#9

110 13 0
                                    


Motor Abe memasuki kawasan kampus Aleya, dan bener saja. Keduanya langsung menjadi sorotan. Terlebih Abe yang terlihat sangat tampan dari biasanya.

"Buruan pulang." Usir Aleya. 

Ada rasa tak ikhlas untuk berbagi pandangan kepada wanita lain.

"Nanti pulang bareng aku. Jangan pulang bareng cowok itu lagi." Ucap Abe.

Selama berada di Bogor telinga Abe tak pernah luput dari kabar kedekatan Aleya dengan teman seangkatannya itu. Tau bukan? tembok saja bisa bicara ketika mendengar kabar simpangsiur.

"Iya Abe. Sudah delapan kali kamu bilang gitu ke aku." Ucap Aleya malas. Sejak keluar dari rumah, Abe tak henti hentinya mengucapkan kalimat tersebut.

"Bilang ke dia, kalau dia itu bisa jadi pacar kamu. Tapi, percaya aja, kalau kamu jodoh aku. Soalnya sejauh apapun kamu pergi, kalau kamu takdirnya aku. Nanti, juga akan kembali dengan sendirinya." Abe memang punya mulut manis yang selalu membuat Aleya salah tingkah dan kesal diwaktu yang sama.

"Kata kata aku sudah baguskan.? Jelaslah, aku ini semalam sampai ngulang kalimat ini puluhan kali." Senyum salah tingkah Aleya langsung memudar terganti dengan tangannya yang menggetok helm Abe keras.

"Jadi? aku boleh nih? pacaran ama Angga?" goda Aleya.

Abe beralih menatap Aleya tajam "Coba aja kalau berani"

***

"Be, Abe.." teriak Liora ketika ia melihat sosok Abe yang sudah rapi dengan snelli-nya.

"Kenapa.?" Tanya Abe.

"Pacar kamu dicariin Eyang." Ketus Liora.

"Pacar.? Aku gak punya pacar, Li." Balas Abe.

"Lah.? Si Aleya itu apa.? Mainan.?" Tanya Liora.

"Kita gak ada hubungan apa apa." 

"Kamu serius.?"

"Aku tiga rius. Karena aku serius sama dia jadi aku gak mau ngajak Aleya pacaran. Cukup jalan bareng aja yang jadi dosa besarnya. Aku takut bisa khilaf kalau kami memiliki hubungan yang diharamkan. Meski, ini juga sama haramnya. Setidaknya, aku taulah aku punya batasan ke dia."

Lihatlah. Ini alasan yang mampu memikat hati Liora. Abe ini orang yang berpendirian teguh untuk tidak pacaran dan paling utamanya dia setia. Buktinya dia bisa menunggu Elina selama tiga tahun. Dulu.

"Aku ke Eyang dulu yah. Bye.!" Pamit Abe.

"Beruntung banget, dia bisa mendapatkan hati kamu dengan mudah tanpa perlu merasakan berjuang. Sayang, yah, Aku tidak seberuntung dia." Gumam Liora menatap punggung Abe yang meninggalkannya.

Abe memasuki ruang rawat Rianti. Rianti sudah agak mendingan jadi hari ini ia bisa pulang. Tentunya berkat bujukan Abe agar Rianti ingin pindah ke Jakarta bersama keluarga besarnya. Tapi, dengan syarat Abe harus tinggal di rumah tersebut, bukannya di apartement.

"Eyang kalau di rumah gak usah kerja. Di rumah banyak mbak mbak yang bisa bantuin Eyang." Nasehat Abe sambil menuntun Rianti berjalan menuju parkiran. Rencananya, setelah mengantar Rianti ke rumah, ia akan langsung menjemput Aleya.

"Benar Mi, kalau begitu-kan Bima bisa tenang." Sahut Bima yang kini juga berjalan bersama Abe dan Rianti.

"Kalau mami kesepian di rumah-kan ada Jihan. Mami, juga bisa ngobrol bareng Aleya, siapa tau aja mami mau kenal dekat sama Aleya. Aleya itu anaknya baik kok." Timpal Jihan mempromosikan Aleya.

Croire ABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang