Part 18

882 68 1
                                    

Jangan lupa vote and comment nya, karna itu sangat berarti bagi author:)
Plissss saya butuh kritik dan saran dari kalian semua, dan pliisss jangan jadi silent readers:(

Part ini mengandung kata-kata kasar, sebaiknya yang dibawah umur jangan membaca.

Happy 3k views>_<
Makasih semuanya:)

Happy reading

"Awas BENCI bisa jadi CINTA!!"

@AngkasArra

"Berawal dari Permusuhan timbulnya sebuah Perasaan"

@Alif Akbar Dirgantara


Sesuai apa yang dikatakannya digrup yang berisikan mereka bertiga, Samuel pun bergegas untuk pergi kerumah Akbar.

Samuel yang tidak sengaja melihat anak tetangga yang merupakan musuhnya itu tengah menyiram tanaman, muncul sebuah ide jahil dikepalanya untuk mengerjainya, anak tetangganya itu adalah gadis yang selalu bermushan dengannya baik disekolah maupun diluar sekolah. Siapa lagi kalo bukan Jingga Humaira?

Samuel pun lantas menghampiri Jingga.

"Woee!! Bisa nyiram tanaman juga lo" kata Samuel sedikit berteriak.

Jingga yang mendengar itupun refleks melihat ke arah Samuel.

"Lo kira gue apaan hah?! Gue juga bisa kali nyiram tanaman," ucap Jingga tak terima.

"Gue kira orang tomboy kek lo itu gak bisa ngapa-ngapain!!"

"Apa lo bilang? Bukannya lo ya, yang gak bisa ngapa-ngapain? Bisanya cuman gangguin orang doang." ujar Jingga tak terima

"Sekate-kate lu! Gini-gini ya gue jago masak, ngepel, nyapu, nyuci, dan beresin kamar gue sendiri." jawab Samuel membenarkan dirinya sendiri. Wait wait, kenapa Samuel udah kayak Akbar ya? Hmm

"Apa-apa? Gue gak salah dengar? Tante Asma aja sering cerita ke Bunda gue, kalo lo itu malasnya minta ampun."

Mama ngapain sih cerita-cerita- Batin Samuel

Asma adalah ibu dari Sameul, apa yang dikatakan Jingga tadi sangatlah benar, bahwa Asma sering menceritakan semua kelakuan anak laki-laki nya itu. Keluarga Asma memang terbilang sangat dekat dengan keluarganya Jingga ya mungkin karna mereka bertetangga. Asma dan Mama nya Jingga hampir setiap hari menceritakan kelakuan kedua anak mereka, Asma dan Mamanya Jingga terlihat sangat begitu akrab, tapi tidak dengan kedua anak mereka yang setiap bertemu selalu saja bertengkar.

"Kenapa lo diem? Benerkan apa yang gue bilang barusan? Gak usah bohong deh lo,"

"Dasar kutu badak!" ejek Samuel mengalihkan pembucaraan.

"Dasar buaya darat!"

"Dasar gila!"

"Lo yang gila!"

"Lo!!"

"Lo!!"

"Lo!!"

AngkasArraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang