Denta mengusap wajahnya yang berkeringat, walau angin sejuk dari AC kamar dan suhu dingin pukul 4.30 pagi menemaninya. Dia baru menyelesaikan tugas yang dosennya berikan tadi, tugas yang baru dikasih pukul 10 malam dan harus dikumpulkan pukul 8 pagi ini.
Itu membuat Denta sudah duduk menghadap meja belajar sejak pulang dari kampus. Alunan musik klasik, angin yang dihembuskan AC, dan detik jam meja-lah yang menemani ia, laptop, dan tumpukan kertas serta buku tebal di kanan kirinya.
Dan kini pukul 5 pagi, akhirnya Denta bisa meregangkan tubuh dan membereskan mejanya, membersihkan dari berbagai kertas dan buku. Laptop ia tutup dan dibiarkan agar baterainya terisi penuh. Ia beranjak dari kursi dan langsung rebahan hingga bunyi bel membatalkan niatnya untuk tidur.
"Sialan." Denta beranjak dari kasur dan turun ke ruang tamu. Siapapun yang berani membunyikan bel pukul 5 pagi dan berhasil menggagalkan rencana Denta untuk tidur, Denta pastikan dia tidak akan selamat.
Tapi niatnya langsung ditarik begitu melihat Ludra yang berdiri depan pintu.
"Bang Ludra?! Kenapa baru pulang jam segini? Terus kenapa berantakan- astaga baunya kecium banget."
Denta langsung menuntun Ludra untuk duduk di sofanya. Ludra tidak mabuk, namun dia terlalu lemah untuk berdiri. Bau alkohol menguar kencang dari mulutnya. Denta langsung mengambil 1 gelas air minum dan memberikannya pada Ludra.
"Minum dulu bang. Segerin dulu tenggorokannya."
Ludra meneguk habis isi gelas dan meletakkannya di atas meja. Ia melepas jam dan menyenderkan punggungnya ke kepala sofa sambil meluruskan kaki. Denta duduk di sebelahnya sambil mengipasi Ludra dengan kipas baterai, mengingat AC ruang tamu belum diperbaiki.
"Kenapa bisa pulang dengan penampilan kaya gini bang?"
Ludra melepas ikatan dasi dan membuka 3 kancing atas kemejanya, menunjukkan bidang dada yang tegap. Matanya terpejam dengan mulut yang berusaha mencari pasokan oksigen.
"Abang baru pulang dari kantor."
"Baru pulang dari kantor atau dari bar?"
Ludra terkekeh sinis dengan mata masih terpejam. "Ketahuan ya."
"Bau abang. Alkohol banget."
"Jangan bilang – bilang Ayah kalau abang ke bar."
"Gapapa kalo ketahuan bang. Tinggal bilang balik, "Ayah juga suka ke bar, minum terus sampe gak sadar bawa pulang cewek baru," bilangin gitu."
"Kamu mau abang dicoret dari KK?"
Denta terkekeh. "Iya iya. Gak akan dibilangin."
Ludra membuka matanya, menerawang atap dengan gantungan lampu yang memancarkan cahaya remang. "Abang baru selesain kerjaan di kantor. Jam 2 tadi, dan gak tau kenapa langsung kepikiran buat mampir ke bar dulu. Jadi.. ya udah. Abang berakhir kaya gini."
Denta mengerutkan kening. Tidak biasanya Ludra menghabiskan waktu di bar sepulang kerja. Biasanya Ludra langsung pulang setelah bekerja. Dia juga tidak sering minum, hanya di acara tertentu atau bersama teman – temannya.
Melihat kondisi Ludra seperti ini, nampaknya Denta menangkap sesuatu.
"Ada masalah apa bang emangnya?"
Ludra merangkak bangun dan menidurkan kepalanya di paha Denta. Kipas di tangan Denta ia arahkan ke dahi Ludra yang masih mengucurkan keringat. Sesekali Denta lap dengan tisu. "Cerita ama Denta. Mumpung yang lain masih tidur."
Ludra masih mengatur nafasnya, dan perlahan nafasnya sudah lebih teratur. Matanya kembali terpejam untuk menghalangi cahaya yang entah kenapa sangat menusuk mata Ludra. "Kerjaan abang banyak banget. Tentang project, tentang saham, harus abang urus semuanya sekaligus. Ada untungnya emang, saham Kenca naik terus. Tapi tetep aja capek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wealth
FanfictionKetika kau menjadikan kekayaan adalah segala dari segalanya, Apakah itu akan menjadi pesawat kertas yang terbang tanpa halangan, Atau menjadi boomerang yang berbalik kepada pemiliknya? Disinilah, kekayaan menjadi bagian hidup mereka. Ketika keluarga...