BL, Daiharu, yaoi, omegaverse, alpha!Daisuke, Omega!Haru. Mpreg.
Karakter fanfiksi ini milik Yusataka Tsuitsui dan Cloverworks. Sementara fanfiksi murni milik saya.Warning : mature content.
"Sayonalaaa, sensei!" Sekumpulan bocah yang usianya berada diantara empat sampai lima tahun melambaikan tangan pada sosok berambu abu-abu yang tersenyum cerah pada mereka.
"Sampai bertemu lagi!" Ia turut melambaikan tangan, mengantarkan anak didiknya keluar dari ruang belajar bercat warna yang disukai anak-anak kecil. Tatapannya melembut melihat tangan kecil mereka mengenggam hangat tangan orangtuanya, sesekali terdengar celotehan berisik mereka tentang sekolah hari ini.
Bangunan sederhana dengan plang 'TK Matahari' mulai sepi, acara belajar mengajar sudah selesai. Beberapa guru yang mengajar disekolah itu mulai kembali kekantor masing-masing setelah memastikan bahwa tidak ada murid dikelas mereka yang masih tinggal.
Haru Kato, usianya tiga puluh tahun dan ia adalah guru favorit di TK Matahari. Peringainya yang ceria dan mudah akrab dengan oranglain membuat para murid memujanya. Haru memasuki kelas bulan, kelas yang diajar olehnya. Ia menemukan seorang bocah bersurai cokelat yang tengah memainkan mobil-mobilan yang memang disediakan oleh pihak sekolah.
"Nobu-chan belum pulang?" Haru mendekati Nobu, mengelus rambut bocah berusia lima tahun itu. Nobu mendongak, ia tersenyum riang pada Haru.
"Mama jemput sebentar lagi!" Jawab Nobu, kembali asik dengan mobil-mobilannya.
"Benarkah?" Haru melirik jam dinding berbentuk kepala beruang, sudah hampir jam lima dan mungkin sebentar lagi ibu Nobu akan menjemput. TK Matahari memang agak berbeda dengan TK kebanyakan yang memulai jam pembelajaran dipagi hari dan selesai dua sampai tiga jam kemudian, TK Matahari akan memulai pembelajaran dari pagi dan akan selesai sore hari. TK merangkap tempat penitipan anak. "Nobu, sebentar lagi mama Nobu jemput loh. Mau bantu sensei bereskan ini? Nanti sensei kasih cokelat bintang! Tapi ini rahasia Nobu dan sensei ya?"
"Benarkah?" Mobil-mobilan lepas dari genggaman tangan, Nobu memandang Haru dengan mata berbinar senang. Ia memamerkan cengiran bahagia, hingga dua giginya yang tanggal tampak lucu dimata Haru.
Haru mengangguk. "Benar! Jadi ayo bersih-bersih!"
"Siap! My Lord!" Haru tergelak mendengar ucapan Nobu, sejak kapan bocah itu mengetahui bahasa semacam itu?
Nobu membantu Haru membereskan mainan-mainan yang berserakan, sesekali anak itu menyanyikan lagu anak-anak yang diajarkan oleh Haru tadi. Haru akan membenarkan beberapa lirik yang salah. Dalam waktu singkat, pekerjaan ringan itu selesai. Haru bertepuk tangan dan memuji Nobu sebagai anak yang pintar.
"Cokelat berbentuk bintang untuk Nobu!" Haru menyerahkan sebuah permen berbentuk bintang pada Nobu dan diterima dengan senang hati.
"Ini sensei yang buat?" Tanya Nobu. Haru mengangguk kecil. "Enak!"
"Terima kasih!"
Pintu ruang kelas diketuk, Haru dan Nobu menoleh. Setelah melihat siapa yang ada didepan pintu Nobu berlari gembira menuju mamanya.
"Mama!"
"Nobu-chan, maaf mama sedikit terlambat." Pria berambut cokelat identik dengan Nobu membungkuk, mensejajarkan tingginya dengan Nobu. Ia mengacak rambut anaknya itu, senyum bahagia menghias wajah si pria. "Ah sensei, terima kasih sudah menjaga Nobu!"
"Sama-sama, itu sudah tugas saya." Ucap Haru.
"Kalau begitu saya permisi, Nobu katakan apa pada sensei?" Sang pria menggandeng tangan mungil Nobu.
"Sayonara, sensei!" Nobu melambaikan tangan, ia dan mamanya mulai meninggalkan TK Matahari. Senyum yang sejak tadi melukis wajah Haru sirna.
.
.
Haru tergelak menonton adegan komedi yang ditayangkan tengah malam, sesekali mulutnya dengan ribut mengunyah snack yang dibelinya sepulang dari TK tadi. Haru tersedak karena makan sembari tertawa, ia meraih minuman soda diatas meja kecil. Namun tangannya tidak sengaja menyenggol botol obat yang langsung jatuh dan isinya berhamburan diatas lantai."Ah dasar!" Haru menggeram kesal, ia memunguti obat-obatan itu dan memasukkannya kembali kedalam botol. Setelah selesai, Haru bisa lega meminum sodanya.
Sebenarnya Haru benar-benar membenci kenyataan bahwa ia terlahir sebagai omega. Kasta paling rendah didunia ini, dimana ia harus selalu bersembunyi dan hidup dalam rasa takut akan diserang oleh orang-orang yang berada dikasta yang lebih tinggi darinya. Bahkan pada kenyataannya seorang omega akan dikucilkan, mereka akan sulit mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Omega dicap takdirnya hanya sebagai seorang ibu rumah tangga atau bekerja untuk hal-hal sederhana. Atas dasar-dasar itulah, Haru benar-benar benci kenapa dirinya sebagai omega? Jika ia adalah alpha atau pasti sangat keren! Dia bisa menjadi apapun yang ia mau. Hidup sebagai omega, tidak pernah menguntungkan untuknya!
"Haru-nii!" Sekelebat warna pink melompat menerjangnya, Haru terjungkal dan kepalanya sukses mengantam lantai dengan sangat keras. "Ups."
"Yoko!" Haru membentak adiknya itu, Yoko segera menyingkir dari atas tubuh Haru. Ia tersenyum ganjil dan merasa tak enak. "Sakit tahu!" Haru mengusap belakang kepalanya.
"Ouh, sini kusentuh!" Yoko hendak menyentuh kepala Haru, namun pelototan tajamlah yang diterimanya. "Bagaimana bisa orang segalak kau jadi guru TK?!" Cibir Yoko sebal.
"Berisik!" Haru masih mengusap belakang kepalanya yang mulai berdenyut sakit.
"Temani aku ke kamar mandi! Aku tadi habis menonton film horor dengan ibu dan aku ketakutan sekarang!" Yoko memasang wajah paling memelas didunia ini, gadis berusia dua puluh tahun itu tahu kelemahan Haru adalah pada segala hal yang berbau menggemaskan. Oleh sebab itu, Haru betah sekali menjadi guru TK.
"Makanya kalau takut jangan menonton film horor!" Haru bangkit, meski terus mencibir ia akhirnya tetap mengantar Yoko ke toilet. Tidak sampai hati adiknya itu mengompol saat tidur.
"Iya iya!" Balas Yoko malas.
Haru hanya tinggal bersama ibu dan adiknya, ayahnya? Pergi dari rumah beberapa tahun silam karena sudah bosan dengan keluarganya. Mereka memang bukan keluarga yang berkecukupan, tapi Haru saat itu benar-benar terluka atas perilaku ayahnya. Haru kemudian berjanji bahwa ia tidak akan menikah, ia tidak ingin hidupnya berakhir menjadi tragedi seperti ibunya.
Lagipula apa yang bisa seorang omega lakukan? Membuka selangkangan lebar pada para alpha diluar sana? Haru tidak akan sudi melakukan hal itu, baginya alpha dan beta sama saja. Mereka hanya tahu cara menindas orang yang lemah.
Yoko kembali beberapa saat kemudian, wajahnya tampak lega. Ia mengajak kembali ke ruang tengah, mengingatkan Haru agar tidak tidur terlalu malam. Haru kembali menonton acara komedi, namun kali ini ia tidak bisa tertawa. Mengingat masalalu memang membuat perutnya mual.
TBC
Fufufufufu /guling-guling/Ada yang tertarik, mungkin? /naik turun alis/
KAMU SEDANG MEMBACA
Petal On The Wind [Daisuke x Haru]✔
FanfictionHaru adalah seorang omega dan dia membenci fakta itu. Daisuke adalah seorang alpha yang senang mempermainkan oranglain. Mereka bertolak belakang, namun bagaimana jika sebuah pernikahan harus mengikat mereka untuk tetap bersama? Nb : Yaoi, bxb, Daisu...