#25

116 12 0
                                    

Pagi pagi sekali, Abe sudah datang menjemput Aleya. Airy saja sampai takjub melihat lelaki itu sudah siap dengan setelan rapinya dan duduk di teras rumahnya.

"Abe, ini masih setengah enam." Ucap Airy mengingatkan Abe. Airy hanya khawatir jika jam di rumah Abe itu sudah rusak dan perlu diganti.

"Aku tau, aku sengaja datang sepagi ini. Karena, mulai hari ini, Aleya akan masuk di stase-ku." Ucap Abe.

Kemarin undian Aleya naik pada stase minor dan ditempatkan pada stase saraf, yakni stase Abe. Aleya sedikit merasa tenang, setidaknya Abe tidak akan menyiksanya sama seperti Liora yang tak berperasaan.

Abe dan Aleya tiba di rumah sakit tepat pukul enam. Abe segera meminta para Koas yang akan dimentorinya berkumpul secepatnya. Abe terlihat sangat berwibawa menyampaikan beberapa hal selama berada di stase saraf. Mulai dari jam enam harus sudah stay di rumah sakit, tetap follow-up pasien meski tanpa Abe, dan harus mengumpulkan hasil rekam mediknya ketika Abe sudah datang.

"Sebelum pukul Sembilan nanti kalian berkumpul diruangan saya, kita akan melakukan pretest untuk menguji seberapa jauh ilmu kalian. Saya beri waktu sepuluh menit untuk belajar. Setelah itu saya tunggu di ruangan saya." Setelah Abe kembali duduk dikursinya. Umpatan demi umpatan keluar dari mulut para Koas, termasuk Aleya. Pretes dadakan yang akan mengancam kelulusan mereka pada stase ini.

Sepuluh menit telah habis. Para Koas tersebut termasuk Aleya sudah duduk diruangan Abe. Abe duduk dihadapan mereka.

"Dok, kita gak dikasih kertas.?" Tanya Puri yang kebutulan sekelompok dengan Aleya pada stase kali ini.

"Kamu minta kertas.? Kamu ini sudah bukan anak sekolahan yang ulangannya harus pakai kertas terus. Saya mau mendengar jawaban kalian bukan membaca yang tentunya dapat kalian karang." Aleya menatap Abe garang. Aleya menatap Abe tak percaya dengan lelaki itu.  Ia tak menyangka berada di stase Abe ini adalah sebuah jebakan.

Peretest-nya dimulai. Pertanyaan demi pertanyaan Abe lontarkan. Pretest berlangsung tigapuluh menit. Hanya ada lima pertanyaan, dan Abe tidak menerima jawaban yang lebih dari tiga menit. Benar benar pemerasan otak yang dilakukan Abe pagi pagi begini.

"Kali ini, saya menunjuk Aleya Queena Vernando sebagai ketua kelompok kalian dan Puri Petricia sebagai wakil ketuanya. Jadi, Aleya akan bertanggung jawab penuh atas semua followup kalian, nilai kalian, ujian kalian, dan semua kasus kasus kalian akan kalian kumpulkan ke Aleya, biar Aleya yang menyerahkannya ke saya nantinya. Sekian pertemuan kali ini. Kalian bisa kembali ke IGD untuk melakukan follow-up." Ucap Abe.

Aleya yang ditunjuk sebagai ketua sudah mulai merasakan aura peperangan yang ingin Abe lakukan. Aleya yakin setelah ini Abe akan mengerjainya habis habisan. Musnah sudah harapan Aleya untuk berleha leha di stase kali ini.

"Saya lupa, di minggu pertama kalian ini, saya akan isi dengan diskusi bersama ketika selesai jaga." Aleya dan teman temannya serasa ingin meledak juga saat itu. Jaga yang dilakukannya selama dua belas jam akan dilanjutkan dengan diskusi dalam waktu yang tidak ditentukan.

Aleya dan yang lainnya keluar dari ruangan Abe.

Semuanya terus mendumel menyumpahi Abe yang tengah duduk manis di kursi kebesarannya.

"Mukanya aja yang ganteng, tapi, orangnya tegaan." Ketus Sonia.

"Kalau gitu kita bisa mulai follow-up dulu. Kita bagi dua aja. Aku, Sonia, Putra follow-up di IGD, terus Puri, Runa dan Sisi bisa di bangsal. Habis itu, rekam mediknya kumpul ke aku aja. Nanti biar aku yang kasih dokter Abe." Jelas Aleya.

Semuanya berpisah sesuai arahan Aleya. Aleya juga mendumel dalam hatinya, setelah ini ia akan protes habis habisan pada Abe.

Dua jam kemudian, semua rekam medik sudah berada ditangan Aleya. Aleya mengarahkan teman temannya untuk membagi diri seperti tadi untuk berjaga di Poli dan beberapa lagi ikut visit pagi di bangsal. Lalu, dirinya akan menyerahkan rekam medik tersebut pada Abe, yang nantinya akan bergabung berjaga di bangsal.

Croire ABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang