Bagian 21 (Kerinduan)

28 2 0
                                    

Kania : "Makasih banyak yaa, om... Om emang malaikat penjaga kita..."
Pak Dharma : "Sama-sama, Kania, apapun itu, cerita sama om, yaa?"
Kania : "Iyaa, om... Oh iyaa... Tante Michelle, apa kabar?"
Pak Dharma : "Tante Michelle baik kok, Kania... 2 hari lalu dia baru aja balik dari Amsterdam, sekarang om kesana sekalian sama tante Michelle deh bawa oleh-oleh buat kalian, yaa!"
Kania : "Makasih yaa, om... Udah ngerepotin lagi aja..."
Pak Dharma : "Gak ngerepotin, Kania sayang... Yaudah, om tutup ya telfonnya... Om mau siap-siap dulu, gak akan lama, kok! Om pastiin om sampe rumah kalian lebih dulu dari pada orang tua kalian, oke? Gausah khawatir, yaa!"
Kania : "Iyaa om, makasih yaa sekali lagi..."

Kania pun menutup teleponnya,

Kania : "Tuh kan, Sa... Aku bilang juga apa? Pasti om Dharma mau bantu kita!" (Mengelus rambut Angkasa).
Angkasa : "Iyaa yaa, kak... Om Dharma emang baik banget sama kita... Sa jadi prihatin, kenapa kak Athaya, anak orang sebaik Om Dharma harus sakit parah dan dipanggil lebih dulu..."
Kania : "Mungkin itu yang bikin om Dharma seperhatian itu sama kita, dia yang berjuang mati-matian buat kesehatan anak semata wayangnya, pasti sedih banget ngeliat papa Asta yang nelantarin kita kaya gini... Jujur seandainya bisa, aku mau jadi anaknya om Dharma..."

Setelah berbincang agak lama, mereka merapikan bekas sarapan mereka dan mulai membereskan rumah, tak lama kemudian Pak Dharma dan istrinya tiba di rumah mereka. Mereka mengetuk pintu, dan Angkasa segera membukakannya.

Pak Dharma : "Assalamu'alaikum..."
Angkasa : "Wa'alaikumsalam... Ehh... Om Dharma, tante Michelle, ayo masuk!"

Mereka pun masuk dan duduk di ruang tengah.

Kania : "Duduk dulu, om, tante... Mau minum apa?"
Om Dharma : "Om boleh minta teh manis?"
Kania : "Boleh, om... Sebentar yaa..."

Kania ke belakang untuk membuat teh manis, sementara Angkasa duduk bersama Pak Dharma dan istrinya.

Bu Michelle : "How are you, honey?" (Sambil mendekati Angkasa).
Angkasa : "Angkasa baik, tante... Tante sendiri gimana?"
Bu Michelle : "Tentu saja tante baik, sayang! I miss you so much! Sekarang kamu tinggi yaa! Tante aja kalah! Hihihi! (Tertawa kecil).
Angkasa : "Sa juga kangen sama tante... Tante tambah cantik aja! Hahaha!"
Bu Michelle : "Hahaha! Don't overdo it, honey! Tante masih seperti biasanya, kok!"
Pak Dharma : "Om seneng banget liat kamu senyum gitu, Sa... Wajah kamu ganteng, kaya om waktu muda... Hahaha!"
Angkasa : "Hahaha! Om bisa aja, pasti om lebih ganteng deh!"
Bu Michelle : "Tentu kamu yang paling ganteng, honey! Jangan dengerin om kamu yang kepedean itu yaa!" (Mengusap rambut Angkasa).
Om Dharma : "Kamu kenapa sih, ma? Gak mau mengakui kegantengan papa... Hahaha! (Tertawa terbahak-bahak).
Bu Michelle : "Look at that! Dia pedenya kebangetan, kan? Tante juga gatau kenapa bisa suka sama dia, Sa! Hahaha!"

Kania kembali dengan membawa dua cangkir teh hangat.

Kania : "Silakan om, tante... Ini tehnya..."
Bu Michelle : "Thank you, honey! Uuhh tante juga kangen sama putri tante yang satu ini!! How are you, Nia?" (Memeluk Kania).
Kania : "Aku juga kangen sama tante!! Kabar aku baik kok, tan! Aku selalu nunggu tante meluk aku kaya gini, rasanya kaya dipeluk ibu sendiri..." (Tersenyum pucat).
Bu Michelle : "Then, kamu bisa peluk Tante selama yang kamu mau!! Don't be sad, honey! I can be your mom too!"
Kania : "Thank you so much, tante!"

Pak Dharma melihat senyum yang tersungging di bibir Angkasa ketika melihat keakraban kakak dan tantenya.

Pak Dharma : "Sesering mungkin, om bakalan kesini sama tante Michelle buat nemenin kalian, yaa... Atau kalau om lagi sibuk, om bisa suruh tante Michelle buat temenin kalian juga..."
Angkasa : "Jangan, om... Pasti ngerepotin..."
Pak Dharma : "Gak ngerepotin, Sa... Kalian udah om anggap anak sendiri, kok... Om bakal lindungin kalian sebisa om, oke?" (Menepuk pundak Angkasa).

__________ミBersambungミ___________

LonelinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang