Pak Asta : "Papa belum selesai ngomong!! Budi, Ega! Pegang mereka! Jangan biarin mereka masuk kamar!"
Ayah mereka menyuruh ajudannya untuk memegangi Kania dan Angkasa supaya tidak masuk ke kamar.
Angkasa : "Lepas!!!!!" (matanya mulai bercucur air mata).
Pak Asta : "Papa dateng ke sini tadinya punya niat baik buat ngasih kalian uang tambahan buat biaya hidup, tapi karena perlakuan kalian sama orang tua gak ada sopan santunnya, papa bakal kurangin uang jajan kalian perbulannya! Kalian harus belajar etika sopan santun!"
Bu Elsya : "Jangan gitu, pa, mereka anak kita, apa papa tega!?"
Pak Asta : "Kalo mama masih mau tinggal sama papa diem! Papa yang lebih tau gimana harus memperlakukan dua anak pembangkang ini! Ternyata memang bener, kalo anak laki-laki akan selalu jadi pembangkang, udah jadi pembangkang kemudian dia menghasut saudarinya supaya jadi pembangkang juga!"
Kania : "Kalo gitu, aku yakin juga, kalo papa dulu suka ngebangkang sama Oma!"
Pak Asta : "Diem kamu anak sial! Papa beda dari kalian!" (Menampar Kania).
Kania : "Tampar aku lagi, pa! Tampar! Argumen papa itu gak berdasar! Kenapa sih papa harus percaya kepercayaan kuno kaya gitu? Gak make sense, pa!"
Pak Asta : "Kamu baru umur segini tau apa, ha!? Jangan suka ngelawan orang tua! Orang tua lebih tau tentang semuanya!"
Angkasa : "Hahaha! Bisa-bisanya aing lahir dari orang tua kaya gini, yang satu berpikiran kuno, yang satu gak berdaya karena harta! Dua-duanya sama-sama bego..." (Tersenyum kecut).
Pak Asta : (Memukul pipi Angkasa). "Ngomong sekali lagi! Ngomong! Punya anak gak ada sopan santunnya sama sekali! Jangan bikin papa nyesel punya anak kaya kamu ya!"
Angkasa : (Mengusap pipinya). "Kalian itu... Hhh... Sama-sama bego!"Ayahnya mulai meluncurkan kepalan tangannya menuju pipi Angkasa, tapi ibunya berusaha menepisnya.
Bu Elsya : "Udah, pa! Dia itu anak kita! Kasian, pa!
Pak Asta : "Apa sih, ma? Anak kaya gini itu harus dikasih pelajaran! Udah deh mama diem aja! Kalo mama masih protes juga papa gak akan mau lagi tinggal sama mama!"
Angkasa : "Hhh... Udah dramanya? Kapan kalian pergi, tangan Sa pegel nih... Hhh... Buang-buang waktu Sa aja..."
Pak Asta : "Sekali lagi kamu ngomong, papa pukul lagi kamu ya!"
Kania : "Papa... Pulang pa... Papa gak puas liat Angkasa kaya gitu? Mau papa apa sih? Mama juga... Sok-sokan acting peduli, mama cuma keliatan kaya anak ayam yang ngumpet di belakang induknya, ma..."
Pak Asta : "Punya anak gak ada sopan-sopannya! Anak-anak sial! Budi, Ega! Lepasin mereka! Kita pulang! Ayo ma!"
Bu Elsya : "Maafin mama, Angkasa sayang... Kania sayang..." (Mengusap pipi Angkasa dan Kania).
Angkasa : "Pergi! Ucapan mama cuma ucapan kebohongan, Sa gak akan pernah percaya... Hhh..." (Menghela napasnya).
Kania : "Satu yang perlu mama inget, kalo mama sayang sama Nia, kalo mama sayang sama Sa, mama gak akan bersembunyi terus dibalik papa... Cuma karena harta, mama sampai ngerelain kita terlantar tanpa orang tua, itu artinya apa? Mama gak pernah sayang sama kita, mama cuma peduli tentang uang, tentang harta, dan barang belanjaan mama yang mewah-mewah itu, seandainya kita memang beban buat mama, ngapain mama masih belain kita di depan papa, mama itu munafik, ma... Gak habis pikir, Nia bisa lahir dari orang kaya mama dan papa."
Bu Elsya : "Kurang ajar kamu Kania! (Menampar Kania).
Angkasa : "Mama yang kurang ajar!!!! Hhh... Hhh..." (Rautnya begitu marah).__________ミBersambungミ___________
KAMU SEDANG MEMBACA
Loneliness
RomanceAngkasa, seorang remaja berparas tampan yang selalu dingin, dan pendiam.Tatapannya tajam, dan tegas. Banyak yang mendekatinya tapi ia tetap merasa sendirian, ia mencari seseorang yang dapat mencairkan sifat bekunya supaya ia bisa menjadi perasa lagi...