Bagian 8 (Pertemanan)

45 1 1
                                    

Irina : "Indah banget kata-katanya, kamu juga cocok jadi pembaca!"
Angkasa : "Aing masih amatiran, haha!"
Irina : "Kamu itu berbakat, perfect banget ya kalo ada yang milikin kamu..."
Angkasa : "Milikin aing? Maksudnya?
Irina : "Eh! Nggak ko! Lupain aja..."
Angkasa : "Manéh pengen milikin aing?" (Tersenyum dengan wajah penasaran).
Irina : "Hmm... Maksud aku milikin sebagai temen kok! (Wajahnya begitu merah).
Angkasa : "Udah gausah gugup, aing mau kok jadi temen manéh!" (Tersenyum manis).
Irina : "B-beneran?" (Gerak mulutnya gemetar).
Angkasa : "Iyaa! Mulai sekarang kita temen! (Mengajaknya untuk tos).
Irina : (Menyambut tosnya). "Oh iya, kamu gak mau pulang? Ini udah sore..."
Angkasa : "Yahh... Baru aja Irina jadi temen Sa, masa Sa di suruh pulang... Hahaha!" (Tersenyum sambil memejamkan matanya).
Irina : "Ya-yaudah kita nongkrong di cafe sebelah aja kaya kemarin."
Angkasa : "Ayoo!"

Mereka pun segera menuju cafe sebelah toko buku, memesan minuman, dan mereka pun memilih tempat duduk lalu duduk bersama.

Irina : "Ini pemandangan baru buat aku, Sa... Liat orang sedingin kamu bisa senyum manis kaya gini..." (Pipinya merah).
Angkasa : "Gatau kenapa, Na... Setiap aing liat manéh, bekunya aing selalu cair... Aing pengen jadi temen manéh supaya aing bisa balik lagi kaya dulu..." (Senyumnya berubah pucat).
Irina : "Maaf kalo aku kepo, tapi kalo aku boleh tau kamu kenapa bisa sampai sedingin ini, Sa?"
Angkasa : "Manéh mau dengerin cerita aing?"
Irina : "Tentu aku mau, kalo kamu mau berbagilah sama aku."
Angkasa : "Oke, ceritanya aing bisa sedingin ini kenapa, sejak kecil, aing udah ditinggal kedua orang tua aing, mereka masih percaya sama mitos lama yang aing anggap bodoh banget..."
Irina : "Emang mitos tentang apa?"
Angkasa : "Pas besar, anak laki-laki cuma akan jadi pembangkang, dan selalu menyusahkan diri mereka, akhirnya mereka cuma ngerawat kakak aing, itu pun hanya sampai dia SMP, setelah itu mereka pindah rumah, dan cuma ngasih uang setiap bulannya, aing ditinggal berdua sama kakak aing di rumah aing yang sekarang, akhirnya dia yang rawat aing dari kecil, karena dari kecil gak dapet kasih sayang orang tua, aing sulit buat bersikap seperti anak-anak lainnya. Setiap hari yang aing rasain dingin, sepi, cuma ada kakak aing, itu pun ketika aing beranjak remaja, kakak aing jarang ketemu aing, karena dia sibuk ngurus kegiatan Kuliahnya."
Irina : "Kamu sulit bersikap seperti anak-anak lainnya, maksudnya kaya gimana?"
Angkasa : "Coba manéh baca buku aing, halaman 6." (Mengambil bukunya dari tas dan menyerahkannya).

__________________________________
Keanehan Memuakkan

Kenapa harus aku yang rasakan
Menjadi anak punya keanehan
Sosialku memiliki ketidakmampuan
Untuk mencoba berikatan
Dengan banyak hubungan-hubungan.

Mereka bilang aku mengerikan
Auraku penuh keputusasaan
Aku pantas hidup sendirian
Tak ada satupun yang mau berteman
Hingga jadilah aku kesepian.

Untuk apa lagi aku punya teman
Mereka juga tidak kubutuhkan
Yang kudapatkan hanya hinaan
Sekalipun ku alami perubahan
Temanku hanya satu, kesepian.

🥀Mr. Sky🥀

6
_________________________________

Irina : "Jadi karena itu, Sa... Tapi kalo aku boleh jujur, kamu itu jauh dari aura keputusasaan, kamu itu cuma kehangatan yang beku, aku janji, aku bakal bantu kamu kembali hangat, bahkan untuk buat hati kamu hangat." (Pipinya merah).
Angkasa : "Udah lama, aing gak denger kalimat semanis ini, biasanya hidup aing datar-datar aja, but wait, Manéh bilang mau angetin hati aing? Manéh suka sama aing?" (Tersenyum manis, kali ini Senyumnya tulus).
Irina : "Eh...."

__________ミBersambungミ___________

LonelinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang