#32

125 9 0
                                    


"Al, buruan. Angga sudah datang." Terak Airy. Malam minggu ini, Angga mengajak Aleya untuk jalan jalan. Katanya biar PDKTnya semakin mantap. Aleya tak mengerti, tapi mumpung ada yang menawarkan gratisan. Makanya, ia menerimanya.

"Mau jalan kemana.?" Tanya Aleya menghampiri Angga yang sedang mengobrol bersama Airy.

"Rahasia." Jawab Angga. Setelah berpamitan, Angga akhirnya membawa Aleya pergi. Aleya cukup mengenal tempat ini, tempat biasanya para remaja bermalam minggu. Bioskop.

"Kirain mau kemana." Gumam Aleya yang terdengar oleh Angga.

"Aku gak ngerti juga, sih. Jadi, pilihannya Cuma bioskop. Habis itu makan." Jelas Angga.

Angga langsung memesan tiketnya sedangkan Aleya bertugas membeli makanan. Setelah menunggu limabelas menit, akhirnya keduanya memasuki studio yang dimaksud.

"Nonton film apa sih.?" Tanya Aleya. Sebab ketika berada di studio, ia melihat kebanyakan diisi oleh kaum hawa. Aleya jadi bingung, jangan jangan film Barbie atau Disney.

"Aku juga gak tau. Katanya filmnya bagus." Jawab Angga. Angga juga tak mengerti film apa yang akan mereka tonton.

Film diputar, Aleya dan beberapa gadis distudio ini juga ikut hanyut dalam film. Tak jarang Aleya bergumam dan mendengus kesal.

"Ternyata film ini tohh, yang buat jaket jeans bisa beredar di pasaran lagi." Gumam Aleya. Angga ikut menimpalinya.

"Memangnya kamu gak terkesan dengan sosok Dilan.? Banyak looh ABG labil yang habis nonton film ini langsung jatuh cinta pada sosok Dilan yang anak geng motor." Aleya diam, ia kembali hanyut dalam drama dihadapannya.

"Gila, si Milea ini. Kang Adi yang mahasiswa ITB, tapi, gak dilirik sama sekali. Nandan yang udah ketua kelas, jago basket, pintar, ganteng gak dipertimbangkan sama sekali. Dia malah milih Dilan yang begajulan." Gumam Aleya lagi. Aleya kali ini menggambarkan sosok Milea yang bodoh karena memilih Dilan yang menurutnya jauh dibanding Nandan dan Kang Adi.

"Yaa ampun, baperan amat sih.! Kamu gak liat? Mukanya kang Adi.? Kayaknya aku bisa nebak kalau kang Adi itu udah semester sepuluh atau duabelas yah... Percuma aja predikat ITBnya itu. kalau kuliahnya lama gitu. Milea baru SMA dia udah tua gitu." Balas Angga lagi.

Aleya kembali menatap layar besar yang menampilkan scane Iqbal Diafakhri Ramadhan as Dilan yang sedang berkelahi dengan guru-nya.

"Hebat juga yah, si Dilan ini. Berani ngomong gitu. Punya prinsip banget." Puji Aleya ketika Iqbal dengan tegas mengatakan hal ini pada pak Suripto.

"Guru itu digugu bukan ditiru, bu. Kalau guru saja bisa memukul muridnya, ya murid juga berhak memukul balik."

"Itu namanya dia lelaki yang punya prinsip." Balas Angga.

"Hebat, jadi salut sama Dilan. Sosok berprinsipnya bagus banget. Sampai harus ninggalin Milea yang katanya pacaran sama Nandan. Jadi, suka sama Dilan. Dilan gak marah sama Milea. Dia justru memilih menjauh dari Milea agar tidak merusak hubungan Milea dan Nandan." Puji Aleya pada sosok Dilan yang diperankan oleh Iqbal Diafakhri Ramadhan itu.

"Itu bagus. Daripada anak jaman sekarang, jangankan cewek yang masih punya pacar, pacar teman sendiri aja disikat." Balas Angga. Sebenarnya, Angga cukup tersinggung dengan ucapan Aleya. Namun, ia tepis jauh juah. Toh, Aleya tak pacaran dengan Abe.

"Bodoh banget, sih. Si Beni itu, bodoh banget, mulutnya udah kasar ngatain Milea gatal, ganjen, bahkan pela*ur. Udah beruntung Milea mau sama Dia!!." Ketus Aleya. Kali ini Angga tak menanggapi, ia hanya diam. Angga memilih focus pada pemikirannya yang sedang berkelana entah kemana.

Croire ABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang