TREIZE

19 1 0
                                    

Hari ini rapat pertama project Kenca akan dilakukan. Dimana Kenca dan Riksa akan rapat bersama, membahas tentang detail lebih rinci tentang project dan apa saja yang harus disiapkan. Dan ya... Denta yang memang sudah berjanji akan mengantar keluarga Riksa, sudah pergi dari rumah sejak pukul 6.30 pagi ketika Ayahnya baru membuka mata. Karena takut Ayah akan berceramah saat rapat, Denta bertitip pesan pada Andra untuk bilang kalau Denta harus pergi lebih pagi karena ada urusan di kampus dahulu, baru menyusul ke kantor.

Andra? Iya iya saja walau sebenarnya Andra ingin jail dengan melapor yang sebenarnya terjadi. Tapi jika ia jujur, bisa – bisa malam ini ia sudah dihajar habis – habisan oleh Denta dan ruangan game diisolasi. Oh.. tidak bisa....

Karena Denta tau Riksa pasti belum siap pukul segini, ia membelokkan mobil dan parkir di kafe 24 jam. Meminum segelas kopi sebelum rapat dimulai memang sangat pas. Walau Denta tidak terlalu suka, setidaknya kopi bisa membuat dirinya sedikit tenang.

"Eh, ketemu sama Mala disini."

Mala yang baru mengambil uang kembalian, sedikit terkejut saat Denta memanggil. Ia langsung membungkukkan tubuhnya. "Selamat pagi Tuan Denta."

"Hei hei... gue cuma temen lu bukan bos lu. Biasa aja kali."

Mala hanya terkekeh. "Habisnya penampilan kamu rapih... Ada rapat ya?'

Denta mengangguk. Dia memesan minuman kopi favoritnya dan menyerahkan uang cash. "Biasalah... rapat gak penting. Yang harusnya hari ini santai karena gue gak ada kelas, eh malah harus rapat. Pengen bobo padahal."

Mala sekali lagi terkekeh. "Andra.. mana Den?"

"Gak bareng gue. Gue ke kantor sendiri, Andra ama yang lain."

"Lho? Kenapa gak bareng aja?"

Denta hanya tersenyum. Senyuman yang tidak bisa Mala tebak apa maksudnya. "Gapapa. Pengen aja berangkat sendiri."

Mala hanya mengangguk. Dia menoleh saat namanya dipanggil dan mengambil pesanan kopinya. "Titip salam buat Andra ya Den."

Denta tersenyum. "Titip salam juga buat Arka."

Mala kembali membungkuk dan pergi ke pintu keluar. Namun saat dia baru memegang pegangan pintu, Denta memanggil namanya lagi, membuat langkahnya terhenti. "Mala."

Kepalanya menoleh ke belakang. "Iya Den?"

"Saran aja ya, terserah mau diikutin atau nggak. Sama – sama gak dapet dosa.

"Kalau mau deketin Andra, atau nyatain perasaan lu ke Andra, bilang dari sekarang."

Mala menelan ludahnya kasar. Darimana Denta tau Mala naksir Andra? "Euh.. kenapa emang?"

Bibir Denta kembali terukir. Senyum simpul yang membuatnya terlihat sangat manis. "3 hari lagi. Diana sama Hisa pulang ke Korsel. Dan gue gak tau, Andra mau jemput atau nggak."

Mendengar nama Diana, entah kenapa membuat emosi Mala meningkat secara tiba - tiba. Ia menutupinya dengan tersenyum dan pergi tanpa berpamitan kembali ke Denta. Yang disenyumi hanya terkekeh pelan. "Cintaku bertepuk sebelah.. tangan~"

Denta tertawa pelan. Tak lama sejak Denta ditinggal sendirian, cangkir transparan berisi cairan warna coklat muda dan krim diatasnya telah berada di tangan Denta. Ia keluar dan masuk ke mobil, bertepatan dengan berderingnya handphone Denta. Ia langsung mengangkat setelah melihat nama yang muncul di layar.

"Ya Eve?"

"Jam setengah 8 ke rumahku ya."

Denta melihat jam tangannya yang baru menunjukkan pukul 7.00. "Sekarang aja kesananya boleh gak?"

WealthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang