"Orang jahat ada dimana-mana, jadi jangan mudah percaya."
-Eveline Madavi Shaquille-
.
.
."Begin your mission. And don't get caught. If this mission is successful I will give a bigger bonus than before. "
Setelah ia menelfon seseorang itu ia pun langsung beranjak dari tempatnya. Namun, ada sesuatu yang tidak bisa membuatnya bergerak lebih jauh dari tempatnya.
"Stop or you will be harmed." Ucap seseorang yang kini tengah mengalungkan tangannya dileher Evelin dengan pisau yang ia pegang kuat ditangannya.
"Who are you ? and what do you want?" Ucap Evelin dengan tubuh yang bergetar hebat.
"Nyawa Melka."
Mendengar itu Evelin semakin ketakutan, ia tidak ingin kehilangan Melka. Apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia hanya bisa meminta semoga Tuhan mengirimkan malaikat untuk membantunya.
Bughh...
"Anj*ng, kenapa lo selalu gangguin Melka."
Evelin yang melihat itu pun langsung lari kebelakang tubuh seseorang itu.
"Bukan urusan lo." Ucap sang peneror kemudian memberikan pukulan pada rahang seseorang itu.
Bughhh bughhh...
Seseorang itu kini tersungkur di tanah, sang peneror pun langsung tersenyum remeh kemudian mendekati Eveline.
"don't advance. go or you will be in trouble." Ucap Evelin sambil berjalan mundur.
"Hahaha. Don't be afraid. You will be fine."
Bughh...
Sang peneror kini tersungkur karena punggungnya dipukul dengan balok kayu. Eveline kemudian tangannya ditarik oleh seseorang meninggal peneror itu.
"Arghhhhhhhhhhh. Awas lo bocah."
***
Melka kini duduk di sofa apartemen Eveline. Ia melihat betapa Eveline sangat menyukai kerapian. Ia melihat beberapa foto disana, ia melihat foto saat Eveline kecil dan juga foto Eveline bersama kakaknya.
Melka tersenyum melihat fakta bahwa Eveline masih menyukai kakaknya. Namun disisi lain ia takut jika kakaknya yang memiliki pengganti Eveline.
Kringgggggg...kringggg..
Telepon yang ada di apartemen berbunyi, Melka pun bingung harus apa. Namun, ia memberanikan diri untuk mengangkatnya siapa tahu itu Eveline.
"Hal-"
"Eveline Madavi Shaquille. The name will be written on the coffin. Get ready Melka. Hahahaha." Ucap sang penelpon.
Tut
Tubuh Melka kini bergetar hebat, gagang telepon yang awalnya ia pegang terjatuh dari genggamannya. Tubuhnya ambruk ke lantai, air mata turun dengan deras dan nafasnya kini tak beraturan.
"Arghhhhhhhhhh. Kenapa, kenapa ini harus terjadi kepadaku. Tuhan, aku mohon hentikanlah. Kenapa dia harus melibatkan orang yang aku sayang kenapa. Jika dia ingin nyawaku ambil nyawaku bukan orang-orang yang aku sayang. Hiksss." Ucap Melka dengan keadaan yang semakin kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELKA
Teen FictionHidupnya penuh ketersediaan, tak ada kekurangan sedikitpun. Keluarganya lengkap dan harmonis tanpa ada celah sedikitpun untuk dapat dihancurkan. Memiliki banyak orang yang tulus sayang dengannya. Namun, dibalik kesempurnaan pastilah ada kekurangan...