17- ricuh

25.8K 2K 35
                                    

Sepanjang jalan Echa di koridor, banyak pasang mata yang tertuju padanya. Seperti biasa, namun kali ini beda. Mereka juga sesekali berbisik. Echa jadi mengeryit bingung.

"Mereka pada kenapa sih?" gumam Echa. Tiba-tiba pergelangan tangannya ada yang menarik, sontak Echa menoleh.

"Ngagetin ih!" Ternyata pelakunya itu adalah Felia dan Kenzy. Mereka membawa Echa ke sudut toilet yang kebetulan sepi.

"Lo abis kemana kemarin sama Rey?!" todong Felia langsung. Echa kembali mengeryit.

"Kemana kemarin sama Rey apanya?" tanya Echa bingung.

"Ishhh. Lemotnya kambuh. Lo kemarin abis jalan sama Rey kan?? Segala bawa bocah lagi, itu anak kalian?!"

Sontak Echa menoyor kepala Felia. "Yagak lah! Gila aja, kawin aja belom. Masa tau-tau brojol,"

"Ya terus?? Lo gak tau emang kalo semalem grup rame cuman bahas kalian?"

"Hah?" Echa sungguh tidak paham. Gimana mau paham, dikasih waktu buat mikir saja tidak. Felia nyerocos mulu. Kan Echa bingung.

"Ada salah satu murid sini yang nemuin lo sama Rey jalan ke kebon binatang kemarin. Teros dia kek nya lapor ke si lambe turah, nyebar deh!" jelas Kenzy sedetail mungkin namun dibuat ringkas. Untung Echa paham.

Echa langsung terkejut.

"Lo Seriusan!? Pantes dari tadi pada liatin gua. Haduh! Gawat nih."

Masalahnya Echa takut Argan tau semua yang terjadi antara dirinya dengan Rey. Meski dia tidak ada rasa sama Argan, tapi tetap saja. Sangat tidak enak hati jika nyakitin cowok itu.

"Untung status kalian gak kebongkar. Cuman yah gitu, mereka makin penasaran. Jadi lo hati-hati deh, takutnya ada mata-mata," nasehat Kenzy.

"Oke. Lagian gue masih marah juga sama si Rey," timpal Echa bersidekap.

Felia dan Kenzy saling pandang sebentar. Lalu dengan kompak mereka berseru mencibir. "PRETTTT!"

Echa terbelalak kaget.

"Marah apaan, dirangkul-rangkul aja mau. Bullshit!"

***

Selepas dua mata pelajaran di pagi hari, kini seluruh murid SMA Patriot istirahat makan.

Termasuk Rey bersama kawan-kawannya. Onil, Regal, Arya, Aldi, Alfi dan Dave. Mereka berjalan dua-dua, kecuali Rey. Dia jalan sendiri dipaling depan.

Awalnya mereka--minus Rey--biasa-biasa saja. Bercanda gurai, sesekali menggoda cewek-cewek yang ada. Namun setelah Argan datang. Mereka ber-enam jadi tegang.

Rey yang sedari tadi hening, kini hanya menaikan alisnya satu. Memandang remeh Argan didepannya.

"Kita battle buat dapetin Echa," kata Argan langsung bernada rendah namun menusuk.

"Gue gak mau."

Bukan, bukan Rey pengecut namun Echa--istrinya--bukanlah barang yang harus didapat cuman karna battle. Sekalipun nanti Echa berakhir dipelukan cowok bangsat ini, Rey lebih memilih mundur dan menghargai keputusan Echa.

"Lo pengecut. Takut kalah ya?" seringai Argan. Jarang-jarang dia begini jika di sekolah. Argan hanya menunjukan wujud busuknya di luar area sekolah.

"Terserah lo." Rey dan ke-enam kawannya yang sedari tadi menyimak, siap kembali jalan meninggalkan Argan. Namun lagi-lagi sepertinya Argan belum puas. Dia ingin lebih jauh mancing amarah seorang Rey.

"Kalo gitu, gue mau Echa. Gapapa udah bekas, gue suka. Pasti dia lebih--

BRUGH!

BRUGH! BRUGH!

Belum selesai Argan bilang, Rey lebih dulu memberinya bogeman. Sampai-sampai Argan yang tidak siap langsung tersungkur.

"Jaga mulut lo! Kecuali lo itu banci!" Rey benar-benar marah karna tidak terima. Ke-enam kawannya pun ikut turun tangan menahan pundak cowok itu agar tidak kalab.

Meski rasanya ingin ikut meninju juga, tapi mereka sadar ini sekolahan. Apalagi urusannya sama ketos. Males aja gitu, urusannya panjang.

Namun Rey kepalang marah. Dia bahkan tidak peduli meski sekarang menjadi bahan tontonan. Dikira ada akrobat kali yah.

"Sekali lagi lo bilang kaya tadi, mati lo di tangan gue, bangsat."

Rey berontak minta lepas, begitu terbebas dia menendang kaki Argan sebentar dan pergi menjauh dari kericuhan tersebut. Kericuhan yang disebabkan oleh dirinya.

***

"Argann!" seru Echa begitu memasuki UKS.

Tadi teman sekelasnya ada yang melapor di kantin kalau Argan dibawa ke UKS karna bonyok. Sontak saja Echa berlari menuju UKS, sampai meninggalkan makanannya juga kedua kawannya.

"Kamu gapapa?! Kenapa bisa gini sihh?!" Echa menangkup wajah sang pacar agar bisa menelisik keadaan Argan.

Argan terkekeh sebentar. "Aku gapapa," katanya.

Echa menghentak kakinya sekali, bentuk kekesalan yang lucu. "Siapa yang ngelakuin ini ke kamu?! Bilang aja, biar aku yang kasih pelajaran ke dia!"

Lagi-lagi Argan terkekeh sebentar. Namun dalam kekehannya kali ini bermakna. "Tadi ada problem dikit sama Rey, tapi dia malah nonjok aku tiba-tiba,"

"What?! Jadi Rey yang ngelakuin ini ke kamu?!" terkejut Echa sekaligus kecewa. Kecewa kenapa Rey bisa jahat begini.

Argan mengangguk pelan dengan wajah nelangsanya.

"Oke kalo gitu sekarang mending kamu obatin dulu lukanya. Udah kamu obatin belom?" Sebisa mungkin Echa fokus pada Argan. Bukan pada Rey. Bukankah Argan, pacarnya yang kini jadi korban kan?

"Belom. Aku maunya kamu yang obatin, makanya dari tadi nungguin kamu sambil telepati. Eh bener, kamu dateng," kekeh Argan. Meski wajahnya babak belur, tapi tetep ganteng kalo terkekeh gini.

Echa ikut tersenyum namun simpul. "Sini aku obatin."

TO BE CONTINUED

(A/N): Pendek yahh?😢

Makasih lho buat kalean yg masih setia dilapak ini. Aku seneng plus sayang banget. Tapi maaf kalo lama updatenya :"

Aku ingin upadate cepet, tapi ini otak gak mau diajak kerja sama. Kan kesel bawaannya.

Sekali lagi MAKASIH BANYAK BUAT KALEAN! LUV 💞.

Rammdinn 🤘

Senja yang PerihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang