HUIT

21 2 0
                                    

Suasana rapat berjalan seperti rencana. Keluarga Kenca, terutama Tuan Hen memimpin dengan baik. Mereka membahas terlebih dahulu project apa yang akan mereka buat, lalu mempersilahkan beberapa pihak bertanya.

Beda dengan orang lain yang fokus memperhatikan pembahasan, Eve malah fokus kepada pacarnya yang duduk tenang di depan sembari sesekali ikut berbicara. Eve tidak tahu sejak kapan Denta memakai jas ungu –saat tadi dia datang dengan jas hitam, namun kesan elegan dan martabat Denta terpancar keluar.

 Eve tidak tahu sejak kapan Denta memakai jas ungu –saat tadi dia datang dengan jas hitam, namun kesan elegan dan martabat Denta terpancar keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak."

Eve menengok Pandu yang memanggilnya sambil tersenyum. Kerutan di kening Eve terbentuk. "Apa?"

"Jangan diliatin terus. Keciduk mampus lho."

Eve memutar malas bola matanya. "Pacar kakak ini yang nyiduk."

"Bukan Bang Denta maksudnya yang liatin balik." Pandu kembali menatap ke arah depan, memperhatikan Tuan Hen yang sedang menjawab pertanyaan. "Tapi orang lain yang ngeliat kakak ngeliatin Bang Denta."

"Kenapa emang?"

"Gak takut jadi bahan gosip kak? Anak Riksa memperhatikan secara lekat anak Kenca si musuhnya yang ternyata pacarnya sendiri."

Eve mencubit pelan paha Pandu membuat suara teriakan pelan keluar dari mulutnya. Bibir Pandu langsung mengerucut ke depan. "Mau orang lain gosipin tentang kakak, tentang hubungan kakak, atau bahkan kebiasaan jelek kakak, aku gak perduli. Diriku yang lakuin kenapa orang lain yang ribet?

"Udah tahu kerjaan mereka ngomentarin, gosipin, hujatin hidup kita. Kerjaan yang gak guna kan? Masih aja dipikirin. Padahal kamu sendiri yang bilang gak usah pikirin yang gak penting."

Pandu mengelus pahanya yang dicubit tadi. "Iya deh iya. Kapan Pandu menang dari kakak."

Eve tersenyum menang, kembali fokus memperhatikan ke arah panggung –lebih tepatnya ke arah Denta.

"Sekian sesi tanya-jawab kami tutup. Dan kami juga sudah berunding tentang siapa yang akan kami ajak untuk bekerja sama membuat project terbaru kami."

Saka tidak pandai membaca arti gerakan manusia. Namun melihat mata Denta, Andra, dan Riksa yang bergerak secara tiba – tiba, membuat Saka bisa mengambil kesimpulan dari apa yang ia lihat.

Keluarga Kenca tidak membahas ini secara bersama sebelumnya.

Andra mengangkat microphone yang tergeletak di depannya, mendekatkan ke mulutnya. "Untuk sebelumnya, kami meminta waktu untuk berbincang sebentar mengenai pilihan ini. Beri kami waktu 5 menit, dan kami akan kembali."

Andra meletakkan kembali microphonenya di meja dan menyuruh Tuan Hen juga Nyonya Lucy ke belakang panggung. Ludra, Denta, dan Riska mengikuti, walau tidak tahu apa yang ada di pikiran Andra.

Saka berbisik kepada Lean. "Mereka gak bahas ini bersama."

Lean menengok. "Maksud?"

"Gerakan mata Denta, Andra, dan Riska yang mendadak mengisyaratkan tanda bahwa mereka terkejut. Mereka gak tahu tentang siapa pilihan yang akan diajak kerja sama. Tuan Hen bahas hal tersebut tanpa mereka bertiga."

WealthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang