Bagian 19 (Ketulusan)

26 2 0
                                    

Kania : "Hahaha! Pede ya kamu sekarang! Iyaa deh aku percaya, makasih yaa..."
Angkasa : "Oh iya, kak... Mungkin ini bakal ngerusak suasana..."
Kania : "Loh... Kenapa?"
Angkasa : "Mama sama papa besok mau main kesini... Karena besok minggu jadi libur kerja..."
Kania : "Hmm... Gak ngerusak kok! Aku tetep seneng! Hihi! (Tertawa kecil).
Angkasa : "Ya udah, kak... Udah malem juga, tidur aja yuk.."
Kania : "Ya udah gih ke kamar..."
Angkasa : "Okee!"

Kania pun membereskan kasurnya bersiap tidur, sedangkan Angkasa kembali ke kamarnya lalu tidur.

Keesokan harinya,

Angkasa : "Hoammm... Udah pagi ya... Huft... Hari berat lagi... Harus ketemu sama orang tua kaya mereka... Memar kemarin aja belum sembuh... Masa udah mau dipukul lagi..." (Bergumam).

Angkasa segera merapikan tempat tidurnya kemudian mandi.

Setelah selesai mandi ia berjalan ke dekat cermin lalu bergumam sambil memegangi pipinya yang memar.

Angkasa : "Cepet sembuh yaa... Biar sakitnya gak double... Ssss..." (Meringis).

Ia mengenakan pakaian, dan memakai wewangian, lalu segera ke meja makan untuk sarapan bersama Kania.

Kania : "Pagi, Mr. Sky!"
Angkasa : "Pagi, kak! Hari ini kita sarapan apa?"
Kania : "Aku bikin havermout nih! Kamu mau pake apa? Potongan stroberi atau anggur?"
Angkasa : "Stroberi aja deh, kak! Seger kayanya..."
Kania : "Okee, tunggu bentar yaa! Aku potongin dulu... Oh iyaa, gimana tidur kamu semalem? Nyenyak?" (Sembari memotong buah).
Angkasa : "Nyenyak, kak... Seharusnya Sa yang tanya ke kakak, tidur kakak nyenyak, gak?" (Tersenyum manis).
Kania : "Nyenyak juga, Sa... Nih... Makan..." (Tersenyum).
Angkasa : "Makasih, kak..." (Menyuap makanan ke mulutnya).
Kania : "Enak, gak? Soalnya tadi aku coba, agak kemanisan..."
Angkasa : "Enak kok, kak... Pipi kakak gimana? Masih sakit?"
Kania : "Udah lumayan berkurang kok nyerinya... Memar kamu gimana? Udah reda sakitnya?"
Angkasa : "Masih nyeri, kak... Semoga aja cepet reda, ya... Sa takut sakitnya double, kak..." (Rautnya khawatir).
Kania : "Seandainya sakitnya bisa dituker, dek..." (Menepuk pundaknya).
Angkasa : "Lebih baik Sa sakit seluruh badan, kak... Dari pada kakak yang kesakitan... Sa harus lebih kuat lagi... Lebih bersyukur lagi... Karena kakak gak kenapa-kenapa... Yang penting buat Sa, kakak tetep sehat!" (Tersenyum pucat).
Kania : "Percaya sama aku, kamu itu kuat, Sa... Kita berdoa, ya... Supaya monster itu gak nyakitin kita hari ini dan seterusnya... Tetep kuat yaa..." (Memeluk Angkasa).
Angkasa : "Iyaa, kak... Sekalipun dia mau nyakitin kakak lagi, Sa bakal jadi tameng buat kakak, kok!" (Menekukkan tangannya sambil tersenyum).
Kania : "Semoga kamu jadi orang yang paling Tuhan lindungin, yaa... Maaf, kakak cuma bisa jadi beban... Bikin kamu susah, kamu jadi harus berpikir beberapa kali cuma buat ngelindungin aku..." (Menurunkan alisnya).
Angkasa : "Kakak gak boleh ngomong kaya gitu, Sa kan cowo, udah takdir Sa ngelindungin kakak yang cewe... Sa ikhlas, kok... Kakak jangan ngerasa jadi beban yaa... Sa tulus, sekalipun badan Sa remuk semua..."
Kania : "Kakak gak akan pernah biarin mereka kaya gitu terus sama kita, terutama kamu! Emang gak ada cara apapun buat nyadarin mereka, tapi kita bisa minta om Dharma buat lindungin kita! Meskipun dia orang yang sibuk, dia selalu bilang, kan? Kalo kita punya masalah, kita bisa cerita sama dia, tapi selama ini kita terlalu gak enakan, kita terlalu takut ngerepotin dia... Sekarang waktunya kita minta tolong ke dia, pasti dia mau bantu kita..."
Angkasa : "Iyaa... Sa bisa kok lindungin kakak... Kita gak usah ngerepotin om Dharma, Sa gak enak, dia udah terlalu baik sama kita..."
Kania : "Pokoknya aku bakal tetep manggil om Dharma! Aku gak mau kamu kesiksa, Sa! Aku cuma punya kamu..." (Matanya berkaca-kaca).
Angkasa : "Kan kakak masih punya, kak Deva..." (Tersenyum pucat).
Kania : "Seorang pacar gak akan bisa setara sama saudara kandung, Sa... Bahkan aku bisa mutusin Deva demi kamu... Hiks... Hiks..." (Bercucur air mata).
Angkasa : "Yaudah... Kita bisa minta tolong sama om Dharma, kakak jangan nangis yaa..." (Memeluk Kania).

__________ミBersambungミ___________

LonelinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang