#19

113 8 0
                                    

Hasil pemeriksaan keluar, Aleya dan Airy sudah duduk dihadapan Abe dengan raut tegangnya. Berharap mimpi buruk akan alzheimer itu akan berakhir.

"Mukanya jangan tegang gitu." Ucap Abe. Abe Memang dokter yang sangat ramah pada pasien dan keluarga pasien karena itupula ia bisa menggoda Airy dan Aleya dalam keadaan seperti ini.

"Lama banget sih.! Sini biar aku yang buka." Ketus Aleya yang ingin meraih amplop hasil CT scan yang berada ditangan Abe.

"Kamu itu keluarga pasien, disini. Jadi, harus menuruti perkataan Dokter." Ucap Abe. Abe tersenyum penuh kemenangan saat melihat Aleya kembali duduk tenang disamping Airy.

Satu menit

Lima menit dan Abe masih setia menganalisis hasil CT scan tersebut. Padahal , tanpa ia menganalisisnya kembali ia sudah tau. Sebab CT scan-nya sudah disertai hasilnya.

"Nyonya Bella, positif menderita Alzheimer." Ucap Abe. Airy diam, berbeda dengan Aleya yang matanya sudah berkaca kaca. Ia tak menyangka jika luka yang Mamanya rasakan setelah kepergian Elina masih terus terbayang.

"Alzheimer ini bisa terjadi karena pengendapan protein beta-amyloid dan kekusutan neurofibril yang menghalangi suplai nutrisi antar sel otak. Seiring waktu, beta-amyloid yang mengendap dan neurofibril yang kusut akan merusak dan mematikan sel sel otak sehingga akhirnya mengubah ukuran otak atau menyusutkan otak. Nah, seperti yang kalian lihat beberapa gejala yang tampak seperti mudah lupa. " Abe berhenti sejenak disertai dengan seulas senyuman yang ia tarik dari sudut bibirnya. Senyuman itu bukan untuk mengejek ataupun merendahkan, melainkan berupa pemberi semangat bagi keluarga pasien.

"Gejala mudah lupa ini hanya gejala awal, yang nantinya akan berkembang sepert sulit berpikir, sulit bicara dan mengungkapkan sesuatu, sulit memilih, dan sering terlihat kebingungan sendiri. Rasa cemas yang sering datang, dan mungkin akan membuat nyonya Bella menjadi moody, lebih agresif dan lebih menuntut, dan lebih parahnya Nyonya Bella akan sering berhalusinasi dan berdelusi, bisa juga ditahap akhir akan mengalami kelumpuhan."

Aleya diam, air matanya tak lagi terbendung. Ia menangis. "Alzheimer itu penyakit genetik, bukan.? Setau aku, dikeluargaku gak ada yang punya riwayat Alzheimer." Ucap Airy.

Airy sedih, ia sedih mamanya menanggung beban yang sama beratnya dengan beban Aleya. Tapi, ia tak ingin menampilkan rasa sedihnya dihadapan Aleya. Karena, ketika ia sedih, maka Aleya tak akan memiliki tumpuan.

"Alzheimer bukan hanya penyakit yang diturunkan dari gen. ada beberapa faktor yang menyebabkannya, seperti mengidap gangguan kognitif ringan, pernah mengalami cedera otak, dan mengidap sindrom down. Terlebih Alzheimer ini memang kebanyakan diderita oleh wanita."

"Lalu.? Langkah penyembuhan apa yang bisa kita lakukan,.?" Airy kembali bersuara.

"Aku rasa dokter Airy tau. Jika pengobatan Alzheimer ini belum ditemukan. Kita hanya bisa melakukan pencegahan untuk memaksimalkan harapan pasien dengan pemberian obat obatan, penanganan aspek psikologis dengan stimulasi kognitif tadi, agar pasien mampu memulihkan ingatannya dan membantu memperbaiki kemampuan berbicara." Aleya menangis sejadi jadinya.

"Jadi.? Maksud kamu,? Mamaku gak bisa sembuh.?" Aleya angkat suara. Ia tak ingin kembali tenggelam dalam lautan rasa bersalahnya. Cukup Elina yang membayang bayangi hidupunya.

"Penderita Alzheimer umumnya bisa bertahan hidup sekitar 8-10 tahun setelah gejala muncul. Tapi, semua itu kembali kepada sang pencipta. Saya hanya bisa membantu pasien. Karena itu sudah menjadi tanggung jawab saya."

Croire ABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang