#27

105 11 0
                                    

" Manusia boleh menangis. Tapi, manusia juga harus tau tempat dan waktu. Mengetahui tempat dan waktu kapan mereka menjadi pemberi dorongan untuk orang lain."

~Elrabi Bagaskara

.

.

.

Dua minggu di stase saraf membuat keenam orang itu mulai terbiasa oleh Abe yang tak berperi kemanusiaan. Terlebih karena Abe Konsulen Intensive Care yang bertanggung jawab di IGD. Maka, Aleya dan teman temannya lebih sering melakukan ronde keliling pasien IGD.

Terkadang pula saat Ronde, Abe akan melempar pertanyaan, entah itu terkait dengan kondisi pasien, atau yang tidak berhubungan sama sekali dengan saraf. Tapi, terkadang membuat Aleya dan teman temannya merasa beruntung. Seperti pada dua kali presentasi kasus, Abe mau menjadi narasumbernya. Bahkan, Abe menjadi penguji Mini-cex teman temannya. Rasanya tiga minggu bersama Abe ini cukup menyenangkan.

Aleya jadi ingat saat, ujian kasus. Waktu itu, Sonia yang diuji oleh Abe. Sayangnya, saat itu Sonia itu tak tau apa jawaban dari uji kasus tersebut. Tebak apa yang dilakukan Abe.? Abe meminta Sonia memanggil salah satu dari teman kelompoknya yang berada di IGD untuk membantunya menjawab kasus tersebut.

"Phone a friend" katanya.

Bukan hanya di IGD, mereka juga kerap kali ikut ke poliklinik dan bangsal meski tak seseru di IGD. Kebanyakan mereka hanya bengong dan berdiri mematung memperhatikan konsulen atau dokter residen memeriksa pasien. Sesekali, jika beruntung, mereka akan ditawari untuk melakukan pemeriksaan fisik.

Lain lagi jika di bangsal. Mereka hanya sesekali melihat keadaan pasien, melakukan pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi, dan napas lalu melaporkannya ke Abe atau residen yang ada. Bisa juga mereka mengunjungi pasien untuk melatih anamnesis neurologi. Dan apabila tidak ada pasien yang bermasalah, mereka bisa tidur sampai pagi, sampai waktu jaga mereka habis. 

Image Abe yang kejam dan seenaknya itu berubah menjadi menyenangkan dimata mereka. Terlebih akhir kahir ini Abe berubah menjadi orang yang humoris.

"Dokter Abe baik yah." Ucap Sonia.

"Kemarin kemarin nyumpahin terus." Cibir Sisi.

"Yah, mungkin waktu itu dokter Abe Cuma ngetes kita. Kita sanggup atau nggak." Bantahnya.

Malam ini adalah jadwal jaga mereka, termasuk Aleya. Keenam orang itu kini tengah menikmati waktu santai mereka di IGD. Dengan harapan tak akan ada pasien yang datang ataupun pasien baik baik saja. Karena besok sore mereka akan ujian.

Keenam orang itu hanyut dalam tumpukan buku tebal dihadapan mereka. Namun, harapan mereka itu tinggallah harapan. Ada beberapa pasien yang kondisinya tiba tiba tidak baik. Terutama satu pasien yang siangnya memang Putra lupakan untuk memberinya resep, karena katanya apotik rumah sakit kehabisan stok.

Abe yang mengetahui kondisi pasien tersebut langsung meminta agar Aleya, Sonia dan Sisi melakukan pemeriksaan tanda vital pada pasien tersebut setiap jam.

Pukul 21.00, Aleya kembali memeriksa pasien tersebut. Kondisinya agak menurun. Nafasnya hanya terdengar delapan kali permenit. Aleya langsung bertindak cepat dengan melaporkannya ke Abe yang malam itu juga berjaga. Setelah melaporkannya, Aleya kembali ke teman temannya untuk melanjutkan belajarnya.

Tidak lama kemudian, terdengar pengumuman dari speaker.

"Code Blue di kamar 058"

"Code Blue di kamar 058"

Croire ABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang