25- hari tenang: 1

24K 1.7K 15
                                    

Maaf yah baru up, tugas sekolah mulai bermunculan🤦. Happy reading!!

***

Keesokan harinya, Rey terbangun karna ponselnya berdering. Dengan ogah-ogahan cowok itu meraba nakas guna mengambil benda hitam pipih itu.

Tanpa melihat si penelpon, Rey berkata. "Apa?"

"Bangsat lo anjing! Gegara elo gue gak jadi liburan di Bogor, kan! Lo jahat bener Rey sama gue, sebel ih,"

Rey mendengus sebentar lantaran suaranya Aldi benar-benar memekak kan telinganya.

"Tinggal balik ke sini apa susahnya," sahut Rey kelewat santai, membuat Aldi di Jakarta sana mengumpat.

"Ogah! Yang ada badan gue remuk dipake bolak balik Jakarta-Bogor."

"Thanks ya Di," kata Rey tulus.

"Hmm,"

"Kalo gue yang ngejar Echa, enggak mungkin. Malah makin ngambek dia,"

"Hmm,"

"Iklas gak nih nganter Echa nya?" Kekeh Rey sudah seutuhnya bangun dari tidurnya.

"Iklas!"

"Kok nyolot?? lagian juga lo jadi bisa ketemu Felia."

Rey berusaha bangkit dari posisi terlengkupnya dan kini cowok shirtless itu menghadap kearah balkon dengan satu tangan masih memegang ponselnya di telinga.

"Bodo Rey... Gue kesel sama lo intinya. BYE!"

Aldi memutus sambungan telpon secara sepihak, Rey yang tidak kaget tentu saja hanya terkekeh seraya bergeleng-geleng kepala. Antara kasian, tapi juga lucu ngebayangin wajah bete Aldi.

"Abis UN juga lo balik ke sini lagi Di," gumam cowok itu sebelum melamun menatap indahnya langit di pagi yang cerah ini.

Pikiran Rey mulai mengawang pada kejadian kemarin. Setelah dipikir-pikir, ada setan mana, sampai Rey bisa mengakui perasaannya pada Echa. Rey sendiri pun tidak pernah menyangka bisa keceplosan begitu.

"Abisan gue sengit banget denger istri gue marah-marah cuman karna si bazeng itu," monolog Rey. "Jadi kelepasan."

"Ini juga mulut satu, kenapa gak bisa di ajak kompromi sih." Rey menepuk-nepuk bibinya yang kissable itu beberapa kali lantaran merutuk dan baru terhenti saat pintu kamarnya kebuka.

Muncullah Regal, Onil dan Arya.

Ketiga cowok bermuka bantal itu dengan percaya dirinya menyusup ke kamar Rey lalu membanting tubuhnya masing-masing secaraan bersamaan ke atas kasur. Rey jadi menatap tajam ketiganya yang kembali memejamkan mata begitu nikmat.

"Kamar gue bukan pengungsiann!" Rey menyindir ketiga kawannya agar mereka segera pergi. Namun salah, mata ketiga cowok itu justru semakin berat hingga betah lama-lama diatas kasur Rey dan Echa.

"Pantes lo betah tidur, Rey. Kasur lo aja nyaman banget gini," kata Arya parau. Setengah sadar.

"Bet.. tul, nyaman banget ini kasur. Pasti abis lo pakai buat iya-iya an sama si Echa kan??" sahut Regal sama paraunya.

Sedangkan Onil hanya terkekeh, tidak menyauti. Sangking ngantuknya. Karna semalem dia yang paling antusias nonton bola dilanjut main ps.

Rey mendengus lihat tingkah ketiga kawannya. Apalagi Regal, yang dari dulu sampai sekarang udah mau UN pun otak cowok itu tetap begitu, tidak pernah bener.

"Ngungsi mah ngungsi aja, gak usah banyak bacot. Gue seret juga lo, lama-lama," ketus Rey lalu memilih beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi.

Padahal jam masih menunjukan angka 7 pagi, tapi Rey sudah ingin mandi karna dia punya rencana dihari ini. Sebelum balik ke Jakarta beserta kelima kawannya yang tersisa.

Senja yang PerihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang