Bagian 13 (Pendekatan)

36 0 0
                                    

Kania : "Jail ya!! Dasar, liat aja nanti pas pulang! Hahaha!"
Angkasa : "Dadah kakak! I love you! Hahaha!" (Tertawa sambil berlari).
Kania : "I love you too!" (Tertawa kecil).

Angkasa segera melajukan motornya dan menuju ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, seperti biasanya ia berpapasan dengan Mega, sahabatnya.

Mega : "Pagi, broo!"
Angkasa : "Pagi, Mega!" (Merangkulnya dengan penuh semangat).
Mega : "Manéh kenapa? Gak biasanya semangat banget kaya gini, ini kaya bukan manéh, Sa!" (Rautnya begitu penasaran).
Angkasa : "Gapapa, ga... Aing cuma lagi sedikit seneng aja... Yuk ah langsung ke kelas!"
Mega : "Iyaa lah, temen aing yang selalu penuh dengan misteri... (Mengangkat alisnya).
Angkasa : "Hahaha! Dasar!"
Mega : "Eh! Bentar, Sa... Pipi manéh kenapa? Manéh abis berantem sama siapa?"
Angkasa : "Gak apa-apa, ga! Udahlah ayo ke kelas! (Berlari).
Mega : "Elah, bentar napa, Sa!!"
Angkasa : "Manéh telat, aing gak tanggung jawab! Hahaha!"

Mereka segera ke kelas, seperti biasa mereka menaruh tas dan duduk di bangku mereka, Renjana selalu iri dengan Angkasa, ia mengerjai Angkasa dengan menempelkan kertas di meja Angkasa,

Mega : "Apa nih, Sa? Bentar aing baca... 'pagi pangeran beku, perebut cewe orang, pemancing cewe-cewe, gak tau aja, disini banyak cowo yang merasa terintimidasi sama manéh, cepet sadar ya, keberadaan manéh ganggu banget buat kita-kita', Sa...."
Angkasa : "Apa, ga?"
Mega : "Ni anak harus dikasih pelajaran, Sa! Makin hari dia makin ngelunjak sama manéh!"
Angkasa : "Mega, udahlah... Kalo kita ladenin nanti Renjana malah tambah seneng, udah abaikan aja, selama belum nyerang fisik, itu gak akan ganggu aing, sedikit pun... Aing tau manéh pengen ngebela aing, tapi aing gak apa-apa, ga... Tenang aja!" (Tersenyum sambil menepuk pundak Mega).
Mega : "Heran banget aing, Sa... Manéh bisa sesabar itu ngadepin manusia kaya Renjana... Kalo aing jadi manéh, udah aing giles tuh, si Renjana! Kampret banget kelakuannya!"

Angkasa membuka tasnya, mengeluarkan kotak makan dan membukanya, ia mengambil sepotong roti isinya lalu memasukannya ke mulut Mega yang sedang kesal.

Angkasa : "Santai, ga... Nih makan dulu... Hahaha! Manéh kayanya kurang sarapan, jadi marah-marah terus"
Mega : "Huft! Dasar manéh! Tapi by the way, ini roti enak juga ya! Hahaha!"
Angkasa : "Pasti lah, buatan kakak aing! Hahaha!"

Beberapa saat kemudian, bel masuk berbunyi, guru masuk ke kelas dan mengajar seperti biasa.

Sepulang sekolah, Angkasa menuju ruang ganti untuk mengganti seragamnya dengan kaus, setelah itu ia menuju lapangan untuk bermain basket sendirian.

Beberapa waktu kemudian ia beristirahat dan minum air sembari duduk di pinggir lapang, dari belakang tiba-tiba,

Irina : "Dorr!!!" (Menepuk pundak Angkasa).
Angkasa : "Eh!! Irina... Bikin Sa kaget aja..."
Irina : "Kamu abis main basket?"
Angkasa : "Iyaa, Na... Sa gak ada kerjaan, jadi Sa latihan sendiri tadi..."
Irina : "Rajin ya kamu! Pantes banyak yang suka..."
Angkasa : "Sini, Na... Duduk sebelah Sa..."
Irina : "Iyaa, Sa..." (Duduk di sebelah Angkasa).
Angkasa : "Panas gak?"
Irina : "Engga, kok... Eh!! Sa... Pipi kamu memar! kamu kenapa!?
Angkasa : "Hmm... Kemarin papa sama mama dateng, na... Papa mukul Sa... (Wajahnya murung).
Irina : "Maaf yaa... Aku selalu pengen tau tentang masalah orang lain, aku terlalu lancang..."
Angkasa : "Hahaha, gak apa-apa kok, na... lagian kan kita udah jadi temen... Kamu mau minum?" (Menyodorkan botol air).
Irina : "Hmm... B-bekas mulut kamu...?" (Wajahnya merah).
Angkasa : "Hahahaha! Yaa ngga lah, Sa bawa beberapa air minum, supaya gak dehidrasi, tapi kebanyakan... Nih buat Irina aja..."
Irina : "Makasih, Sa... Tau aja kamu, aku lagi haus... Hihi!" (Tertawa kecil).
Angkasa : "Langitnya, kalo diliat dari sini bagus banget yaa?" (Tersenyum manis sambil menatap langit).
Irina : "Iyaa... Indah banget... Kaya kamu..."
Angkasa : "Kaya, Sa? Maksudnya Sa ganteng?" (Menahan tawa).
Irina : "Kamu kan udah tau... Kenapa bikin aku skakmat terus sih!!! Ahh! Aku jadi malu..." (Menutup wajahnya).
Angkasa : "Hahaha! Irina juga cantik kok..." (Membuka tangan Irina yang menutupi wajahnya, kemudian tersenyum).
Irina : "Kamu... Bilang aku cantik?" (Wajahnya memerah).
Angkasa : "Iyaa, Irina... Kamu itu cantik..." (Memegang rambut Irina).
Irina : "M-makasih, Sa...."
Angkasa : "Hahahaha! Kalo Irina blush gitu lucu yaa... Pipinya merah, kaya kepiting rebus!"
Irina : "Uhh... Aku jadi malu..." (Pipinya begitu merah).
Angkasa : "Gak usah malu-malu gitu, kita kan udah temenan, na..." (Tersenyum sembari kembali menatap langit).
Irina : "Sa..."
Angkasa : "Iyaa? Kenapa, na?"
Irina : "Tentang... Kamu tanya, apa aku mau jadi pacar kamu... Aku pikir, aku udah punya jawabannya..."
Angkasa : "Oh iyaa? Jawaban kamu apa?" (Tersenyum manis).

__________ミBersambungミ___________

LonelinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang