Bagian 17 (Kenangan)

39 2 0
                                    

Kania : "Kamu gak ngelak, Sa... Hahaha!"
Angkasa : "Ngga, kak... Gapapa... Biar kakak seneng! Hahaha! " (Tersenyum manis).
Kania : "Makasih yaa, Sa!"
Angkasa : "Sama-sama, kak... Ehh! Bentar deh, kak!"
Kania : "Kenapa??" (Kebingungan).
Angkasa : "Kakak pake make up ya?"
Kania : "Iyaa dek... Emang kenapa?"
Angkasa : "Kakak jangan pake make up dulu dong kak..." (Rautnya berubah khawatir sambil mengusap pipi Kania).
Kania : "Aduh... Sakit... Sa..."
Angkasa : "Nah kan sakit... Jangan kena make up dulu dong... Bahaya kalo kena bahan kimia..."
Kania : "Yaudah, aku bersiin dulu yaa..."
Angkasa : "Iyaa, kak... Kalo gitu Sa mandi dulu yaa!"
Kania : "Okee, ganteng!"

Sementara Kania ke kamarnya untuk membersihkan riasan wajahnya, Angkasa ke kamarnya untuk mandi.

Setelah mandi Angkasa mengenakan pakaian dan duduk di kasurnya sembari menggenjreng gitar dan bernyanyi. Tiba-tiba, ponselnya berdering.

Angkasa : "Siapa, ya? Nelepon Sa malem-malem..." (Mengambil ponselnya dan melihatnya).

Ternyata telepon itu berasal dari ibunya. Ia segera mengangkatnya.

Bu Elsya : "Angkasa sayang... Maafin mama sama papa kemarin ya, nak..."
Angkasa : "Mama masih punya nyali buat minta maaf sama Sa?"
Bu Elsya : "Jangan ngomong gitu dong sayang... Mama tau mama salah... Mama sadar, nak... Maafin mama, ya?
Angkasa : "Sekali lagi mama berani nyakitin kak Kania, urusan mama sama Sa..."
Bu Elsya : "Kamu kenapa sedendam itu sih nak, sama orang tua kamu sendiri?"
Angkasa : "Mama masih tanya kenapa!? Apa mama buta!? Kemarin mata mama dimana!? Mama gak liat Sa dipukul sama papa, kak Kania ditampar!? Belum lagi, cuma gara-gara argumen gak berdasar, kalian berdua ninggalin Sa sama kak Kania, ma! Apa kalian gak merasa berdosa sama kita!? Sa gak habis pikir..."
Bu Elsya : "Kami ini orang tua kalian, udah sepantasnya kalian hormat sama kami, dan kalian juga wajib memaafkan kami! Apa kalian mau disebut anak durhaka!?"
Angkasa : "Durhaka!? Hahaha! Kalian ini pernah berkaca gak sih!? Bukannya banyak tuk cermin di rumah mewah kalian? Angkasa kaya gini karena siapa? Yaa karena mama sama papa lah! Dari awal kalian udah nelantarin Sa! Apa kalian gak sadar!? Mungkin argumen gak berdasar punya papa itu bener, anak laki-laki bakalan jadi pembangkang, tapi kalian ngelupain kasih sayang! Anak laki-laki juga bisa jadi anak yang baik dan penurut kalo kalian didik dengan baik! Dengan kasih sayang yang tulus! Tapi apa!? Kalian tinggalin Sa, yaa iyalah argumen itu terbukti, tapi itu karena salah kalian sendiri! Apa yang kalian tabur, itu yang kalian tuai! Gimana bisa kita disebut anak durhaka, kalo orang tuanya aja kaya kalian! Hhh... Hhh..." (Menahan tangis).
Bu Elsya : "Iyaa, kami tau kami salah, tapi itu kan udah dulu, kita lupain aja... Sekarang beda lagi, kita bisa buka lembaran baru, sayang..."
Angkasa : "Ringan banget mama bilang lembaran baru, mama pikir Sa sama kak Kania itu robot!? Yang namanya kenangan buruk, kenangan menyakitkan, itu akan selalu diingat, ma! Sekalipun kita udah memaafkan, di samping itu apa kalian punya kesadaran buat ngerawat kita? Engga kan? Ini cuma kesadaran mama untuk minta maaf, ini pun karena terpaksa, kan? Kalo monster itu mana mau minta maaf sama kita, mungkin dia bakal kumur-kumur sampe bersih abis minta maaf, hahaha! Srrkkk..." (Tercucur air mata).
Bu Elsya : "Sebenci itukah kalian sama papa!? Ha!? Kalo gak ada papa kalian gak akan lahir ke dunia ini!"
Angkasa : "Oh, ya!? Kalo Sa dikasih hak sama Tuhan buat milih, mau lahir sebagai anak kalian atau ngga, Sa bakal milih ngga, Sa mending gak usah lahir ke dunia, ma! Lagipula, kehadiran Sa sebagai anak laki-laki juga gak diharapkan, kan? Hhh... Hhh... Kalian tega..." (Ucapannya lirih).

__________ミBersambungミ___________

LonelinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang