UN

86 4 0
                                    

Hiruk pikuk dunia luar langsung meredap begitu jarum jam menunjuk angka 08.00 p.m. KST. Langit yang dari tadi menangis kini sudah reda, digantikan hawa dingin yang cukup menggigit. Di ruang tamu, kini telah berkumpul sekumpulan orang yang tidak berhenti berbicara tentang uang.

"Yah, kaya gak ada pembahasan lain gitu selain bisnis dan uang?"

Celetukan salah satu lelaki di ruangan itu membuat sang Ibunda tersenyum sembari berkata, "Andra bener Yah. Dihentiin dulu pembahasan soal perusahaan. Kita ngumpul gini bukan buat rapat."

Sang Ayah yang masih mengenakan jas kantornya mengangguk pelan sembari meletakkan berkas di atas meja. "Maaf, Ayah kepikiran. Akhir - akhir ini saham menurun."

"1,5% doang kok Yah. Masih bisa diselametin. Ya gak Dra?"

Andra mengangguk. "Bener kata Denta Yah. Masih bisa keurus. Penurunan 1,5% gak bikin perusahaan bangkrut seketika."

Ayah kembali mengangguk. "Ya udah. Sekarang kita cerita kecil - kecil aja, gimana hari kalian sekarang?"

~.~.~.~.~.~.~.~.~

Rumah bernuansa putih dengan interior mayoritas hitam ini baru saja selesai menikmati makan malam mereka. Kini, duduk di ruang keluarga dengan menonton film santai adalah pilihan terbaik menghabiskan waktu bersama.

"Gimana kampusnya hari ini? Baik?"

"Biasa lah Ma... kampus kaya gimana. Ada aja masalah gak jelas."

Sang kakak tertua menoyor pelan kepala adik kandungnya itu. "Kamu ya yang bikin masalah?"

"Bang Lean kalo nuduh tuh gampang banget ngomongnya ya. Aku lagi tenang - tenangnya belajar di perpus, malah ada baku hantam."

"Siapa yang baku hantam?"

"Pacarmu tu."

Satu - satunya anak perempuan disitu cemberut. "Pacar aku yang berantem kenapa sinisnya ke aku?!"

"Heits. Udah udah. Ini jam 8 malam bukan waktunya ribut. Lagian, kalian bertiga ada tugas gak?"

"Pandu gak ada Pa. Bebas merdeka."

Sembari berlari ke kamarnya,Eve berteriak, "Saka tugasnya ketimbun tu Pa!"

"Kak Eve berisik!"

Ya... begitulah. Sekilas kegiatan mereka setiap malam. Terkadang anggota keluarga mereka lengkap, terkadang ada yang kosong. Bisa merasakan, perbedaan atmosfir antara dua keluarga tersebut?

~.~.~.~.~.~.~.~.~

Jika bukan karena ada ujian di kelas hari ini, Denta tidak akan mau bangun sebelum matahari muncul. Dia tidak rela jika pukul setengah 6 pagi, dia sudah rapih dan wangi dengan tas selempang hitam di bahunya.

"Acie..... Rajin banget kak jam segini udah siap berangkat."

Denta menatap sinis adek bungsunya itu. "Makin hari bacot kamu makin bertambah ya Ris."

"Hehe. Ampun."

"Andra mana? Dia yang nyuruh buat siap sebelum jam 6. Awas ae kalo telat bangun. Gu-,"

"Lu mau apa?" Andra menuruni tangga sembari memainkan kunci mobil di tangannya. Tas punggung mininya sudah berisi buku dan kamus teori untuk kelasnya hari ini. "Mau ditoyor? Apa dipenggal sekalian ni pala gue?"

"Kalo serius lu mau, ya sini gue ladenin. Di basement ada golok tu, lumayan masih tajem." Tanpa merasa bersalah, Denta tersenyum jail walau sesaat matanya kembali menatap Andra dengan sinis.

WealthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang