#23

106 9 0
                                    

"Selamat siang tuan Bagaskara." Sapa Coki sambil membuka pintu poli Abe.

Coki sedikit terkejut melihat kehadiran wanita yang duduk dihadapan Abe tersebut. Namun, ia kembali menetralkan pandangannya dan bersikap seolah olah tak ada yang terjadi.

"Kan, ini Coki sahabat aku. Coki, kenalin ini Kania sepupu aku." ucap Abe mengenalkan Kania dan Coki bergantian. Coki membalas uluran tangan Kania dan duduk disamping Abe yang sedang asik menikmati makan siangnya.

"Loh? ini kak Coki? yang dulu sering main sama kak Abe, temen kuliah kak Abe di Amerika dulu kan?? Wah dunia ini kecil banget yah. Kak Coki juga dokter disini?" Tanya Kania menggebugebu.

Coki tak menjawab melainkan ia hanya menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Kania. Sementara dirinya terus bersepkulasi dan berusaha tak menjudge Abe yang tidak tidak. Cukup lama ketiganya berbincang bincang membahas semua yang telah ketiganya lewati bersama ketika melanjutkan study di benua yang sama beberapa tahun lalu.

Coki bukanlah orang awam yang tak tau bagaimana lika liku hidup Abe hingga hari ini. Bahkan Coki menjadi saksi bisu bagaimana Abe mengkhianati Elina dulu dan memilih wanita yang duduk dihadapannya ini. Ia cudah cukup kenal bagaimana Kania, bagaimana piciknya gadis ini.

Setelah Kania keluar, Coki mulai menatap Abe tajam dan tak suka. "Jadi? bisa dijelaskan dokter Abe? Apa saja yang terjadi hari ini?" Tanya Coki.

"Apaan sih, Cok. Kayak gak kenal Kania aja. Dia disuruh sama Eyang buat nganterin makan siang buat aku." Jawab Abe.

Coki terus mentap punggung Abe yang kini beranjak mencuci tangannya. "Terus? Ada masalah apalagi hari ini?"

Abe menatap Coki bingung tak mengerti maksud sahabatnya itu. "Apaan sih?"

"Tau gak sih Be, tadi pagi Aleya diomelin habis habisan sama dokter Poppy." Abe mulai tertarik mendengar nama Aleya dan beralih duduk disamping Coki.

"Kenapa lagi Aleya? Dia salah apalagi sama dokter Poppy. Aleya yah." Geram Abe. Coki yang mendengar nada bicara Abe yang seperti itu menjadi semakin bingung. Tak biasanya Abe berbicara tentang Aleya dengan nada seperti itu.

"Kenapa sih Be? Kamu mau ngulang kesalahan delapan tahun yang lalu?" Tanya Coki tak suka.

"Apa apaan sih, Cok. Kenapa jadi nyolot gini? Kalau Aleya salah yah emang seharusnya dihukumkan? Jangan terlalu lemah ke Aleya. Kalau digituin terus dia bisa kekanak kanakan terus Cok."

"Be, sadar gak sih? Sama apa yang keluar dari mulut itu."

"Aleya emang gitukan? dia kekanak kanakan. Udah seharusnya ditegesin gitu." 

Tak lama setelah Abe melontarkan kalimat tersebut pintu ruangan Abe terbuka dan menampilkan sosok Airy yang menatapnya tajam dan tak suka. Airy tak suka jika adiknya dijelek jelekkan seperti itu. 

"Kamu bilang apa Be? Kamu bilang adik aku kekanak kanakan? Itu salah kamu. Kalau kamu mikir Aleya yang kekanak kanakan, Yah Aleya memang masih muda. Dia masih dua puluh tahun Be. Harusnya kamu yang belajar ngertiin Aleya sedikit." Airy benar benar meluapkan kekesalannya kali ini pada Abe.

"Airy aku gak ada maksud kesitu." Bantah Abe.

"Terus? maksud kamu apa yang ngatain adik aku kekanak kanakan? Kamu jugakan yang sering manjain Aleya? Aku tanya salah Aleya dimana? Oke, aku akui, aku terlalu berlebihan mengatakan itu. Tapi faktanya memang seperti itu Be."

"Airy, Aleya salah dan gak harus dibela." Balas Abe.

Airy menampilkan senyumannya mendengar Abe mengatakannya.

"Coba kamu tanya ke Aleya apa alasan dia sampai dapat marah sama dokter Poppy?"

Abe diam memandangi punggung Airy yang meninggalkan ruangannya. 

"Oke, jadi masalahnya aku lurusin yah Be, Jadi Aleya kena marah dokter Poppy karena dia telat. Mungkin alasan telatnya Aleya akan terlambat kalau kamu tanya sekarang, i mean dia udah terlanjur kesel sama kamu. Jadi biar Coki yang baik hati ini yang menjelaskannya. Aleya telat karena tadi pagi dia nungguin dokter Abe tercinta menjemputnya." 

"Jadi, sebaiknya dokter Abe coba pikirkan lagi bagian mana yang membuat dokter Abe melupakan Aleya pagi ini. Tapi, kalau dokter Abe yang terhormat mau menjawab karena Kania maka jangan jawab itu. Mungkin kamu bisa lansung jelasin ke Aleya lansung. Dia pasti kecewa banget sama pangeran tercintanya hari ini. Dia sampai nangis diruangan dokter Poppy tadi pagi." Lanjut Coki sebelum beranjak meninggalkan ruangan Abe.

****

Aleya terus mengomel kesal kepada dirinya sendiri. Hingga Puri yang melihatnya juga ikut kesal. Puri tidak kesal kepada Aleya yang mengganggu tidur siangnya. Tapi, ia kesal kepada Abe setelah mendengarkan cerita Aleya.

"Gimana sih Al, kamu gak marah? Aku bilang dokter Abe tadi pagi datang ke rumah sakit bareng sama dokter baru. DOKTERNYA PEREMPUAN" Balas Puri penuh penekanan.

Ia merasa jika Aleya ini sudah tak waras. Jika ia menjadi Aleya maka ia akan mengacak acak wajah tampan kekasihnya itu tanpa ampun.

"Dia sepupunya Abe. Dokter magang di rumah sakit kita."

"Al, kalaupun dia sepupu Abe, harusnya kamu itu lebih hati hati. Kamu pikir wajar kalau sampai dokter Abe lupa sama kamu? Terus dia gak ngabarin kamu sampai sekarang? Ingatloh Al, ini kali pertama hal ini terjadi. and ini terjadi setelah kehadiran sepupunya dokter Abe."

"Jangan buat aku nething ke Abe deh."

"Al, bucin boleh. Tapi jangan sampai Cerebrum kamu ikut hijrah ke patella." Ucap Puri.

"Aku lagi berusaha ngertiin Abe. Dia sayang banget sama sepupunya, Kania itu udah dia anggap seperti adik sendiri." Aleya memang belum menceritakan mengenai affair yang pernah terjalin antara Abe dan Kania dulu. 

"Al, jangan jadi orang bego. Heran sama Aleya Queena ini, masuk kelas akselerasi dua kali, waktu SD sampai lompat kelas saking cerdasnya. Eh, sekali kenal cinta begonya minta ampun." Ucap Puri.

Puri tak percaya jika Aleya yang merupakan murid tercerdas diangkatannya ini seketika menjadi bodoh ketika menyangkut cinta. Percuma saja menjadi serjana kedokteran termuda diangkatannya jika Aleya ini benar benar bodoh. Rasanya terlalu rugi Aleya lompat kelas dari kelas tiga SD ke kelas lima SD, menjadi anak kelas akselerasi ketika SMP dan SMA. Namun, mengenai cinta nilainya Nol besar.

"Gila kamu Al, sana balik ke rumah sakit. Aku mau lanjut tidur." usir Puri.

Croire ABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang