Bagian 4 (Pemahaman)

49 2 0
                                    

Kania : "Oh iya dek, barusan mama nelfon."
Angkasa : "Terus?"
Kania : "Kok terus sih? Orang mamanya nelfon juga..."
Angkasa : "Sa gak peduli, kak..."
Kania : "Sa..."
Angkasa : "Mending kakak pergi deh, Sa gak nyaman baca bukunya."
Kania : "Angkasa Putra Mahardika!!"
Angkasa : "Kenapa?"
Kania : "Dia itu mama kamu, orang yang ngelahirin kamu! Dia sayang sama kamu!"
Angkasa : "Kalo dia sayang, dia gak akan ninggalin Sa."
Kania : "Aku harus gimana lagi sih ngeyakinin kamu!? Udah gede tapi masih gak paham-paham!"
Angkasa : "Pemahaman ya? Emang selama ini Sa terus yang harus memahami? Sedangkan gak ada yang paham sama Sa." (Tatapannya semakin tajam).
Kania : "Maksud aku bukan gitu dek, aku tau ini gak adil buat kamu, tapi..."
Angkasa : "Nah, kakak tau kan kalo itu semua gak adil buat Sa? Kalo gitu gak usah ungkit-ungkit soal mama atau papa lagi di depan Sa."

Angkasa menarik tangan Kania dan mengeluarkannya dari kamar, lalu ia bergegas kembali ke kamarnya, dan menutup pintu.

Kania : "Sa, tunggu, aku belum selesai ngomong, Sa!" (Mengetuk pintu kamar Angkasa).

Angkasa mengabaikan suara kakaknya di luar kamar, dia membuka buku tulisnya, dan mulai menggoreskan tinta penanya di buku itu hingga hari beranjak malam.

_____________________

Soal Pemahaman

Ini tentang pemahaman
Setiap orang pasti punya keinginan
Tak semua bisa langsung dikatakan
Kadang penuh dengan pertanyaan
Kadang juga penuh kesenduan.

Bagaimana bisa bicara pemahaman
Ketika dia saja yang didengarkan
Sedang aku hanya diacuhkan
Dia membuatku penuh pemahaman
Namun dia tak pernah mendengarkan.

Ketika semua bicara perasaan
Maka pemahaman berkaitan
Saling paham adalah sebuah tujuan
Tapi sering kali diabaikan
Bagaimana bisa aku nyaman?

🥀 Mr. Sky 🥀

13
_____________________

Angkasa : "Selalu aing yang harus paham, paham soal apa? Bahkan mereka gak bilang alasan mereka pergi ninggalin anak-anak mereka, terus aing gak boleh gitu ngerasa kaya gini? Apa kata 'pemahaman' itu gak berlaku buat aing?"

Ponsel Angkasa tiba-tiba berdering, masih dengan perasaan kesal, ia membuka ponselnya, ternyata Irina, awalnya ia penasaran, dari mana Irina mendapat kontaknya, namun akhirnya dia tak peduli akan itu.

Setelah mendapat pesan dari Irina, raut kesalnya berubah jadi sedikit senang, dia mulai menaruh bukunya, dan berbaring di kasurnya, dia bingung, entah kenapa dia bisa begitu senang menerima pesan dari Irina, padahal jarang sekali ia merasa senang ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendapat pesan dari Irina, raut kesalnya berubah jadi sedikit senang, dia mulai menaruh bukunya, dan berbaring di kasurnya, dia bingung, entah kenapa dia bisa begitu senang menerima pesan dari Irina, padahal jarang sekali ia merasa senang karena seorang gadis, dengan raut sedikit tersenyum dia terus berpikir akan kekonyolannya itu hingga akhirnya dia tak sengaja tertidur.

Keesokan harinya, ia bangun, mandi, dan bersiap menuju sekolah. Setelah berpakaian rapi ia menuju ruang makan untuk sarapan bersama kakaknya.

Kania : "Pagi, Sa... Gimana? Perasaanmu udah baikan?"
Angkasa : (Hanya diam dan mengangguk).
Kania : "Nih, makan dulu, aku udah buatin sandwich buat kamu..."
Angkasa : "Makasih."
Kania : "Enak gak? Aku baru coba selai yang ini."
Angkasa : (Menatapnya lalu mengangguk).
Kania : "Tentang kemarin, aku minta maaf ya, dek... Aku gak bermaksud buat egois, aku cuma mau kamu berenti buat benci sama mama dan papa..."
Angkasa : "Gak udah dibahas lagi."
Kania : "Tapi, Sa..."
Angkasa : (Menatap Kania dengan dingin)
Kania : "Yaudah, tapi kamu maafin aku ya dek..."
Angkasa : "Gak apa-apa."
Kania : "Mau lagi sandwichnya? Ini masih banyak, aku masukin tempat makan ya buat bekel kamu?"
Angkasa : "Gak usah." (Menatapnya dingin, lalu memalingkan tubuhnya dan segara menuju keluar rumah).
Kania : (Bergumam) "Aku tau, dek... Aku salah... Tapi jangan gini dong..."

__________ミBersambungミ___________

LonelinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang