Pak Dharma : "Aa lebih baik disebut gak profesional daripada kamu membunuh anak-anak kamu perlahan... Karena kalo aa ngelakuin kesalahan yang kedua kali dengan membiarkan kamu nyiksa anak-anak kamu, aa gak akan bisa memaafkan diri aa sendiri!"
Pak Asta : "Erghh! Ega, Budi! Keluar! Elsya!! Sini!!"Dengan keras Pak Asta memanggil Bu Elsya.
Di belakang, Bu Elsya terkejut mendengar teriakan Pak Asta, ia segera berdiri untuk menghampirinya, namun Bu Michelle mencegatnya sebentar,
Bu Michelle : "Wait a minute, Elsya! Remember about what we talked! Saya dan Dharma bisa aja mengambil kedua anak kalian, kalau kalian tetap bersikap kaya gitu sama mereka! Yang masih punya rasa kasih sayang terhadap mereka cuma kamu, Asta udah gak punya lagi kepedulian untuk mengasihi mereka, so? Dia gak akan repot-repot mempertahankan hak asuh anak kalian! Dan kami yang mengambil alih masalah Angkasa dan Kania!" (Memegangi tangan Bu Elsya).
Bu Elsya : "Lepasin saya!" (Segera beranjak ke ruang tengah).Di ruang tengah,
Pak Asta : "Ayo kita pulang, Elsya! Gak ada gunanya kita dateng ke sini! Buang-buang waktu aja! Puas aa Dharmaraja Atmanagara yang terhormat, berhasil ngancem Asta!?" (Memasang wajah mengejek).
Pak Dharma : "Sebaiknya kamu gak kesini lagi sampai kamu sadar! Aa bakal masang ajudan buat ngejaga rumah ini dari jangkauan kalian, terutama kamu, Asta!"
Pak Asta : "Lakuin aja sesuka aa! Asta gak takut! Dan Asta gak peduli, Asta bakal balik lagi kesini besok atau lusa buat ngasih mereka pelajaran!" (Membentak lalu pergi).Akhirnya, Pak Asta dan Bu Elsya pulang ke rumah mereka, sementara, Bu Michelle menuju ke ruang tengah.
Pak Dharma : "Aku gak tau harus gimana lagi ngadepin Asta, Michelle..."
Bu Michelle : "Be patient, honey... Kita terus berdoa, yaa... Supaya mereka bisa sadar... Aku yakin ada masanya, sayang... (Memeluk Pak Dharma).
Pak Dharma : "Aku cuma gak habis pikir, sayang... Mereka yang dikasih anugerah anak sehat, setega itu... Sedangkan kita? Anak kita satu-satunya meninggal... Rasanya sakit ngeliat dia nyakitin mereka, Michelle..."
Bu Michelle : "You're right... Mereka jahat sama anak-anak mereka... If permitted, it feels like i want to take their children, and care for them as my own children..."
Pak Dharma : "Lebih baik kamu kasih tau Angkasa sama Kania, kalo keadaannya udah aman, mereka bisa keluar dari kamar mereka..."
Bu Michelle : "Okay, honey... Aku ke kamar mereka..."Bu Michelle segera menuju kamar Angkasa dan mengetuknya,
Bu Michelle : "Nia, Sa... Anak-anak tante, sayang... Udah aman sekarang, kalian udah bisa keluar... I'll wait in living room, honey!"
Sementara Pak Dharma dan Bu Michelle mengobrol di ruang tengah, Angkasa dan Kania keluar dari kamar mereka dan duduk bersama lagi.
Kania : "Makasih, yaa... Om, tante... Maaf kita ngerepotin kalian terus..."
Pak Dharma : "Udah om bilang jangan minta maaf... Ini tugas om sebagai pengganti orang tua kalian... Mulai sekarang anggap om sama tante sebagai papa dan mama kalian yaa... Jangan gak enakan sama kita..."
Bu Michelle : "That's right, honey! Tante ikhlas melindungi dan mengasihi kalian layaknya anak tante sendiri... Ketika liat kalian... Tante jadi inget Athaya... Cantiknya seperti Kania, dan kuatnya seperti Angkasa... Karena itu, tante mau bikin Athaya senyum di atas sana, dengan cara melindungi dan mengasihi sepupunya... Di dunia ini, selalu ada lebih dan kurangnya... Tante dan om, meskipun kami sayang sekali sama Athaya, tapi Athaya berpulang lebih dulu... Sementara kalian, disia-siakan sama orang tua kalian... Padahal anak itu anugerah paling berharga dari Tuhan... (Meneteskan air mata).
Kania : "Kania bakal selalu mau jadi anak tante sama om..."
Angkasa : "Angkasa juga, meskipun kita gak bisa menggantikan kak Athaya sebagai anak om dan tante... Seenggaknya kami sedikit mengobati kerinduan kalian..."
Pak Dharma : "Makasih banyak, yaa... Angkasa, Kania... Rugi banget Asta menelantarkan dan menyakiti anak sebaik kalian..."__________ミBersambungミ___________
KAMU SEDANG MEMBACA
Loneliness
RomanceAngkasa, seorang remaja berparas tampan yang selalu dingin, dan pendiam.Tatapannya tajam, dan tegas. Banyak yang mendekatinya tapi ia tetap merasa sendirian, ia mencari seseorang yang dapat mencairkan sifat bekunya supaya ia bisa menjadi perasa lagi...