15- bonyok dadakan

31.3K 2.3K 17
                                    

"Keluar lo bangsat! Gue benci sama lo!!!"

Rey tidak kaget lagi mendengar seruan itu. Semua sudah di duga.

"Bencinya di pending dulu. Ada tante Mila dateng,"

Echa kembali mengusap wajahnya yang masih basah karna air mata dengan tatapan linglung. Kalo tante Mila dateng berarti Echa harus mengeluarkan bakat aktingnya. Agar tante Mila tidak curiga.

"Cuci muka dulu," kata Rey lagi yang kini sudah duduk di samping Echa seraya memainkan ponselnya.

Echa buru-buru beranjak dari kasur, menuju kamar mandi.

Selang lima menit Echa keluar dengan wajah yang bisa di bilang lumayan cerah, dari yang tadi. Kini Echa sudah mencepol rambutnya dan berganti baju menjadi kaos rumahan.

"Udah?" Lagi-lagi Rey bersuara namun tidak ada satu pun yang Echa jawab.

Sabar... ini ujian. --batin Rey.

Rey menyusul Echa yang lebih dulu keluar kamar, namun ide jailnya keluar. Rey sengaja menyematkan lengan kanannya melingkar manis di pinggang Echa.

Echa berhenti jalan. Ia menyentak tangan Rey tanpa sepatah kata pun.

"Biar keliatan goals." Cowok berkaos hitam itu tersenyum miring. Biasanya dulu senyuman itu selalu sukses buat Echa menguap. Tapi kini tidak lagi, yang ada Echa bergejolak karna kesal.

Echa tidak peduli akan tanggapan tante Mila. Cukup ia keliatan baik-baik saja. Ia hanya ingin berjauhan dengan Rey saat ini. Alhasil, Echa jalan duluan.

Rey mendengus.

"Hai tantee! Apa kabar," sapa Echa tersenyum lebar.

"Baik dong. Nih kamu bisa liat sendiri," balas tante Mila tak kalah tersenyum lebar.

"Syukur deh kalo gitu. Ngomong-ngomong tante mau minum apa? Rey pasti belum buatin yah? Maaf yaa tan,"

"Udah gak usah repot-repot Cha. Kamu ituh yaa, idaman banget sih. Jadi gemes tante." Tante Mila mengerling ke arah Echa sekaligus Rey yang duduk disamping gadis itu.

Echa jadi kikuk sendiri. Sedangkan Rey hanya berseru dalam hati.

Idaman dari mananya tantee? Perasaan kabur-kaburan mulu. Marah-marah mulu. Bahkan gue belom dapet jatah. Tante salah nilai itu.

"Eh iya! Ini lho, tujuan tante kesini sebenernya mau nitipin Aksa. Soalnya hari ini tante sama om ada acara di bogor," jelas tente Mila lalu memanggil anaknya yang bernama Aksa itu.

Tak lama muncullah Aksa bersama papahnya. Om Angga.

"Rey, Echa," sapa om Angga. "Salim dulu Aksa sama kakak,"

Aksa berjalan sambil di tuntun om Angga ke hadapan Rey dan Echa. Echa yang memang rindu dengan Aksa, sontak saja tersenyum lebar begitu tulus.

"Halo sayang. Masih inget kakak gak?" Aksa mengangguk lucu sambil tersenyum lebar.

"Aka Eca."

"Aaaa gemoinyaa."

Sangking gemasnya Echa pada Aksa, sampai-sampai Echa mencium kedua pipi Aksa yang gempil hingga sang empu tergelak kegelian.

Tante Mila, om Angga terkekeh senang melihat interaksi Echa bersama anaknya, berbeda dengan Rey yang tertegun.

Selama ini Rey salah memandang Echa dari segi covernya saja. Ternyata Echa itu gadis yang bisa memiliki sikap keibuan di balik sikap barbar-nya. Rey baru tau.

"Haduhhh gemes banget kalian berdua. Tante jadi makin tenang deh titipin Aksa disini. Kamu udah cocok banget jadi mahmud lho Cha. Hahaha,"

"Emang belum isi ya Cha?" tanya om Angga.

Senja yang PerihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang