#24

108 11 0
                                    

Aleya kembali ke rumah sakit untuk melanjutkan jaga malamnya. Ia juga sudah cukup pusing untuk tetap tinggal di apartemen. Puri tak henti hentinya mengatainya bodoh karena Aleya yang memilih untuk tetap diam dan masih percaya Abe. Apa salahnya? Toh, ia yakin Abe tak mungkin untuk meninggalkannya.

Aleya berjalan menyusuri lorong demi lorong, maklum saja kali ini ruangan Coki berada cukup jauh. Hingga ia harus menaiki beberapa rangkaian tangga lagi. Ruangan Coki berada di lantai delapan dan itu lumayan membuat Aleya kewalahan untuk mendaki naik. Karena haram hukumnya bagi koas untuk menaiki lift. Aleya kadang tak habis pikir darimana filosofi tersebut diambil. Tak masuk akal.

Sampai di depan ruangan Coki, Aleya bertemu dengan kakaknya. Airy lansung menghampiri Aleya yang kini menatapnya.

"Kamu kenapa sampai dimarahin sama dokter Poppy tadi pagi?" Tanya Airy basa basi.

"Menurut kakak?"

"Makanya jangan suka dosa sama yang lebih tua, kuwalatkan jadinya." Aleya memutar matanya malas. Airy lagi lagi ingin memancing perdebatan kecil ditempat umum ini.

"Yeeh, siapa yang minjem mobil orang terus gak bilang bilang?" Balas Aleya tak kalah.

"Sama aja kali. Kamu sendirikan yang bilang Abe udah mau nyampe nih, kakak aja yang ganti baju. nanti aku telat." Jawab Airy sambil menirukan suara Aleya serta aksen aksennya.

Aleya diam. Ia akui dirinya salah karena telah berbohong kepada Airy tadi pagi bahwa Abe akan menjemputnya.

"Yah, itu karena.."

"Karena apa? Karena Abe yang jemput Kania Kania itu?" Tebak Airy.

Aleya ckup takjub dengan pendengaran tembok tembok dan mulut mulut para warga rumah sakit ini, kabar pagitadi begitu cepat menyebar.

"Yaudah, sana masuk. Kakak tungguin, pulangnya barengan aja. Nanti kamu ditinggal lagi sama si Abe." 

"Aku jaga malam kak. Kakak duluan aja. Aku bisa naik taksi kalau Abe ninggalin aku lagi." Balas Aleya.

"Terserah kamu aja."

Tepat setelah kepergian Airy pintu ruangan Coki terbuka dan menampilkan sosok Coki yang sudah siap dengan snelli yang membungkus bahu tegapnya.

"Itu siapa? Kakak kamu?" Tanya Coki. Tanpa bertanyapun ia sudah tau setelah mendengar percekcokan siang tadi. Namun, ia hanya ingin memastikan jika Airy adalah saudara Aleya.

"Iya dok."

"Wah, saya gak ragu deh Al, kayaknya gen gen papa mama kamu emang tokcer yah Al. Hasil cetakannya semua bening bening, ayu tenan." Ucap Coki yang terus memandangi punggung Airy.

"Apaan sih, dok. Dokter mau visit? Sini saya bantuin." 

Aleya mengekori kemanapun Coki pergi. Ia juga terkadang mencatat sesuatu di notebook kecil yang senantiasa ia bawa dalam saku snellinya.

"Wah, Aleya baru tau kalau dokter Coki juga termasuk dokter pelayan pasien VIP loh." Ucap Aleya kagum. 

Untuk menjadi dokter yang melayani pasien VIP bukanlah dokter sembarangan. Mereka yang terpilih adalah dokter dokter kebanggan dan kepercayaan rumah sakit. Of course Coki adalah salah satunya. 

Rechaiko Gunawan Asmara adalah anak angkat keluarga Bagaskara. Coki merupakan anak angkat dari tante dan om Abe. Oleh karena itu, keduanya amat dekat. Keduanya tumbuh dan berkembang di lingkungan yang sama sejak kecil, mulai dari SD, SMP, SMA, bahkan keduanya sama sama terbang ke negeri Paman Sam untuk melanjutkan studynya. 

Coki dan Aleya memasuki sebuah kamar VIP terakhir yang akan dikunjunginya malam hari ini. Aleya menatap sekeliling ruangan tersebut, namun ia tak kunjung menemukan pemilik kamar tersebut. Hingga akhirnya ia menemuka seseorang yang tengah duduk dikursi roda. Coki melangkah menghampiri pasien tersbeut, begitupun dengan Aleya yang mengekorinya.

"Selamat malam Oma. Ini saya dokter Coki." Sapa Coki ramah kepada seorang lansia yang sedang memandangi hiruk piruk Jakarta yang begitu gemerlap.

"Selamat malam dokter ganteng kedua." Balasnya. 

Wanita yang dipanggil dengan sebutan oma tersebut berbalik menatap Coki penuh haru dan mengalihkan pandangannya pada Aleya yang berada tepat dibelakang Coki.

"Wah cantik sekali kekasihmu dokter Coki. Sini kenalan sama Oma." Ucapnya. 

"Wah, Oma hampir saja membuatku meleleh jika saja yang Oma katakan itu benar. Sayangnya Wanita cantik dibelakang Coki ini sudah punya kekasih Oma." Jelas Coki. 

"Ayo Al, kenalkan ini Oma Tiara." Ucap Coki. Aleya menghampiri wanita tua tersebut dan berjongkok dihadapannya untuk mensejajarkan tingginya.

"Halo Oma, aku Aleya."

Setelah menjalani beberapa pemeriksaan akhirnya Coki dan Aleya pamit meninggalkan ruangan Tiara.

Sepanjang perjalanan menuju ruangannya, Coki menceritakan bagaimana awal perkenalan dirinya dengan Tiara hingga dirinya bisa seakrab tadi. 

Tiara merpakan pasien lanjut usia yang ditelantarkan oleh anak satu satunya. Anaknya membawa Tiara ke rumah sakit sekitar dua tahun lalu untuk menjalani proses cuci darah dikarenakan ginjal Tiara yang bermasalah. Namun, karena sudah tak sanggup untuk rutin mengantar Tiara ke rumah sakit, akhirnya ia memilih untuk menitipkan orangtuanya tersebut di rumah sakit. 

Awal penitipannya ia begitu rajin untuk menjenguk mamanya. Namun, seiring berjalannya waktu. Entah itu karena kesibukan atau hal lain Anaknya tidak pernah lagi datang mengunjungi Tiara. Namun, anaknya tersebut rutin untuk mengirimi biaya pengobatan ibunya setiap bulan. Bahkan dirinya merupakan donatur terbesar di Golden Health Hospital ini.

Dan kedekatannya berawal ketika Coki diminta untuk menjadi penanggung jawab kelas VIP. Hari dimana ia mendapatkan Tiara dengan kondisi overdosis obat. Tiara mengatakan jika hal itu dilakukannya agar anaknya tidak lagi repot repot bekerja untuk membayar biaya rumah sakitnya. Anaknya tidak perlu lagi menanggung beban berat atas dirinya.

Bukan jawaban itu yang dapat Coki simpulkan dari ucapan Tiara. Melainkan, Coki merasakan jika Tiara ini ingin mengakhiri hidupnya dikarenakan dirinya yang merasa amat kesepian dan tidak memiliki siapa siapa.

"Gila yah, nggak tau terima kasih banget. Mamanya udah rela ngandung dia susah susah sembilan bulan malah ditelantarin gitu aja?" Coki tersenyum mendengar tanggapan Aleya.

"Dia pikir rumah sakit ini panti jompo?"

"Aku juga gak habis pikir sama anaknya. Tega juga yah."

"Ohya,? Tadi kata Oma Tiara kamu dokter ganteng kedua. Kasian banget sih dokter Coki ini. Berarti Oma Tiara juga punya kenalan di rumah sakit ini selain dokter Coki dong?"

"Siapa lagi yang bisa mengalahkan pesonaku selain dokter Elrabi Bagaskara yang terhormat. Kekasih kurang ajarmu yang meninggalkanmu pagi tadi." Canda Coki.

"Ohya? Abe juga kenal Oma Tiara?" Tanya Aleya.

"Hmm, Abe bahkan mengenal Oma Tiara lebih dulu dibanding aku. Mereka juga cukup akrab."

Dari arah yang berlawanan terlihat sosok Abe yang berjalan menghampiri keduanya. "Aleya." Panggil Abe.

"Ada apa dokter Abe?" Tanya Aleya. 

Aleya dan Abe sudah menyepakati jika keduanya harus bersikap profesional selama di rumah sakit. Bersikap selayaknya dokter dan anak bimbingannya.

"Bisa kita bicara sebentar?" Tanya Abe. Coki yang cukup paham situasi memilih untuk pamit pulang.

Abe membawa Aleya memasuki ruangannya. Tak ada yang bersuara, Aleya memilih untuk memejamkan matanya sambil menekan pelipisnya. Hari ini ia terlalu lelah dengan banyaknya kunjungan visit yang dilakukan Coki.

"Al, aku minta maaf." Ucap Abe memecahkan keheningan diantara keduanya.

"Untuk?" Tanya Aleya bingung.

"Maaf buat kamu telat tadi pagi. Aku benar benar lupa Al. Maaf yah, kalau gitu nanti kita pulang bareng aja untuk menebus rasa bersalahku."

Aleya menyunggingkan senyumnya kemudian berdiri dan kembali merapika pakaiannya untuk meninggalkan ruangan Abe.

"It's okay. Aku maafkan. Tapi, jangan diulang lagi yah Be. Kamu pulang duluan aja. Aku masih harus jaga. Aku bisa minta dijemput sama supir di rumah kalau jaganya udah selesai."

****


Croire ABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang