#33

109 9 0
                                    


Angga mundur secara perlahan, menyisahkan Abe yang terus berusaha menaklukkan hati Aleya lagi. Hampir setiap malam minggu Abe mengajak Aleya jalan jalan. Jalan jalan dalam artian banyak, kadang Abe mengajaknya nonton dan ujung ujungnya Cuma di bawa ke rumah Abe untuk nonton DVD, diajak main nyatanya diajak main ke IGD, diajak jalan nyatanya Cuma disuruh menemani jaga. Abe ini selalu punya cara tersendiri untuk membuat Aleya merasakan rasa nano nano di setiap harinya.

"Kali ini jalan kemana lagi? Rumah sakit? atau rumah kamu?." Selidik Aleya.

Aleya tak ingin lagi tertipu oleh Abe, makanya Aleya hanya menggunakan kaos lengan pendek dan celan jeans sebatas mata kaki. Abe tertawa, Aleya kesal karena tampaknya Abe mengerjainya lagi.

"Ganti baju, Al. ganti yang bagusan dikit." Pintah Abe.

"Aku gak akan ketipu lagi, Be. mau kemana sih.?" Tanya Aleya.

"Aku serius, aku sih gak akan malu jalan sama kamu. Takutnya sih, kamu yang minder jalan sama aku yang udah rapi gini." Goda Abe. Aleya memutar matanya malas, benar juga yang dikatakna Abe. Malam ini Abe terlihat rapi dan tentunya tampan.

"Aku ganti baju dulu. Awas aja, kalau kamu sampai kerjain aku lagi." Ancam Aleya.

Aleya sudah mengganti bajunya dengan sebuah dress selutut berwarna putih dipadukan dengan sepatu berhaknya. Lebih baik dari yang tadi tentunya. Keduanya kini tengah duduk didalam mobil. Abe tak banyak bicara.

"Tumben.?" Tanya Aleya yang sejak tadi gatal melihat Abe yang jadi bisu.

"Kenapa.? Kesepian yah,? Soalnya aku gak ngoceh.?" Tanya Abe menggoda Aleya. Aleya diam tak ingin Abe menggodanya lebih jauh.

"Aku kasih tau nih, aku lagi seriawan. Jadi, sekarang harus diem deh. Soalnya kalau ngomong perih." Jelas Abe. Aleya mengangguk paham.

Abe tidak mengerjainya, Abe kini membawa dirinya mengitari sebuah pusat perbelanjaan. Entah apa yang ingin dilakukan laki laki itu.

"Al, yakin.? Aku lagi baik loh. Aku mau nawarin kamu. Jarang jarang aku baik gini." Tanya Abe sekali lagi.

Ketika memasuki pusat perbelanjaan, Abe tiba tiba mengatakan jika dirinya siap diporoti oleh Aleya. Abe tau jelas porsi belanja wanita ini, pernah saat awal mengenal Aleya, Abe kena prank Aleya. Aleya menguras habis isi ATM Abe, Abe sendiri sampai melongo melihat tagihannya.

"Kamu lagi nyogok, aku yah.?" Hardik Aleya.

"Asataga, kamu ini pikirannya negatif terus yah, sama aku." Bela Abe.

"Terus kenapa.? Sudah bosan berjuang? Jadi, sekarang kerjanya nyogok.?" Sindir Aleya. Aleya, tau maksud Abe tak seperti itu, ia hanya ingin memanas-manasi Abe.

"Capek ngomong sama kamu. Yaudah, kita nonton aja, diajakin belanja gak mau." Ketus Abe. Lelaki itu kini berjalan lebih dulu meninggalkan Aleya yang menertawainya.

Setelah berdebat cukup lama antara nonton dan bermain akhirnya, Abe mengalah dan mengikuti Aleya untuk masuk ke arena bermain di pusat perbelanjaan tersebut.

"Al, lapar nih." Ucap Abe. Perutnya sudah berbunyi sejak tadi, Aleya seakan lupa waktu. Hampir seluruh permainan di tempat permainan ini telah mereka mainkan. Dan Aleya belum kunjung bosan.

"Bentar, Be. ini lagi seru." Ketus Aleya.

Aleya saat ini sedang memainkan palu yang siap menggetok kepala buaya buaya yang muncul di permukaan.

"Be, ini nyebelin banget sih. Kepalanya nongol mulu, padahal udah digetok. Dasar buaya darat." Ketus Aleya. Abe hanya bisa menggeleng tak percaya dengan Aleya yang mengomeli benda tak bernyawa itu.

"Al, namanya juga game." Ketus Abe. Abe merasakan perutnya sudah melilit setengah mati. Sejak siang Abe belum pernah mengisi perutnya, karena terlalu sibuk dengan operasi.

Abe merasakan perutnya mulai panas dan perihnya menjalar hingga dadanya.

Satu menit

Dua menit

Tiga menit, mata Abe mulai berkunang kunang, hingga pandangannya mulai menggelap.

***

Aleya dengan raut kesalnya tengah menunggui Abe yang tertidur. Aleya kesal pada Abe yang tidak mengatakan jika dirinya belum makan sejak siang. Jika, Aleya tau, pasti Aleya memilih berhenti bermain dan menemani Abe makan. Dibanding harus menjadi tontonan anak anak dan beberapa orang dewasa di tempat bermain itu karena Abe yang jatuh pingsan.

"Nyebelin banget sih. Harusnya tuh, aku bisa dapat boneka yang paling gede. Kamu pakai acara pingsan." Ketus Aleya. Aleya bukanlah gadis di film film ataupun novel novel yang akan menangis tersedu sedu ketika kekasihnya sedang sakit. Yah, this is Aleya Queena Vernando.

"Al, anak nakal itu belum bangun.?" Tanya Jihan. Sudah dua kali Jihan keluar masuk ruang rawat Abe. Dan Abe tak kunjung bangun.

"Abe, udah bangun bun. Dari tadi malah." Mata Abe sudah membulat sempurna.

"Dari tadi kamu sudah bangun.? Dan gak buka mata kamu.?" Selidik Jihan.

"Iya. Kamu ini, bukannya buka mata malah asik asikan tidur, ngerjain aku.?" Ketus Aleya, Abe hanya menyengir memamerkan gigi rapinya itu.

"Habis kamu, aku ini sakit. bukannya minta maaf atau khawatir sama aku. Malah ngomel." Jawab Abe santai. Jihan yang tadinya berdiri cukup jauh dari keduanya akhirnya mendekat pada Abe dan menarik telinga Abe.

"Nakal banget sih.! Sudah tau punya sakit maag, bukannya makan. Ini malah nyusahin Aleya. Malu Be, kamu ini dokter. Buat mengobati diti saja susah apalagi mrngobati orang lain." Berganti Jihan yang memarahi Abe.

"Bun, anaknya lagi sakit, bukannya di sayang sayang, malah dijewer." Ucap Abe sok imut.

"Kenapa gak mati sekalian." Ketus Aleya.

***

Tiga hari Abe dirawat di rumah sakit. Maka, sebanyak tiga hari itu pula Aleya menemani Abe. Tidak hanya itu, Aleya bahkan diperkenalkan sebagai menantu Bagaskara oleh Jihan. Aleya hanya manggut manggut tak menjawab. Mau bagaimana lagi? Ingin mengatakan tidak, ia takut membuat Jihan kecewa. Mau mengatakan iya, itu adalah kebohongan.

"Be, kenapa sih. Bunda selalu aja ngenalin aku ke keluarga kamu.! Dibilangin calon mantu lagi. Memangnya kamu udah pernah lamar aku.?" Tanya Aleya. Aleya sedikit mengeraskan suaranya, ia takut Abe tak mendengarnya. Karena jarak keduanya cuku jauh, Aleya duduk disofa dan Abe berbaring diranjangnya.

"Ceritanya lagi kasih kode.?" Goda Abe. Aleya mengerutkan keningnya tak mengerti.

"Kode minta dilamar lagi.?" Lanjut Abe. Aleya kesal karena Abe salah menangkap maksud ucapannya.

"Al, aku ini sakit." keluh Abe ketika Aleya melempari wajahnya dengan bantalan sofa.

"Mana ada orang sakit kayak kamu. Ngeselin." Ketus Aleya.

"Bilang aja, memang lagi kasih kode." Goda Abe. Aleya hanya memutar bola matanya malas meladeni Abe yang banyak tingkah.

***

Croire ABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang