Guru pun datang ke kelas mereka, lalu kegiatan belajar mengajar berlangsung seperti biasanya sampai selesai.
Setelah pulang sekolah, Angkasa segera ke kantin dengan semangat untuk bertemu kekasihnya.
Irina : "Angkasa!!! Aku di sini!!"
Angkasa : "Okee! Sa kesana!" (Menghampirinya lalu duduk).
Irina : "Gimana tadi di kelas?"
Angkasa : "Gak beda jauh kaya biasanya kok, Na... Paling tadi Mega ditegur aja sama Bu Tati, soalnya ketiduran pas jam pelajaran matematika! Hahaha!"
Irina : "Ya ampun!! Ada-ada aja ya dia! Hahaha! Mungkin dia cape kali, kan akhir-akhir ini OSIS lagi sering rapat buat acara KOMPRES..."
Angkasa : "Ohh gitu? Sa gak tau sih... Sa jarang tanya dia tentang kegiatan OSIS, dan dia juga jarang cerita sih..."
Irina : "Padahal kamu temen sebangkunya... Kamu secuek itu yaa sama lingkungan sekitar?"
Angkasa : "Sa gak tau, Na... Sa bingung gimana harus bersikap... Waktu kecil Sa gak pernah punya temen... Sa lebih sering sendirian... Sa pernah berpikiran, kalo punya temen itu gak ada gunanya... Buat apa... Karena gak mengobati kesepian Sa juga... Tapi semenjak SMA, Sa nyoba buat ngerubah pola hidup Sa... Dengan terbuka sama temen-temen baru... Sa bersyukur punya sahabat yang bener-bener baik kaya Mega... Dia bikin Sa yakin kalo Sa perlu punya temen... Dia juga orang yang bela Sa setiap Sa diganggu sama Renjana..."
Irina : "Hmm... Gitu ternyata... Aku sekarang ngerti... Dan aku gak akan biarin kamu ngerasain sendiri lagi..."
Angkasa : "Makasih yaa, Na..."
Irina : "Sama-sama, sayang!" (Tersenyum manis).
Angkasa : "Ohh Iyaa... Sa lagi cari-cari buku, Nana suka buku apa? Kapan-kapan kalo Sa ke toko buku, Sa mau beliin buku..."
Irina : "Aku gak terlalu suka buku, Sa..."
Angkasa : "Terus Nana kesukaannya apa?"
Irina : "Kamu mau tau kesukaan aku apa?" (Tersenyum).
Angkasa : "Mau dong! Rasanya gak lucu aja kalo kita gak tau apa barang kesukaan pacar kita, kan?" (Rautnya penasaran).
Irina : "Kesukaan aku itu ini! (Menyunggingkan senyum Angkasa dengan tangannya).
Angkasa : "Nana suka senyum Sa? Kaya gini?" (Melebarkan senyumnya).
Irina : "I-iyaa aku suka! (Pipinya sangat merah).
Angkasa : "Makasih ya, sayang..." (Tersenyum sambil memejamkan mata).
Irina : "K-kamu bisa panggil aku sayang juga?"
Angkasa : "Yaa bisa dong, Na... Sa juga kan manusia! Hahaha!"
Irina : "Aku seneng deh liat kamu banyak ketawa gini... Manis... Hihi!" (Tertawa kecil).
Angkasa : "Apalagi Sa... Sa seneng banget liat Nana ketawa kaya gini... Cantik banget... Rasanya Sa pengen liat setiap waktu..."
Irina : "Ah lebay kamu!!! Kamu cuma mau bikin aku seneng aja kan?"
Angkasa : "Apa senyum ini keliatan kaya bohong?" (Tersenyum).
Irina : "Engga sih... Yaudah deh aku percaya!! Hihi!! Ohh Iyaa, Sa... Kalo kamu mau pulang, aku boleh ikut ke rumah kamu gak?"
Angkasa : "Boleh dong! Nanti Sa kenalin Nana ke kak Kania... Kalian bisa jadi partner buat gibahin Sa... Hahaha!"
Irina : "Wahh! Asik dong!! Aku mau tanya-tanya lebih banyak tentang kamu sama kak Kania!!"
Angkasa : "Yaudah! Langsung aja yuk! Nana tanyain deh apapun tentang Sa sama kak Kania... Dia tau semuanya!" (Menarik tangan Irina menuju parkiran motor).
Irina : "Ayoo!!!"Mereka pun mengenakan helm dan segera menuju rumah Angkasa.
Sesampainya disana,
Angkasa : "kak! Angkasa pulang!"
Kania : "Eh udah pulang? Cepet amat, belum terlalu sore juga nih..."
Angkasa : "Ini, kak... Ada yang mau kenalan sama kakak..."
Kania : "Haloo, cantik! Kamu pasti Irina, kan? Selamat datang di rumah kami!! Kenalin aku Kania Putri Satyana, kakaknya Angkasa! Panggil aja Kania, yaa!"
Irina : "Iyaa, kak... Aku Irina Raisa Direja... Panggil aja Irina ya, kak! Makasih sambutannya!" (Rautnya ceria).
Kania : "Sa udah banyak cerita tentang kamu, lho! Kata dia kamu yang bisa bikin dia senyum lagi! Duh seneng deh aku!!"
Irina : "Ah Sa bisa aja! Aku biasa aja kok, kak..."Tiba-tiba terdengar kerusuhan dari depan rumah, terdengar suara Pak Asta memaki-maki ajudan Pak Dharma.
__________ミBersambungミ___________
KAMU SEDANG MEMBACA
Loneliness
RomanceAngkasa, seorang remaja berparas tampan yang selalu dingin, dan pendiam.Tatapannya tajam, dan tegas. Banyak yang mendekatinya tapi ia tetap merasa sendirian, ia mencari seseorang yang dapat mencairkan sifat bekunya supaya ia bisa menjadi perasa lagi...