berhenti diujung jalan untuk menurunkan Echa depan market. Sengaja, dia paksa untuk bareng. Tapi Echa minta dengan kesal jangan sampai sekolahan.

Akhirnya, setengah hati Rey menyetujui.

"Wooh, muka lo cerah amat Rey!" celetuk Regal menyambut kedatangan Rey. Yang lain jadi ikut terkekeh. Mereka juga menemukan aura beda--kali ini--dari Rey.

"Padahal kemarin abis baku hantam," sahut Arya tak mau kalah.

"Pasti dapet perawatan plus-plus nih." Alfi ikut-ikutan meracau. "Gue jadi iri bos,"

Sontak Aldi, Dave, Onil tertawa juga bergeleng kepala. Tak habis pikir. Pagi-pagi tuh bocil sudah berpolah. Sedangkan Rey mendengus.

"Bocil tau apa sih. Belajar yang bener, baru kawin," katanya sambil bergerak mendekati kumpulan kawan-kawannya.

Begitu Rey berdiri dihadapan ke-enam cowok gak kalah tampan dari Rey, mereka dengan kompak berdiri dari motornya masing-masing.

"Biarin si bocil kawin Rey, biar dia tau rasa repotnya punya istri." Dave berkata lalu merangkul, lebih tepatnya mengapit leher Alfi ke ketiaknya. Alfi jadi merampal jampe-jampe pada kakelnya itu.

"Ohya Rey! Lo janji sama gue lho," seru Aldi tiba-tiba. Sontak Rey menoleh kearahnya dengan raut 'janji apaan?'

"Lo bakal ajak kita-kita ke bogor, sebelum UN," tambah cowok itu dan langsung dapat suara rusuh menuntut dari yang lain.

Aldi yang terlalu bersemangat, memberi tau ke-lima kawan-kawannya tanpa merencanakan agenda apapun. Karna prinsinya; gapapa dipenginapan terus, yang penting udah di kota orang. Toh, bermain ps atau uno tidak buruk-buruk amat. Yang penting rehat dari ibu kota.

Rey mengangguk sekilas. Dia baru ingat. Untung vilanya yang di Bogor selalu ready. "Iya, besok berangkat."

Ke-lima cowok tidak tau diri itu sontak heboh kesenengan. Tak terkecuali Dave dan Alfi. Padahal besok mereka tetap harus masuk sekolah, karna yang libur cuman kakak-kakak kelasnya yang sedang hari tenang.

Auto kedua iprit itu bolos!

"Tapi gue berangkatnya ntar malem," tambah Rey langsung mengundang tanda tanya besar bagi ke-lima kawannya.

TO BE CONTINUED.

(R/N)*ramdin note: Pendek yahh?😋 calem, udh nyetok dua part di draft og.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yah. See you next chapter! Luv 💕.

Rammdinn 🤘

Senja yang PerihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang