"Lagian ngapain kamu pake acara ke kantor Kenca segala?"
Sejak pulang les, bibir Pandu mengerucut ke depan karena omelan kakak tirinya. Tak dia duga kalau Eve melihat pertemuan Pandu dan Riska di depan kantor Kenca, dengan menyangkal kebohongan Pandu kalau Eve jelas melihat Pandu yang pertama ada di sana.
"Kak Eve boleh bolak – balik kantor Kenca. Kenapa aku nggak?"
"Kata siapa?" Eve duduk di sofa seberang Pandu. "Kakak ke kantor Kenca gak sering, kalau Denta ada di sana aja. Itu juga gak gampang. Harus minta persetujuan Tuan Hen dulu. Coba kalau gak ada persetujuan atau kakak bukan siapa – siapanya keluarga mereka. Pasti baru sampe parkiran kantor udah ditendang ke jalan."
Pandu menatap sinis Eve. Sebenarnya, Pandu tidak senang dengan hubungan kakaknya itu dengan musuh keluarganya. Hubungan Eve dan Denta sudah berjalan 2 tahun, dan selama 2 tahun itu juga Pandu menyimpan kecurigaan pada Denta. Karena aneh saja baginya. Denta yang bermusuhan dengan keluarganya sejak dulu, malah berpacaran dengan Eve yang termasuk ke jajaran musuh keluarga Kenca. Apa tidak merasa janggal? Kenapa Eve mau saja berpacaran dengan musuh keluarga mereka?
Atau bisa saja itu firasat buruk Pandu saja, karena faktanya semua anggota keluarga Riksa setuju dengan hubungan mereka. Walau dia tidak tahu apakah keluarga Kenca juga setuju, atau malah menceramahi Denta setiap malam untuk menyuruhnya mengakhiri hubungan mereka.
Atau Denta bercerita hal - hal jelek tentang keluarganya, terutama Eve.
"Pasti lagi mikir kenapa bisa kakak mau sama Denta yang notabene musuh kita, iya kan?"
Pandu kembali cemberut, kesal dengan Eve yang kapan saja tahu apa yang Pandu pikirkan. "Lama – lama aku beneran percaya kalau kakak itu cenayang."
Kak Eve memutar malas bola matanya, lalu berdiri dan naik ke lantai 2. "Kalau ada yang pulang, buka pintunya. Tadi kakak kunci. Oh ya, kalau mau makan pesen aja ya. Sekalian buat yang lain. Belum ada yang masak soalnya. Oke?"
Pandu hanya mengangguk. Perlahan sosok Eve hilang dan suara pintu ditutup terdengar. Pandu menghela nafasnya pelan. Ia mengeluarkan buku dan alat tulis serta laptop dari tasnya, lalu mengerjakan tugas sembari menunggu kehadiran orangtua dan abangnya yang belum kunjung pulang.
~.~.~.~.~.~.~.~.~
Saat ini pukul 12 tengah malam, saat 2 mobil berbeda warna masuk ke garasi. Pintu garasi tertutup perlahan tanpa menimbulkan bunyi, begitu juga saat pintu mobil dibuka. Denta keluar sambil menggendong tasnya, menutup pintu mobil dan menyalakan alarm otomatis. Andra melakukan hal yang sama, berjalan menuju pintu garasi dan masuk ke ruang tamu. Lampu di ruangan sudah dimatikan, menyisakan lampu dapur yang menyala remang.
Sebenarnya jam kuliah mereka selesai pukul 10 malam tadi. Tapi karena 2 orang ini adalah tipe mahasiswa yang malas langsung pulang setelah ngampus, berakhirlah mereka ke cafe bar dengan teman mereka yang lain. Hanya meneguk 1 botol alkohol untuk menghindari pulang mabuk dan mengundang banyak pertanyaan dari yang lain.
Denta dan Andra langsung menuju dapur, meneguk 1 kaleng minuman penyegar dan beberapa gelas air bening guna mengurangi bau alkohol yang menguar dari mulut mereka. Setelahnya mereka mencuci gelas dan meletakannya kembali di lemari kaca.
"Den."
Denta yang sudah siap meninggalkan dapur, menoleh ke Andra yang masih bersender santai di kulkas. "Paan?"
"Lu serius, dengan ucapan lu di perpus tadi?"
"Terus buat apa gue minta kalau gue gak serius?"
Sebelum Andra mengucapkan lebih banyak kata, Denta lebih dulu pergi dan naik ke lantai tempat kamarnya berada. Andra menghela nafasnya pelan, merasa bahwa kembarannya ini memang kekurangan kewarasan.
"Calon mertua lu padahal Den Den. Gak jadi dapet restu jangan nangis – nangis ke gue ntar."
Andra masuk ke ruangan khusus game play dan mengunci pintunya. Dia meletakkan jaket dan tas di atas sofa hitam, duduk meluruskan kakinya di sofa yang lebih panjang. Matanya terasa berat, tapi entah kenapa enggan rasanya tidur walau sudah pukul setengah 1 pagi. Ia akhirnya memutuskan untuk memainkan playstation tanpa memperdulikan jam berapa matanya menyerah ingin terpejam.
Sedangkan tanpa Andra sadari, kalau Ayahnya baru pulang dengan keadaan mabuk dan dituntun Ibunda. Lucy mendudukan Hen di sofa sembari membantunya melepas jas yang ia kenakan.
Siapa yang menyadari kedatangannya? Hanya Denta yang menatapnya sinis dari lantai 2, menatap Ayahnya yang asyik bercumbu dengan Ibundanya di atas sofa. Walau tak terdengar jelas, namun sesekali Denta mendengar suara desahan yang keluar dari mulut Bundanya.
"Cih. Presiden tinggi yang terhormat tapi gak kenal tempat buat bercumbu. Untung Bunda yang dicumbu, bukan cewek lain. Kalo sampe cewek lain... Anjir. Bisa – bisa gue punya ibu ketiga."
Denta menggeleng kuat, lalu berjalan pergi mengabaikan kejadian yang sedang terjadi di lantai bawah. Ia masuk ke kamarnya dan duduk di depan laptopnya. Denta menatap flashdisk biru kecil yang Andra berikan tadi.
Kepalanya kembali menggeleng. "Dah malem. Bukan waktu yang tepat untuk bongkar – bongkar rahasia orang."
Denta berjalan ke kasur, walau tak ada semenit ia kembali ke kursinya dan menyalakan laptop. Memasukkan flashdisk ke lubang kecil disamping laptop. Disitulah ia melihat, 1 folder dengan 2 kalimat berhuruf kapital. "KELUARGA RIKSA".
"Jadi.... rahasia apa yang kalian sembunyikan dari kami wahai calon besan?"
Sebelum membuka folder yang ternyata dikunci itu, Denta membuka browser dan mencari dengan kata kunci "Riksa". Tak butuh semenit, seluruh pencarian dengan kata Riksa keluar. Artikel – artikel bermunculan, yang terbaru mengenai saham Riksa yang stabil dan tidak mengalami penurunan selama 7 bulan terakhir.
"Ini pasti karena otak si Saka. Bisa juga dia mengatur saham keluarganya."
Ia membuka MS Word, menjadikan browser, MS Word, dan folder tadi menyatu dalam 1 layar. Dan sejak pukul 1 pagi itu, Denta membongkar password folder dan mencari tahu semua informasi dari keluarga Riksa. Menyimpannya di MS Word yang ia kunci dengan password buatannya sendiri.
Untuk apa? Denta sudah bilang alasannya pada Andra dan kalian.
Next?
Maafkan aku menjadikan Denta a.k.a Renjun jadi 'agak' jahat disini
Aslinya enggak kok. Renjun anak baik yang sopan manis dan tampan. Luv luv cowok idaman pokoknya T3TTuh kan manis gitu T.T Gak pantes jadi jahat sih. Gak pantes dijahatin juga ya guys. Sayangi, cintai, dan dukung Renjun kesayangan czennie ini 💚💚
Dan kembali maafkan diriku yang bikin ceritanya dikit. Ide belum berkunjung ke otak T.T
KAMU SEDANG MEMBACA
Wealth
FanfictionKetika kau menjadikan kekayaan adalah segala dari segalanya, Apakah itu akan menjadi pesawat kertas yang terbang tanpa halangan, Atau menjadi boomerang yang berbalik kepada pemiliknya? Disinilah, kekayaan menjadi bagian hidup mereka. Ketika keluarga...