12- pepet teros

32.6K 2.5K 13
                                    

Drrrt... Drrrt... Drrrt...

Ponsel Echa diatas meja terus bergetar. Sedari tadi banyak pesan bahkan panggilan suara yang masuk. Maklum terhitung dua hari sudah dirinya mengisolasi mandiri di apartment milik Kenzy.

"Cuih, giliran gue gak sekolah aja pada kangen," gumam Echa terus mencemil snack yang nyolong dari kulkas Kenzy.

Echa melirik layar ponselnya sebentar, ternyata barusan yang nelpon itu Argan. Pacar nya.

Sampat dilema sejenak. Mau angkat atau tidak. Karna jujur saja, Echa sedang tidak mood berurusan dengan cowok itu.

Alhasil Echa memilih acuh dan berakhir ponselnya yang di matikan.

Echa lanjut menonton sinetron korea nya, sangking asiknya sampai-sampai tidak sadar jika kini Kenzy dan Felia mengendap masukke apartmen.

"DOR!"

"Astaga!"

Kenzy dan Felia tergelak bahagia diatas penderitaan Echa. Tidak peduli sama delikan maut milik mahmud ini.

"Dasar curut gak ada ahlak!" kesal Echa meremas bungkus snack dipangkuannya.

"Jelek banget ih mukanya si Echa tadi,"

"Kaya ondel-ondel alig!"

Echa hanya mandengus, memakan snack nya dengan kasar. Disisa-sisa tawanya, Kenzy dan Felia merebahkan diri tak jauh dari posisi Echa yang masih jembar.

"Betah amat lo diapart nya si Kanji, balik sono," ujar Felia.

"Tau stock snack gue sampe abis njir," canda Kenzy.

Lagi-lagi Echa mendengus. "Mending lo pada balik ke sekolah deh, otak pas-pasan aja gayanya pake bolos segala."

"Sialan,"

"Ini tuh bentuk solidaritas kami ya Nyet. Beruntung lo, punya gue sama Kenji. Gak tau bersyukur banget deh,"

Echa jelas terbahak. Merasa lucu aja gitu. "Uluhh uluhh... Tayank... Sini-sini Mamah peluk dulu, biar gak ngambek lagi," Ia merentangkan tangannya guna memeluk dua sahabatnya. Namun ditolak mentah-mentah sama Kenji dan Felia.

"Najis, pantes si Rey sampe kelabakan banget nyariin lo. Rupanya lo udah manjain dia to," kekeh Felia mengerling jail.

Kenzy tertawa.

"Ya gaklah! Gila aja," sahut Echa tak terima.

"Halah. Padahal waktu itu dia bilang ke gue--

"GUE GAK ADA BILANG KE ELO YA, TEPUNG!!"

***

Keesokan harinya, Rey datang kesekolah dengan keadaan bisa dibilang acak-acakan. Bukan sosok Rey sekali, karna meski badboy, cowok jangkung itu masih rapih. Hanya karna sering bolos, ngerokok, dan ikut turun tangan tawuran yang disebab kan oleh anggota-anggotanya, Rey disebut badboy.

Oke skip.

Dua hari Echa tidak pulang sukses buat Rey kotar-katir sendiri. Tanya ke dua sahabatnya Echa? Jawabannya tidak tau. Padahal Rey yakin banget kalo Echa ada di salah satu antara mereka.

"Senyum dong boz ku, ntar dedek emes lo pada takut lho," celetuk Aldi yang tiba-tiba dateng bersama kawan Rey lainnya.

Rey hanya mandengus tidak peduli. Akan tetapi karna teriakan Arya setelahnya, kini Rey berhenti melangkah.

Seluruh fokusnya berpusat pada cewek yang akhir-akhir ini selalu mengusik pikirannya.

"Sana minta maaf, gengsi nya dibuang dululah," bisik Onil.

Rey mengangguk paham. "Gue duluan,"

Tanpa berfikir lagi Rey segera menghampiri Echa yang kebetulan lagi jalan sendiri. "Cha." Rey mencekal tangan Echa.

Echa diam. Tidak berbalik tidak pun bersuara. Ia tau siapa pemilik suara bass itu.

"Gue mau--

"Echa!"

Permintaan maaf Rey terpaksa terhenti. Karena ada suara Argan yang barusan memanggil nama Echa juga. Haduh, alamat gagal.

"Kamu udah masuk? Kemana aja dua hari ini? Aku cariin kamu, aku khawatir sama kamu tau." Argan membawa Echa masuk dalam dekapannya. Seolah hanya ada mereka berdua.

Rey jelas menggeram. Apa-apaan ini?! Rasanya ingin sekali bogem Argan dan berteriak didepan mukanya 'jangan pernah sentuh milik gue lagi!' Tapi percuma, ada Echa. Malah nanti Echa semakin marah padanya.

Rey sadar itu.

"Aku baik Ar, aku gak kenapa-napa. Cuma males aja! Kesekolah," lirik Echa menyindir Rey. "Ayo Ar, anter aku ke kelas. Aku gak betah lama-lama disini,"

Argan mengikuti permintaan pacarnya itu. Namun sebelum itu ia sempat kan melirik Rey yang kini termenung menatap pungung Echa yang mulai menjauh.

Batinnya bersorak gembira.

***

Bel istirahat berbunyi dari beberapa menit yang lalu. Tapi Echa masih betah dikelas dengan posisi kepala rebahan diatas meja.

"Lo kenapa sih Cha? Ayo kita ke kantin, lo kan belum makan," bujuk Kenzy khawatir.

"Tau. Bocah bener dah, kenapa sih? Lo goyah ketemu Rey tadi pagi? Kalo goyah yaa tinggal balik ntar, apa susahnya,"

"Lambe mu. Mending kalian ke kantin deh, gue titip aja."

Kenzy dan Felia saling tatap. Rada heran tapi mereka tetep melaksanakan apa kata sahabatnya itu.

"Oke, tapi kalo ntar kita lama jangan protes, namanya juga kantin pasti antre,"

"Hmmm,"

"Baek-baek disini, lo sendirian lho,"

Echa hanya memutar bola matanya malas. Setelah itu Kenzy dan Felia pun keluar kelas untuk ke kantin.

Tak lama, aksi leha-leha Echa kembali terusik. Kali ini ada yang meniup-niup sisi wajah nya yang tertutup oleh rambut nya.

"Apa lagi sihhh?! Mau minta duit? Pake duit lo dulu deh, pedit amat jadi orang."

Echa tidak tau kalo kali ini bukan dua curutnya yang menggangu. Melainkan cowok yang tadi pagi mencekal tangannya.

"Gue kaya tujuh turunan kalo lo lupa," balas Rey santai. Sedikit tersenyum merasa geli.

Hah?! Seolah nyawanya baru kekumpul Echa langsung menegakkan tubuhnya. Terpampang-lah sosok Rey yang duduk disamping nya.

"Mau ngapain sih?!" kesal Echa. Kedua mata indahnya kembali menajam.

"Ngasih makanan, nih." Ada sewadah putih yang Rey sodorkan ke Echa. Tanpa cewek itu lihat isinya, pasti sudah bisa nebak kalo didalem nya itu berupa bubur ayam. Keliatan dari aromanya.

Nyogok apa gimana nih ceritanya?

"Gak! Gue gak sudi makan makanan dari lo," ketus Echa kembali membenamkan wajahnya. Rasa kesal Echa masih utuh meski dua hari berlalu.

"Cha..." Echa tidak bergeming meski kaget sejak kapan Rey bisa selembut ini. "Makan dong, ntar kalo lo sakit gue juga yang repot,"

"Cuih. Gue gak bakal ngerepotin lo. Camkan,"

Duh salah ngomong nih gue-- batin Rey.

"Cha..."

"Pergi lo dari sini. Dari pada gue makin enek,"

Rey menghela nafasnya sembari menyugar rambut hitamnya. First ia se-frustasi ini hanya karna cewek.

"Gue tau gue salah, gue juga tau lo masih marah sama gue, tapi enggak gini dong caranya." Sebisa munggkin Rey bersabar agar tidak terbawa emosi. Biar gimana pun ini kelas. Sekolahan. Masa iya mbahas rumah tangga disekolahan?

"Kenapa? Suka-suka gue dong. Gue ini yang ngejalanin."

Skak. Rey tidak tau harus balas apa lagi. Belum pernah ia ikut debat menalawan cewek yang lagi dalam mode ngambek.

"Udah gak bisa jawab kan? Sana lo pergi deh!"

TO BE CONTINUED.

Senja yang PerihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang